Lewonara-Lewobunga Nyaris Bentrok Lagi

0
1001

KUPANG. NTTsatu.com  – Kapolres Flores Timur, AKBP Dewa Putu Gede Artha mengakui, pada Minggu, 24 Mei 2015 kemarin, nyaris terjadi bentrok antara warga desa

Lewonara – Lewobunga di Kecamatan Adonara Timur. Dendam lama itu mencuatu kembali, namun aparat dengan sangat cepat turun dan berhasil meredam bentrokan yang sudah mulai terjadi.

“Setelah kita mendapatkan pemberitahuan dari Adonara, kita langsung terjunkan aparat kepolisian dibantu aparat Koramil Adonara untuk menghalau masyarakat kedua desa tersebut,” kata Kapolres yang dihubungi melalui teleon selulernya dari Kupang ke Larantuka, Selasa  26 Mei 2015.

Kapolres menjelaskan, kemarin (Minggu, 24/5/2015) kedua desa yang masih memiliki hubungan keluarga, kawin mawin itu saling baku tembak. Belum diketahui pasti siapa yang memulai, namun kejadian itu tidak menelan korban, karena aparat langsung diterjunkan mengamankan siatuasi.

“Tadi pagi sudah kita berangkatkan lagi aparat keamanan yakni anggota Brimob dari Maumere untuk membantu aparat Polri dan TNI yang sudah berada di lokasi,” kata Kapolres.

Informasi yang diperoleh dari Waiwerang, Adonara Timur menjelaskan, konflik yang terjadi antar warga kedua desa itu belum terselesaikan dengan baik dan akan tetap berkecamuk dimasa-masa yang akan datang.

Informasi yang diperoleh juga menyebutkan, warga Lewonara dan Lewobunga, pada Minggu (24/5/2015) sore sekitar pukul 15.30 wita melakukan aksi saling tembak dengan senjata rakitan. Kejadian itu berlangsung sekitar dua jam dan baru berhasil diredahkan sekitar pukul 17.30 Wita.

Untuk diketahui, upaya pemerintah Kabupaten Flotim untuk mendamaikan warga Lewonara dan Lewobunga hingga kini belum terselesaikan dengan baik. Upaya terakhir yang dilakukan adalah seremoni adat dengan membentangkan sejarah yang diprakarsai pemerintah setempat baik pemerintah kabupaten Flotim maupun pemerintah provinsi NTT belum disetujui warga Lewobunga.

Warga Lewobunga menghendaki upaya damai dan proses mempertahankan kepemilikan tanah dilakukan melalui jalur hukum. Namun, warga Lewonara menolak usul itu dengan mempertahankan penyelesaikan melalui cara adat dalam bingkai budaya Lamaholot.

Masing-masing pihak bersih kuku mempertahankan pendapat masing-masing sehingga upaya perdamaian terus gagal. Tidak ada lagi solusi baru yang dilakukan hingga terjadinya peristiwa Minggu petang kemarin.

Kondisi itu juga membuat masyarakat dikedua belah pihak terus menyimpan dendam dan permusuhan. Karena itu bila ada sedikit saja pemicu, mereka langsung bergerak cepat menyelesaikan dengan berperang.

Kapolres mengakui, ketika kejadian tahun lalu, pihak keamanan sudah melakukan sweeping senjata dengan mengumpulkan cukup banyak senjata, namun mereka tentu akan membuat senjata yang baru.

“Kita berharap, pemerintah terus berupaya untuk melakukan pendekatan kepada warga Lewobunga dan Lewonara agar ada upaya damai. Kita tetap backup keamanan, asalkan semua pihak memiliki niat yang sama untuk damai. Jika tidak ada niat baik muncul dari kedua belah pihak, masalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik,” kata Kapolres Flotim.

Menurut Kapolres, aparat yang diterjunkan ke lokasi untuk menjaga keamanan itu sebanyak 100 orang dari gabungan anggota Polisi, Brimob dan TNI.

“Tim sudah berada di lokasi dan kita sendiri belum bisa memastikan sampai kapan mereka harus mengamankan situasi disana,” katanya. (bop)

 

Komentar ANDA?