Koperasi TEKAD Melebur dalam LKD

0
406
Foto: Inilah proses membuat arak yang merupakan salah satu usaha dari anggota Koperasi Tekad

BAJAWA. NTTsatu.com – Koparasi TEKAD Desa Warupele I, Kecamatan Inerie (Ngada), sejak mendapat kucuran Dana Program Desa Mandiri Anggur Merah Tahun 2014 sebesar Rp. 250 juta, kini telah masuk dalam Kategori Mandiri. Koperasi itu juga telah masuk dalam Lembaga Keuangan Desa (LKD).

Bergabungnya Koperasi TEKAD di dalam LKD Desa Warupele I itu, dimulai pada Tahun 2015. Proses peleburan koperasi itu, sekaligus menandai perkembangan koperasi dan wujud komitmen anggota koperasi untuk memperkuat Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Fokus mereka sama,  semata-mata pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

Sebelumnya, LKD Desa Warupele I, sejak Tahun 2006 telah mendapatkan perhatian Pemerintah dengan sejumlah program. Salah satu program diantaranya adalah, Program Mandiri Pangan (Mapan) dari BP3KP Kabupaten Ngada dengan kucuran dana sebesar Rp 200 juta. Ada juga Program Gerbang Emas Desa (GED) dengan stimulus modal senilai Rp 25 juta, Program P2LDT sebesar Rp 50 juta dan ditambah dengan Program Anggur Merah yang selanjutnya diwadahi dalam Koperasi TEKAD bermodalkan dana sebesar Rp 250 juta.

Sekretaris LKD Desa Warupele I,  Maria Dhone, mengatakan dengan bergabungnya Koperasi TEKAD dalam LKD maka, Delapan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di desa Warupele I dapat mengakses modal usaha bagi pengembangan kegiatan perekonomian.

Maria Dhone yang juga sebagai Ketua Koperasi mengatakan, sebanyak 120 orang yang tergabung dalam delapan Gapoktan memiliki usaha sendiri setelah mendapat pinjaman modal dari koperasi TEKAD dukungan program desa mandiri anggur merah.

“Kegiatan usaha yang digeluti para anggota koperasi TEKAD sangat bervariasi. Ada usaha perkiosan, Meubel juga usaha jual moke (arak). Untuk usaha moke, oleh anggota koperasi TEKAD, bisa dihasilkan pemasukan dalam sehari sebesar antara Rp 150-250 ribu. Kami di sini, moke dengan ukuran 1 botol aqua sedang, biasa dijual dengan harga Rp 30.000 dan bisa terjual sebanyak 5 hingga 9 botol setiap harinya,” jelas Maria.

Sedangkan untuk usaha perikanan katanya, setelah para nelayan memperoleh modal, mereka membeli alat tangkap ikan. Modal itu bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil tangkap yang lebih. Meningkatnya hasil tangkap itu, mampu membuat para nelayan menjual ikan ke kota, dengan harga yang lebih bagus.

Kepala Urusan Umum Desa Warupele I, Yoseph Rie, atas nama Pemerintah Desa Warupele I, menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi NTT yang sejak Tahun 2014 memberikan perhatian bagi perbaikan ekonomi masyarakat.

Dia mengharapkan agar, program sejenis ini dapat terus berjalan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah. (*/bp)

Komentar ANDA?