Masyarakat Adonara Butuh Jalan dan Air Bukan Jembatan dan Bandara

0
992

Foto: Perahu Motor di pantai Paloh, yang siap melayani penyeberangan ke Tanah Merah yang ditempuh tidak lebih dari 10 menit

 

KUPANG. NTTsatu.com – Kondisi jalan raya di seluruh pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim) saat ini sangat memerihatinkan. Kebutuhan air bersih juga masih menyimpan masalah. Karena itu sebaiknya benahi infrastruktur jalan dan air bersih baru berpikir untuk membangun jembatan dan bandara di Adonara.

“Saya setiap kali pulang kampung di Adonara menemukan fakta lapangan bahwa hampir seluruh ruas jalan di pulau Adonara dalam kondisi rusak parah. Masyarakat di sebagian besar wilayah Adonara juga mengeluhkan kebutuhan air bersih yang masih jauh dari harapan. Ini yang harus diprioritas,” kata Dr. John Tuba Helan yang dihubungi Nttsatu.com di Kupang, Rabu, 25 November 2015.

Menurutnya, rencana pemerintah untuk membangun jembatan Palmerah yang diganti nama menjadi jembatan Pancasila yang menghubungkan pantai Paloh di Larantuka dan Tanah Merah di Adonara bukanlah sebuah kebutuhan yang mendesak untuk dibangun. Apalagi membangun Bandar udara (bandara) di Adonara.

“Memang sangat ironis. Jalan raya di seluruh Adonara dalam kondisi rusak parah tapi pemerintah menutup mata dengan kondisi ini lalu membangun jembatan. Dimana-mana orang mengeluh badan sakit karena melintasi jalanan berlubang, dan saya yakin banyak sekali pejabat baik Kabupaten Flotim maupun provinsi NTT tahu kondisi nyata di Adonara itu,” katanya.

Tuba Helan mengatakan, dengan dibangunan jembatan Pancasila yang menelan dana sekitar lebih dari Rp 5 triliun itu, pemerintah juga lupa kalau akan “mengrobankan” banyak warga setempat yang selama ini mengais rejeki di pantai Paloh dan Tanah Merah. Mereka akan kehlangan pekerjaan dan berpengaruh pada kehidupan ekonomi mereka.

Dikatakannya, banyak perahu motor di lintasan Paloh – Tanah Merah, Larantuka – Tobi Lota serta lintasan utama seperti Larantuka – Waiwerang, Larantuka – Waiwadan akan lumpuh total, dan banyak orang kehlangan pekerjaan dan pendapatan.

“Pemerintah tahu itu tetapi dengan sengaja menutup mata untuk membuat rakyat sengsara,” tegasnya.

Sementara terkait rencana pembangunan Bandara di Adonara yang lokasinya belum ditetapkan, putera kelahiran Tanah Boleng, Adonara ini mengatakan, bandara itu bukan sebuah kebutuhan yang mendesak, karena masih ada Bandara Gewayan Tanah di Larantuka dan Bandara Wunopito di Lembata yang selama ini begitu lancer.

Ditegaskannya, kehadiran Bandara itu juga hanya bisa dinikmati oleh kalanagan berduit, sementara masyarakat kecil hanya menjadi penontotn saja.

“Selama ini kita warga Adonara yang kembali ke kampong halaman tidak mengalami kesulitan transportasi. Kita bisa terbang ke Lembata atau Larantuka, juga bisa lewat Maumere dan melintas ke Adonara kapan saja karena ada perahu motor yang selalu siap melayani penumpang setiap saat. Lalu untuk apa membangun Bandara,” katanya.

Dia juga sepakat dengan pendapat berbagai pihak bahwa, jika bandara di Adonara jadi dibangun maka, hanya Kabupaten Flores Timur satu-satunya kabupaten di seluruh Indonesia yang memiliki dua bandara. (bp)

 

.

.

Komentar ANDA?