Laiskodat Minta Jauhi Politik Identitas Dalam Kampanye Pilgub NTT

0
475
Foto: Cagub NTT, Viktor Laiskodat ketika sedang berkampanye di desa Detupera, kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende, Sabtu, 26 Mei 2018.

NTTsatu.com – ENDE – Bukan rahasia lagi kalau NTT dijuluki provinsi termiskin ketiga di Indonesia dan provinsi terkorup. Karena itu, calon gubernur NTT, Viktor Laiskodat yang berpasangan dengan Yosef Nae Soi menegaskan, untuk menjadi gubernur itu harus orang yang benar-benar memiliki kepedulian tinggi untuk memperbaiki daerah ini, buka Gubernur NTT yang hadir dari hasil politik identitas.

“Hanya pengecut saja yang menggunakan isu indentitas dalam kampanye pilgub. karena menjadi Gubernur NTT itu untuk melayani saudara-saudara kita yang masih berada dalam kesulitan yang luar biasa. NTT tidak bisa kita bilang protestan atau cari pemimpin katolik. karena penderitaan orang NTT itu tidak berhubungan dengan agama pemimpin itu,” kata Laiskodat ketika melakukan kampanye di desa Detupera, kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende, Sabtu, 26 Mei 2018.

Dikatakannya menjadi Pemimpin NTT harus berdasarkan kemampuan dan kecerdasan. Menjadi pemimpin itu berhubungan dengan hati untuk melayani rakyat NTT yang masih berada pada garis kemiskinan.

“NTT mencari pemimpin yang pintar dan punya keberanian, pemimpin yang punya hati dan terpanggil untuk melayani masyarakat susah, pergi berkunjung ke desa-desa. Pemimpin yang mau melihat penderitaan dan memberikan kebangkitan dan masa depan. Kalau pemimpin NTT hanya Kupang- Jakarta, Kupang, Ende atau hanya masuk kota kota kabupaten dan tidak masuk ke desa-desa maka program macam apapun akan gagal,” jelasnya.

Tidak ada pilihan lain untuk Gubernur dan Bupati untuk mewujudkan Visi misinya selain masuk ke desa-desa. Pemimpin itu harus bisa menggelorakan semangat kebangkitan karena semangat pembangunan itu bukan hanya bekerja saja. Tetapi juga propaganda bagi masyarakat bahwa ada masa depan dan harapan.

Ia mengatakan NTT saat ini masih banyak pengangguran.

Ada anak anak NTT yang orang tuanya petani hebat, anaknya sekolah di Jawa tapi pulang NTT jadi penganguran. Hal itu terjadi karena pendidikan yang diambil tidak diarahkan untuk membangun, mengatur dan mengelolah sumber daya alam NTT.

“Kita kaya raya dan tidak ada yang miskin disini. tidak ada yang namanya NTT miskin yang ada hanya karena kemampuan pemimpinnya yang miskin. Indonesia saja impor garam dari Australia pada keadaan alam sama dengan NTT,” katanya. (tim media)

Komentar ANDA?