NTTsatu.com – MAUMERE – Ribuan karung beras sejahtera (rastra) berada di aula Kantor Desa Namangkewa, Kecamatan Kewapante, Sabtu (11/11). Sejumlah karung sudah terbuka, dan tampak terlihat jelas kutu-kutu beras berwarna hitam dan lebih cocok menjadi makanan ternak.
Lukas Mulaka, warga RT/RW 002/001 menyebut beras tersebut lebih cocok untuk ternak. Dia nampak sangat kesal dengan kondisi beras yang disalurkan Sub Divre Perum Bolog Maumere. Padahal hari itu dia sudah berharap bisa membawa pulang rastra jatahnya sebanyak 180 kilogram untuk kebutuhan rumah tangganya.
Melihat wartawan sedang meliput, Lukas Mulaka langsung beraksi. Dia mendekati sejumlah karung beras yang sudah terbuka. Diambilnya segenggam beras dari dalam karung kemudian memperlihatkan kepada wartawan. Banyak kutu terdapat pada beras yang ada di dalam genggamannya.
“Ini tidak bisa kasih manusia makan. Kutu banyak begini. Ini cocok untuk kasih ternak. Pemerintah jangan tipu kami. Kami masyarakat bodoh, miskin, tetapi jangan tipu kami. Bawa pulang ini beras, kasih makan ternak saja,” ketus laki-laki kelahiran Kabupaten Alor yang sudah lama menjadi warga Desa Namangkewa.
Masalah ini tidak saja dihadapi sendiri seorang Lukas Maulaka, mantan Ketua RT 002 Desa Namangkewa. Sebanyak 175 kepala keluarga miskin di Desa Namangkewa sudah berada di Kantor Desa sejak pukul 11.00 Wita. Sesuai penyampaian Kepala Desa Namangkewa Nikolaus Nong Bale, warga miskin hari itu diminta datang mengambil rastra. Melihat kondisi rastra yang sudah berkutu, mereka pun mengurungkan niat membawa pulang rastra.
Jatah rastra Desa Namangkewa ini adalah untuk dua tahap sekaligus di tahun 2017, yakni Januari-Juni tahap pertama, dan Juli-Desember tahap kedua. Desa ini belum pernah mengambil rastra pada tahap pertama. Pihak desa baru mengajukan surat permohonan alokasi pada Juni 2017 lalu. Namun karena berbagai kendala pada desa, rastra itu sendiri baru disalurkan pada Sabtu (11/11).
Kepala Sub Divre Perum Bolog Maumere I Putu Suantara yang dihubungi di ruang kerjanya, Sabtu (11/11), mengatakan seharusnya rastra untuk Desa Namangkewa sudah tesalurkan sejak tahap pertama. Namun karena belum diambil, makanya terus tersimpan di Gudang Dolog. Jarak simpan yang makin panjang, ujarnya, akan membuat perubahan kualitas pada rastra.
Dia mengatakan rastra yang ditolak warga Desa Namangkewa tergolong rastra dengan kualitas turun mutu. Rastra tersebut akan ditarik pulang, untuk kemudian diproses lagi melalui speed cleaner. Proses ini adalah untuk memiliah kutu dan debu dari beras.
Jauh sebelumnya, media ini sudah pernah memberitakan bahwa terdapat 550 ton rastra yang turun mutu dan tersimpan di Gudang Dolog di Jalan Ahmad Yani. Pihak Bulog terus berupaya melakukan proses speed cleaner agar menyalurkan rastra yang berkualitas bagus. (vic)