Kedewasaan Ahok Berhasil Buat Anies Meludah Kena Muka Sendiri

0
393
Kalijodo sekarang, hasil menata kota bukan menata kata (seword.com)

NTTsatu.com – JAKARTA – Melihat debat Mata Najwa semalam saya lihat ada pertunjukan luar biasa dari seorang Ahok. Kita tidak hanya ditunjukkan penampilan ceplas ceplos dan santait tanpa beban, tapi juga sikap sangat tenang dan dewasa dalam menghadapi provokasi.

Kita melihat seorang Ahok yang tahan banting dan tak mau terjebak emosi oleh provokasi Anies. Sejak awal, Anies sudah menyalah-nyalahkan Ahok dengan gaya gagal paham ala masyarakat bumi datar. Contoh mengatakan Ahok tidak beres bekerja karena tidak menyerap anggaran dengan baik. Hanya 70 persen terserap, kasihan warganya kata Anies.

Meskipun Ahok sudah menjelaskan bahwa itu data tahun 2015, sementara 2016 sudah 80 persen lebih, serta menerangkan bahwa penyerapan anggaran tidak melulu harus habis, tapi juga ada upaya penghematan. Efisiensi anggaran, tidak dikorupsi dan tidak dimaling. Tapi Pak Anies yang doktor, mantan rektor termuda Indonesia dan mantan menteri pendidikan, tetap ngeyel bahwa penyerapan anggaran hanya 70%.

“Bagi rakyat awam nampaknya melakukan penghematan. Tapi anggaran itu dibuat oleh Gubernur bersama DPRD. Jadi bukan ketika tidak terlaksana kemudian dibilang penghematan,” kata Anies. Selain itu Anies juga menjawab bahwa serapan anggaran baru menjadi 80 persen setelah Ahok tidak menjabat dan posisinya dipengang PLT Gubernur.

Asli nyinyir tingkat kabupaten bumi datar. Meski begitu Ahok nampak tenang menjelaskan tentang e-budgeting yang lebih dari 70 ribu item. Memang sebagian Ahok potong karena tidak mau terlalu boros. Soal anggaran terserap 80 persen justru setelah Ahok tidak menjabat, ini juga berhasil membuat Ahok tertawa. Tapi Ahok nampak tak mau membuat Anies terlalu malu. Biarlah rakyat Indonesia melihat dan mencernanya dengan baik dan memilih mana yang lebih masuk akal. Hahaha.

“Proyek rumah susun, kalau anda bayar sebelum selesai, masuk penjara kita. Pelunasan-pelunasan itu memang diujung tahun,” kata Ahok.

Maksudnya penyerapan anggaran kenapa baru terserap? ya karena biasanya memang begitu. Malah aneh kalau diserap lebih dulu tapi bangunannya tidak ada.

Dari sini nampak Anies tak paham apa-apa tentang pembuatan dan pengelolaan anggaran. Malah saya jadi curiga Anies tak paham cara mengelola keuangan tingkat organisasi kecil. Sebab yang namanya perencanaan itu memang menggunakan hitung-hitungan ideal. Tidak bisa kita berhemat-hemat saat menyusun anggaran. Penghematan baru bisa dilakukan pada saat pelaksanaan. Kalau mau berhemat saat menganggarkan, ujung-ujungnya yang terjadi adalah defisit anggaran.

Selain itu Anies tidak paham soal penyerapan anggaran yang biasanya baru maksimal di ujung tahun. Ini bahaya sekali. Seorang calon Gubernur kok tidak tau alur penyerapan anggaran pada umumnya?

 

Ahok tenang meski diprovokasi

Provokasi yang tak kalah panasnya adalah soal ucapan-ucapan Ahok. Najwa bertanya apa yang akan dilakukan oleh Anies setelah Pilkada usai? dalam rangka merekatkan dan mendinginkan situasi politik yang ada sekarang. Anies mengatakan akan menjangkau semua elemen, merawat kebhinekaan. Dan itu bisa dilakukan asalkan sumper provokasinya tidak ada. Kalau Gubernurnya menjadi provokator, hal itu tentu tidak bisa dilakukan.

