Oleh: Romo Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu Biasa XXIII*, 05 September 2021. Bac. Yesaya 35 : 4 – 7a & Yakobus 2: 1 – 5 serta Injil Mk 7: 31-37
Menjadi buta, tuli dan bisu adalah beban hidup. Karena orang alami kekurangpeka- an indra sehingga butuh bantuan sesama. Memang tak semua orang paham kesulitan kelompok difabel itu. Diantara ketiga tipe manusia itu, *banyak kali kita hanya prihatin kepada orang buta*. Sedangkan kedua tipe manusia lain kita anggap bisa bebas beraktivitas untuk hidup. Orang tuli dalam injil ternyata juga gagap sehingga Yesus membantu dia.
Dalam kisah penyembuhan yang diadakan Tuhan Yesus, memang tak lasim dan beda caranya. Seturut injil, penderita itu dipisahkan dari khalayak ramai. *Yesus masukan jari ke telinganya* lalu meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian Yesus menengadah ke langit dan berkata: Efata! Terbukalah. IA tahu bahwa kuasa penyembuhan hanya datang dari Allah. *Saat itu terjadi mujizat, sebab si tuli mendengar dan berbicara*. Karena telinga dan mulutnya sudah dibuka. Orang yang selama itu tak bisa apa-apa malah jadi baik. Yesus larang dia ceritakan hal itu, tapi peristiwa yang mengagumkan dirinya itu, tak ia diamkan.
Kesembuhan datang justru karena kemurahan Tuhan. Nabi Yesaya tegaskan itu dalam bacaan pertama. *Allah sendirilah yang datang menyelamatkan kamu*. Ketika itu mata orang buta dicelikkan. Telinga orang tuli dibuka dan mulut orang bisu akan bersorak sorai. Orang lumpuh akan melompat seperti anak rusa. Bagi Sto. Yakobus, Allah memilih orang miskin agar kaya dalam iman. Mereka itulah yang menjadi ahli waris kerajaan Surga. Sebab selain Tuhan ada sesuatu pun yang mereka banggakan selama hidup.
Kesembuhan terjadi *jika orang sungguh percaya. Selain itu butuh tuntunan* agar sampai ke dokter, bidan, perawat. Merekalah perpanjangan tangan kasih Tuhan. Orang yang tak berimanpun percaya kepada Yesus sebagai Anak Allah. Mereka *bukan saja dibuka telinga dan mulut, tapi juga hatinya*. Yesus ajak kita lihat diri ke depan ini. Kita perlu bangun relasi hidup yang pantas dan benar. Hal itu butuh kesadaran mendalam sampai kepada tobat sejati. dari perilaku yang salah dan sesat pikiran, kita temukan ketenangan hidup.
Salam sehat di Hari Minggu untuk semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita hidup. Amin 🙏🙏🌹✝️🌹🍇🫐🔥🔥🇮🇩🇮🇩
==========
*):Pastor Paroki Katedral Kupang