DUNIA geger dengan bencana gempa bumi berkekuatan 7,7 SR yang mengguncang Palu dan sekitarnya di Provinsi Sulawesi Tegah tanggal 28 September 2018 lalu. Begitu banyak orang yang tewas, rumah-rumah penduduk terkubur dalam lumpur yang tiba-tiba muncul dan sekejap saja menenggelamkan satu kelurahan yakni Kelurahan Petobo Kota Palu. Belum lagi bangunan-bagunan yang roboh dan diterjang tsunami ganas.
Ada ratusan warga NTT yang juga menjadi korban bencana dahsyat itu namun belum terdata dengan lengkap. Apakah warga NTT yang selama ini berdomisili di wilayah itu banyak yang hilang atau tewas? Belum ada data lengkap yang dimiliki pemerintah provinsi NTT.
Selasa, 06 November 2018 petang, Jamaludin Boli Beda, seorang warga kampung Loga, kecamatan Witihama, Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT mengisahkan secara runut persitiwa yang dialami itu dan bagaimana upayanya agar bisa lolos bersama istri dan anak-anaknya dari “kuburan massal” lumpur yang tiba-tiba muncul, kemudian tahan terbelah dan menengemlamkan ratusan rumah warga dan segala isinya termasuk ratusan orang yang terkubur di tempat itu.
Masih dengan air muka yang pucat lelaki yang sudah 17 tahun menetap di Palu kemudian mempersunting gadis Jawa menjadi istrinya bernama Sunarsi dan melahirkan dua anak wanita. Dia masih sangat trauma dengan peristiwa itu.
Petang hari itu, 28 September 2018, di rumah kediaman mereka dia bersama anak sulung mereka yang duduk di kelas VI SD di Kota Palu. Jamaludi sedang berada di halaman belakang rumah, anaknya sedang berada dalam rumah dan istrinya Sunarsi sedang mandi di kamar mandi yang terletak di luar rumah induk yang baru selesai dibangun itu. Sementara anak kedua yang masih TK berada di rumah keluarga mereka juga dalam kota Palu.
Tiba-tiba ada guncangan dahsyat dan dia berteriak gempa sambil memanggil istri dan anaknya. Tiba-tiba dia melihat tanah terbelah dan dalam waktu yang singkat dia melihat istri dan anaknya sudah terjebak lumpur.
Jamaludi panik dan berusaha menolong istri dan anaknya yang sebagian tubuh mereka sudah dalam lumpur. Kekuatannya dikerahkan untuk menarik tubuh anak dan istrinya. Ketika kekuatanya sudah semakin terkuras dia berdoa dalam hati dan meminta bantuan leluhur, akhirnya dia berhasil menarik kedua kekasihnya itu dari dalam lumpur dan membawa mereka ke sebuah tempat yang aman.
Apesnya, Sunarsi sang istri yang keluar dari kamar mandi dan langsung terperangkap lumpur itu dalam keadaan tidak berpakaian alias telanjang. Jamaludin akhirnya membuka celana panjang dan baju yang dipakainya dan memberikan kepada istrinya, semenara dia hanya mengenakan celana dalam saja.
Mereka bertiga bertahan di tempat itu dan beberapa jam kemudian mereka pindah dan berdiri di atas atap sebuah rumah yang telah terbenam sisa atap saja.Di tempat itu mereka bertiga bertahan sampai pagi selanjutnya mencari tempat aman lain dan berkumpul bersama warga lain yang selamat.
Ketiganya tidak memiliki apa, Jamaludin yang hanya mengenakan celana dalam, dibantu oleh warga lain dengan memberikan dia satu celana training dan baju kaos. Celana yang sudah tidak berkaret itu akhirnya diikatnya dengan tali rafia. Mereka yang selamat kemudian diungsikan ke Makasar dengan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara.
Di Makasar mereka di tampung di sejumlah tempat termasuk di Asrama Haji Makasar yang menjadi tempa tinggl mereka selama beberapa minggu disana kemudian atas bantuan Pemprov Sulawesi Selatan melalui Dinas Sosial setempat mereka dibiayai pulang ke Adonara dengan menumpang Kapal Pelni dari Makasar dan turun di Lewoleba selanjutnya nyebrang ke Loga, Adonara.
Sunarsi sang istri adalah seorang apartur sipil negara (ASN) yang bertugas di RSUD Kabupaten Donggala. Mereka sama sekali tidak memiliki selembar suratpun termasuk tanda pengenal lainnya apalagi uang karena semuanya tenggelan bersama rumah tinggal mereka.
Sunarsi bersama Jamaludin kemudian berkomunikasi dngan kerabat mereka di Palu dan Donggal agar bisa mengirimkan sejumlah berkas milik Sunarsi yang disimpan di kantor tempat dia bekerja. Akhirnya sejumlah dokumen milik Sunarsi itu dikirim dan mereka bisa memeroses mutasi ke provinsi NTT.
Rabu, 07 Nobember 2018 siang, Jamaludin bersama istri mengantar surat permohonan itu dan bertemu langsung dengan wakil gubernur NTT, Josef Nae Soi untuk meminta petunuk dan arahan wagub.
Wagub nampak tenggelam dalam kisah yang dituturkan Jamaludin itu, Akhinya dia berjanji akan segera memeroses permohonan pindah itu.
“Setelah kita setujui permohonan pindah segera kembali ke Palu dan mengurus surat setuju melepaskan dari Pemda Donggala dan pindah ke Kupang,” janji wagub. (bonne pukan)