Oleh: Thomas Tokan Pureklolon
Terpandang jauh, lebih jauh dari relung jiwa.
Ada kepulan ide berdenyut pada permukaan jiwa.
Ada kebenaran tersamar hadir, dan terus menohok menggetarkan jiwa.
Ia hadir.
Mungkin
bisa sebagai mentari di siang ini.
Mungkin,
bisa sebagai rembulan di malam itu. Mungkin,
bisa sebagai lilin bercahaya
di tepi semesta.
Hadirnya,
selalu saja ada pijakan
sebagai jalan,
jalan menuju
horison spesifik.
Sebagai pepatah:
Ia bagaikan bintang di langit,
memberi arti pada harapan.
la bisa menembus batas cahaya,
dengan peran:
“Benar-salah, baik-buruk, indah-jelek;
ia hadir pada tepinya, membidik, bagaimana jalannya.”
Apa ia sebagai mentari di siang ini selamanya? Bukan..!
Apa ia sebagai rembulan di malam itu seterusnya? Bukan..!
Bukan dan bukan..!
Ia hanya hadir sebagai ‘lilin kecil’,
bercahaya hingga menembus batas cahaya,
menuju harapan paripurna.
Ke sana,
dan di sana.
===========
Thomas Tokan Pureklolon
Penulis: Dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Pelita Harapan, Jakarta.