Pernyatan Anies ini adalah penegasan, bahwa Ahok tidak boleh jadi Gubernur jika Jakarta ingin tentram dan damai. Menyambung pernyataan sebelumnya, Anies secara tidak langsung menyebut Ahok adalah sumber provokasi. Menasehati Ahok agar tidak mengeluarkan pernyataan tentang surga neraka dan seterusnya. “Jangan mengeluarkan pendapat yang tidak perlu,” kata Anies. Selanjutnya Anies menasehati agar Ahok tidak perlu menyerang pribadi.

Meski sudah berkali kali disebut sumber provokasi, Ahok tetap tenang dan fokus pada jawaban-jawaban berkualitas. Ahok tidak terpancing dengan provokasi Anies. Sepanjang acara debat, sedikitpun Ahok tak menampakkan kemarahan atau sikap-sikap negatif seperti yang ditunjukkan oleh Anies. Pun Ahok tak lagi membahas Anies yang merupakan pecatan menteri. Ahok memilih menjelaskan sesuatu yang perlu dijelaskan.

Sehingga sikap Ahok ini berhasil memubuat Anies seperti meludah kena muka sendiri. Yang menyerang pribadi justru Anies. Yang memprovokasi justru Anies. Ahok tetap fokus pada ide dan gagasan, sementara Anies fokus menyerang program-program Ahok.

Pertanyaan Najwa yang ditujukan pada Anies soal meredam gejolak politik, juga ditujukan pada Ahok. Apa yang akan anda lakukan? Ahok dengan tenang dan tak sedikitpun menggubris ocehan Anies.

“Nuwun sewu Pak Anies,” begitu kata pembuka dari Ahok seusai Anies berbusa-busa dengan sebutan gubernurnya selalu menjadi provokator, provokasi tidak perlu dan seterusnya.

“Saya begitu selesai Pilkada akan bekerja lagi. Kita akan bangun tempat religi. Gabungan beberapa agama. Bangun Masjid serupa Ottoman Turki. Memastikan tida ada yang menahan-nahan mayat. Marbot masjid diumrohkan. Kita pilih khutbah yang rahmatan lilalamien, bukan Wahabi. Bagaimana semua agama mendapat hak yang sama. Dan yang terpenting tidak berpihak, tidak korupsi dan tidak terima suap.”

Luar biasa. Ahok berhasil membiarkan Anies mengoceh sendiri dan tidak ditanggapi, sebab saat itu Ahok memang tidak diminta untuk menanggapi. Hanya diminta menjawab pertanyaan Najwa dan kemudian dijawab dengan sempurna.

Seluruh rakyat Jakarta yang semalam melihat acara debat tersebut pasti dengan sadar dan mengamini, bahwa apa yang saya tuliskan ini bukanlah rekayasa atau imajinasi pribadi. Hal itu nampak jelas dan bisa dipahami dengan sangat sederhana.

Pada akhirnya saya belajar banyak dari Ahok. Di balik marah-marahnya, ternyata dia merupakan sosok yang sangat dewasa dalam mengeluarkan emosinya. Ahok hanya marah saat anggaran rakyat dikorupsi. Tapi kalau hanya diprovokasi, apalagi oleh seorang pecatan menteri yang gagal mengemban amanah, Ahok rupanya bisa tutup telinga. Hahaha.

Sementara untuk Anies, saya juga jadi belajar tentang merangkai kata. Tidak masalah kita salah, yang penting bisa merangkai kata maka akan terlihat seperti benar. Lihat saja Anies yang menyebut Gubernur sumber provokasi. Padahal kelompok pendukung Anies seperti FPI, HTI dan sejenisnya itulah yang lebih dulu mengharam-haramkan pemimpin kafir. Sebulan sebelum Ahok menyindir agama dijadikan dagangan politik di Pulau Seribu, para pendukung Anies itu sudah mendemo Ahok dengan tema utama tidak boleh memiliih pemimpin kafir.

Dengan semua fakta-fakta ini, Ahok berhasil menunjukkan betapa Anies seperti meludah ke atas dan terkena mukanya sendiri. Dia tuduh Ahok sumber provokasi, padahal provokatornya adalah para pendukung Anies sendiri. Dia nasehati Ahok supaya tidak perlu menyerang pribadi, padahal dirinyalah yang menyerang sepanjang acara debat berlangsung. (AlifurrahmanSeword.com/bp).

Komentar ANDA?