Pantauan floresnews.id pada Jumat (18/2) sore, kondisi jalan di wilayah utara Manggarai itu memperihatinkan. Kerusakan mulai nampak dari Kampung Latung.
Bangunan jalan lapisan penetrasi (lapen) mulai rusak. Krikil dan material lapen sudah tergelincir ke permukaan. Kondisi tersebut membuat kendaraan harus melintas dengan sangat pelan.
Paling parah di Sungai Wae Reweng. Di sungai dengan lebar sekitar 10 meter tersebut, pemerintah belum membangun jembatan yang memadai untuk mempermudah penyeberangan. Jembatan penyeberangan yang ada hanya bangunan yang bentuknya seperti deker.
Saat musim hujan seperti saat ini, debit air semakin tinggi. Sehingga tekanan aliran air sungai pun semakin deras. Sementara terowongan atau lubang deker menjadi tersumbat diduga tertutup batu.
Kondisi ini mempersulit para pengendara ketika hendak menyeberang. Kendaraan roda empat nampak menyeberang dengan penuh hati-hati. Sesekali sopir harus melihat keluar untuk memastikan mesin mobil tidak kandas. Karena di atas deker ada batu-batu besar namun tak terlihat langsung karena tertutup air yang keruh.
Sementara, untuk kendaraan roda dua jenis motor nampak semakin sulit. Untuk menyeberang Sungai Wae Reweng, beberapa pengendara motor harus mematikan mesin. Selanjutnya motor didorong sekurang-kurangnya empat orang.
Seperti yang dialami Robert, Warga asal Meda, Desa Golo Woi. Berangkat dari rumah, Robert bersama beberapa teman sudah berpakaian rapi. Mereka hendak mengikuti pesta nikah di Kampung Pau, Desa Wae Renca.
Namun, sampai di Wae Reweng, Robert harus membuka sepatu dan melepas celana panjangnya sebelum menyeberang. Selain itu ia harus mendorong motornya dengan susah payah. Dibantu dengan empat orang temannya, motor milik Robert baru bisa menyeberang. “Setengah mati pak,” kata Robert kepada wartawan.
Robert menjelaskan, saat tiba di Wae Reweng, mereka kaget karena debit air sangat tinggi. Kondisi itu membuat mereka harus menunggu lebih dari dua jam. Ketika air surut baru bisa coba menyeberang.
“Tadi kebetulan datang habis hujan, airnya deras jadi kami tidak bisa lewat. Air surut baru kita coba. Andai jembatan bagus, mungkin tidak sulit begini,” kata Robert, kesal.
Robert dan beberapa temannya kemudian secara bergantian mendorong motor mereka. Karena airnya deras, satu motor harus didorong oleh empat orang.
Kesulitan Robert saat menyeberangi sungai, disaksikan langsung oleh Anggota DPRD Manggarai dari Fraksi Partai Golkar Yoakhim Jehati, S.Ag. Saat itu Yoakhim hendak mengunjungi konstituen di Kolong, Desa Wae Renca.
Menurut dia, kondisi seperti ini kerap terjadi saat musim hujan. Jenis jembatan yang dibangun pemerintah dinilai sangat tidak efektif untuk digunakan sehingga harus dibangun jembatan yang baru.
“Kondisi ini harus masuk dalam perencanaan pembangunan jembatan oleh pemerintah. Ini persoalan sudah terjadi dari tahun ke tahun,” kata Ketua Fraksi Golkar ini.
Ketua Golkar Manggarai itu mengaku sangat prihatin melihat warga yang kesulitan menyeberangi sungai itu. Ia pun memastikan akan menyampaikan hal ini kepada pemerintah sebagai hasil pantauan langsung di lapangan.
“Saya akan sampaikan ini kepada dinas terkait. Tidak bisa tidak, jembatan ini harus dianggarkan, kalau tidak tahun ini maka harus tahun depan. Tidak hanya sebatas penyampaian, kita kawal sampai benar-benar direalisasikan,” tegasnya. (*/bp)
Foto: Yoakhim Jehati menyaksikan warga mendorong motor menyeberangi Sungai Wae Reweng.