
MENYEBUT nama Lewolein, semua orang Lembata dan mereka yang pernah menginjakkan kaki di tanah Lepanbatan ini langsung teringat akan hidangan ketupat dengan lauk serba ikan. Bagi mereka yang sudah pernah menikmati ketupat dan ikan di Lewolein tentu berkeinginan untuk selalu mendatangai tempat ini.
Lewolein desa Dikesare, Kecamatan Lebatukan ini terletak di pinggir pantai dan sudah sejak lama dikenal sebagai tempat makan bagi warga yang sedang melintasi perjalanan Lewoleba – Kedang atau sebaliknya.
Sejumlah tepat jualan sederhana terbuat dari kayu dan bambu. Ada mejanya dan tempat duduk panjang yang serba kayu dan atau bambu di bagian kiri dan kanan jalan. Sejumlah ibu yang seharian mengais rejeki di pinggir jalan it uterus berharap agar ada kendaraan yang berhenti dan penumpang bisa menikmati hidangan mereka.
Hidangan yang disediakan selain ketupat, lauk serba ikan itu berupa ikan goreng, ikan bakar, cumi, gurita dan siput. Kelihatannya sederhana hidangan itu, namun cita rasanya sungguh menggoda. Ketupat bersantan itu bisa bertahan hingga dua hari.
Arlin Making, seorang ibu yang sudah lama berjualan di tempat itu mengakui, ketupat yang mereka siapkan setiap hari sekitar 100 buah ketupat dengan lauknya serba ikan. Sejak subuh mereka sudah berada di lokasi jualan dan baru akan kembali ke rumah sekitar pukul 19.00 wita ketika tidak ada lagi kendaraan penumpang yang melintasi ruas jalan itu.
“Sejak subuh kami sudah berada di lokasi ini. Keuntungan yang kami peroleh dari berjualan ini juga tidak seberapa namun bisa membantu kehidupan ekonomi rumah tangga kami termasuk bisa membiayai pendidikan anak-anak,” kata Arlin Making.
Arlin mengakui, harga ketupat dengan lauknya cukup murah dan bisa dijangkaui semua orang. Dengan uang sekitar Rp 10 ribu saja, sudah bisa menikmati ketupat bersama lauk hingga kenyang. Tiga buah ketupat dijual dengan harga hanya Rp 2.000 dan satu piring lauk seperti gurita, cui-cumi atau kerang juga sangat murah yakni Rp 5.000.
Tempat wisata kuliner tradisional ini memang sudah dilirik pemerintah Kabupaten Lembata. Pemda Lembata akhirnya membangun sejumlah tempat jualan di sekitar pantai atau sekitar 500 meter dari lokasi kuliner tradisional itu dari arah Lewoleba. Namun tempat itu tidak cukup dimintai karena masyarakat lebih tertarik dengan lokasi tradisional yang sudah dikenal sejak lama ini.
Ketika mengunjungi tempat itu dan menikmati hidangan ketupat dan ikan bersama tiga teman wartawan dari Kupang, Jumat, 29 April 2016 lalu, begtu banyak peminat yang sedang menikmati hidangan itu. Setiap kendaraan dari arah Kedang maupun dari Lewoleba pasti akan berhenti di tempat itu sebagai tempat istirahat dan makan sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.
Reta Watun penjual lainnya mengakui, lokasi ini merupakan pertengahan perjalanan Lewoleba-Kedang dan sudah menjadi tempat istirahat ketika letih mkenempuh perjalanan dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan baik dari Kedang maupun dari Lewoleba.
Lewolein akhirnya dama dengan Boru di kecamatan Wulanggitan menjadi tempat istirahat dan makan untuk penumpang yang melintasi ruas jalan Larantuka – Maumere dan atau sebalinya. Sama juga dengan Niki-niki Kabupaten Timor Tengah Selatan ketika melintasi ruas jalan Kupang – Atambua.
Indahnya pemandangan pinggir pantai sungguh menarik. Namun melintasi perjalanan Lewoleba menuju Lewolein, masih ada bagian-bagian jalan yang memang dalam kondisi sangat parah. Ruas jalan yang paling parah sekitar 8 km mulai dari Waienga sampai Lewolein. Ada ubang-lubang menganga di tengah jalan, dan itu menjadi sangat riskan ketika musim hujan dan lubang-lubang itu digenangi banjir sehingga bisa memakan korban.
“Jalan kami disini memang sangat parah. Pemerintah sudah tahu kondisi jalan ini karena selalu melintasi ruas jalan Lewoleba – Kedang, namun mereka tidak bisa berupaya untuk memperbaiknya. Kami kecewa tapi mau bilang apa,” kata Reta Watun. (bonne pukan)