NTTsatu.com – KUPANG – Memasuki hari kedua pada Rabu ( 21/6), aparat dan Tim penggusuran lahan pasar Puni sempat dihalangi puluhan warga dengan tangisan dan teriakan meminta pertanggunjawab Bupati Kamelus Deno terhadap nasib rumah dan pasar yang menjadi tempat mengais rejeki puluhan warga yang digusur itu.
“Tanah ini belum diurus sampai ke pengadilan,” teriak seorang warga di depan aparat pada Rabu ( (21/6) siang.
Mereka juga meminta komunikasi baik dari Pemda Manggarai bukan dengan cara langsung menggusur los dagang maupun rumah warga yang berdiri di kompleks pasar Puni.
“Kami ini rakyatmu pa Bupati, tolong dengar suara kami,” teriak beberapa warga sambil menangis di depan alat berat yang hendak melakukan penggusuran lanjutan di kompleks pasar.
Protes dan tangisan itu tidak digubris. Beberapa warga juga melakukan aksi pembakaran api di kompleks pasar juga tidak menyurutkan aksi penggusuran.
Pantauan NTTsatu.com, mobil pemadam kebaran dari sat Pol PP Manggarai sempat melakukan penyiram kobaran api, namun warga menghalangi hingga ada beberapa warga tersiram air hingga basah kuyub.
Buka hanya itu, aksi berdiri di depan alat berat juga dilakukan warga demi nasib mereka yang sudah bersandar pada pusat ekonomi dagang pada kompleks pasar Puni.
“Tolong pa , kami minta cara yang baik kita selesaikan bukan dengan cara seperti ini,” kata mereka.
Awalnya operator alat berat dikawal pihak polisi , karena melihat aksi warga yang sudah mulai naik di atas alat berat, beberapa polisi dan brimob pun turun mengawal operator alat berat,agar tidak ada yang boleh naik di atas alat berat itu.
Wargapun turun sambil protes. Para ibu ada yang menangis atas tindakan penggusaran tersebut namun alat berat tetap melanjutkan penggusuran. Tembok dinding bagian Salatan pasar Puni digusur rata sementara beberapa rumah warga belum dilakukan penggusuran sambil menunggu pemilik rumah melakukan pembongkaran sebelum digusur.
Informasi yang dihimpun NTTsatu.com, ada warga yang sudah mulai melakukan pembongkaran rumah dan masih ada yang belum sama sekali membongkar rumah dan kios tempat mereka berdagang. Sementara, ada pula yang menulis di depan pintu kios dagang “tanah ini milik ulayat kami”. (mus)