KUPANG. NTTsatu – Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang mengajak kaum muda yang tergabung dalam orang muda Katolik (OMK) di wilayah keuskupan setempat untuk berusaha menemukan blue print alias cetak biru tentang kemurnian hati masing-masing sebagai tanda kerahiman ilahi guna menghadapi masa depan karena Kristus sendiri sudah wafat dan bangkit untuk masa depan yang sangat pasti.
Uskup Turang mengungkapkan ajakan tersebut dalam homili pada perayaan misa peringatan Hari Kaum Muda se-Dunia sekaligus misa Minggu Palma tingkat Keuskupan Agung Kupang (KAK) di Taman Ziarah Yesus Maria Oebelo Kupang, Minggu, 29/3.
“Cetak biru tersebut harus ditemukan selama masa prapaskah ini karena tidak jarang kaum muda berada pada situasi dan keadaan yang tidak berkenan pada Allah, berada dalam kegelapan, dan tidak pasti menghadapi masa depan padahal Kristus sendiri sudah menang untuk masa depan yang sangat pasti,” ujar Uskup di hadapan seribuan anggota OMK dari berbagai paroki di KAK terutama dari daratan pulau Timor dan Semau.
Karena itu, menurut Uskup Turang, kaum muda harus lebih banyak belajar menemukan bagaimana menjadi garam dalam kehidupannya sehingga tetap menjadi ‘asin’ sampai kapanpun, “dan tidak terjebak dalam hal-hal yang bercorak sesaat namun harus yang permanen, berkelanjutan, tidak ISIS alias ikut sana, ikut sini, terhindar dari tindak kekerasan, diskriminatif, dan tidak terjebak dalam pola hidup seperti konsumerisme, hedonisme, korupsi, dan keserakahan.” Secara kebetulan, kata uskup, sebelum memasuki taman ziarah adalah lokasi strategis yang terkenal sebagai area penghasil garam.
Dalam perayaan yang mengusung tema “Berbahagialah orang yang murni hatinya karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8) tersebut, Uskup Petrus Turang yang didampingi oleh Ketua Komisi Kepemudaan KAK, Romo Yustinus Poa Pr dan dua pastor rekan Taman Ziarah Yesus Maria Oebelo.
Kunci utamanya, kata Ketua Komisi Komunikasi dan Sosial KWI ini, adalah berdoa dengan benar dan rajin membaca kitab suci. Dengan demikian maka kehadiran Allah akan semakin dirasakan dan kemurnian hati akan semakin dihayati secara sungguh-sungguh.
“Jangan takut akan penilaian dunia sekitar dalam membangun peradaban manusia, karena harus membutuhkan pengorbanan dengan hasil yang jelas yakni persaudaraan, hidup bijaksana, adil dan sejahtera.”
Uskup Agung Kupang juga mengingatkan kaum agar tidak terperangkap dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang kian mengglobal sehingga mengabaikan hubungan antar manusia secara face to face.
“Kaum muda kita dewasa ini lebih mendewakan komunikasi melalui facebook dari pada face to face sehingga mengabaikan hubungan antar manusia yang satu dengan lainnya dalam komunitas masing-masing. Padahal hubungan face to face jauh lebih baik,” sentil uskup berusia 68 tahun tersebut. (ths)