Kolo Siap Saji Hanya ada di Reo

0
1198

RUTENG. NTTsatu.comKolo nasi bamboo, salah satu makanan tradisional masyarakat Manggarai. Dahulu makanan ini biasa dibuat dan disajikan menjelang pesta  penti, pesta adat masyarakat Manggarai atau di kecamatan Lamba Leda  kabupaten Manggarai Timur menjelang ritus kalok (masa panen raya) maka orang ramai membakar  dan mengkosumsi kolo.

Kalo, sangat sederhana membuatnya cuma dengan mengisi beras dan air pada bambu kemudian bambu tersebut dipanggang di api, dan dalam waktu beberapa saat kemudian, jadilah nasi bambu  Kolo

Seiring perkembangan zaman, kolo  merupakan salah satu makanan tradisional Manggarai hampir tidak  dikenal lagi di kalangan masyarakat Manggarai seperti pada masa lampau.

Namun, sejenak kita bernostalgia, makanan ini masih bisa ditemukan setiap hari  di pintu masuk kota Reo ibu kota Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai. Kaum ibu masih mempertahankan Kolo karena cita rasanya sangat berbeda dengan nasi biasa.

Rasa Kolo warga Reo sedikit berbeda  dengan rasa aslinya cdan selalu menarik minta konsumen  ketika melintasi jalan Ruteng-Reo. Para menjual kolo di Reo membuat nasi bambu ini  tidak menggunakan beras biasa atau  beras lokal, mereka meracik nasi bambu ini dengan bahan beras ketan dan dimasak dengan menggunakan santan kelapa.

“Kita harus biasa mengubah cita rasa kalo ini agar lebih laris manis dan selalu mengundang orang untuk datang dan mencicipinya,” kata Emaswati warga Reo seorang pedagang kolo kepada NTTsatu.com.

Ibu Emaswati mengaku, belajar membuat kolo merupakan keahlian yang sudah  diwariskan nenek moyangnya  orang Manggarai. Karena warisan itulah maka mereka harus terus melestarikannya.

“Saya belajar dari orang tua saya, merekan tahu membuatnya karena sudah diwariskan turun temurun dari nenek moyang kami,” katanya.

Dia mengaku, harus ada inovasi baru. Karena itu dia merubah Kolo dari masakan tradisional warisan leluhur itu dengan tidak menggunakan beras biasa tetapi beras ketan agar cita rasanya enak dan gurih.

“Cara membuatnya sama, kita hanya mengubahnya dengan menggunakan beras ketan bukan beras biasa,” ujarnya.

Dia mengaku, selalu menjual Kolo per  bambu  dengan harga yang lumayan mudah dijangkau oleh konsumen yakni Rp10.000/bambu. Tiap hari selalu laku nimiman 10 bambu, dan ini bisa membantu ekonomi keluarga.

Rasa kolo masayarkat  Reo sangatlah  enak, dan menambah daya tarik untuk sesekali bertandang ke kota kecil  ini. Selain mencicipi kuliner local kolo nan lezat, bisa juga menyaksikan obyek wisaya pantai Torong Besi dan Ketebe nan indah.

Bagi umat katolik, kunjungan di tempat ini juga bisa sekaligus berziarah ke Gua maria Torong besi dan mengujung kampung Cengkalang tempat umat pertama katolik di Manggari Raya (Keuskupan Ruteng) dipermandikan.

Selama NTTsatu.com berkeliling di 11 kecamatan di Manggarai, belum pernah menemukan kolo  yang dijual seperfti yang terjadi di Reo kecamatan Reok yang letaknya kurang lebih 60  Km dari Kota dingin Ruteng ibu kota Kabupten Manggarai.

Selain kolo, masyarakat Manggarai juga mengenal pangan local tradisional lainnnya yakni sombu yang terbuat dari jagung muda, rebook, jagung tumbuk dan makanan tradisional lainya. (Hironimus Dale)

=====

Keterangan Foto: Nasi Bambu Warga Reo yang disebut kolo

Komentar ANDA?