KALABAHI. NTTsatu.com – Budaya turun temurun masyarakat di Kabupaten Alor hingga kini masih tetap dipertahankan. Budaya itu antara lain pakaian adat dan pakaian khas warisan leluhur nenek moyang mereka.
Pakaian tradisional warisan leluhur dari kulit kayu itu hingga kini masih dijaga warga masyarakat desa Kopidil, Kecamatan Kabola Kabupaten Alor. Pakaian dari kulit kayu ini dipakai dan diperagakan warga masyarakat desa Kopidil dalam kegiatan Alor Karnaval II dan Expo Alor ke IX di Kalahabi, Kamis, 06 Agustus 2015.
“Budaya nenek moyang kita dimana sebelum mengenal pakaian dari kain seperti sekarang, mereka memakai pakaian dari kulit kayu. Dan ini tetap kami pelihara hingga saat ini, “ kata Kepala Desa Kopidil Moses Oungkoil yang ditemui di lokasi Alor Karnaval II dan Expo Alor ke IX di Kalahabi, Kamis, 06 Agustus 2015 petang.
Moses mengatakan, jenis kayu yang digunakan untuk membuat pakaian ini adalah jenis kayu yang menurut sebutan masyarakat kabupaten Alor adalah jenis kau K.
Prosesnya, demikian Moses, setelah mengambil kulit kayu K itu, kulit arinya dibuang kemudian dijemur selama tiga hari. Setelah kering baru dijahit secara tradisional dalam bentuk pakaian baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.
“Pakaian kulit kayu ini akan tetap kami pertahankan turun temurun untuk mengenang nenek moyang kami yang sebelum memakai pakaian dari kain, mereka mengenakan pakaian kayu ini. Pakaian ini dipakai hanya untuk kegiatan-kegiatan adat juga untuk acara-acara umum seperti ini untuk memperkenalkan pakaian kulit kayu ini,” katanya.
Moses yang didampingi beberapa warga desa lainnya mengakui, kayu bernama K itu selalu diperhatikan dengan baik dan dijaga agar tidak punah. “Kami pelihara jenis kayu ini dengan baik agar tidak punah,: katanya. (bp)
=====
Foto: Masyarakat desa Kopidil kecamatan Kabola mengenakan pakaian kulit kayu ketika menjadi peserta Alor Karnaval II