Melirik Pesta Adat “Penti ” di Helung Sebagai Syukur dan Rasa Persaudaraan

0
800
Foto: Pesta adat "penti " sebagai wujud syukur dan rasa persaudaraan yang digelar selama dua hari ditutup dengan permainan tradisional Caci di halaman kampung Helung, kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur

NTTsatu.com – BORONG – Masyarakat Beo (kampung) Helung merayakan pesta adat atau  upacara adat  “penti ”  sebagai wujud syukur dan rasa persaudaraan. Upacara penti itu berlangsung selama 2 hari tersebut (13-14 Oktober 2017).

Ritual adat  diadakan di rumah gendang (rumah adat orang Manggarai) dan dilanjutkan dengan permainan tradisional Caci di halaman kampung Helung, kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur ( Matim), Flores,  NTT menambah meriahnya rasa syukur dan persaudaraan dalam pesta adat “Penti”.

Ritual adat  pesta adat “Penti” yang biasa warga Kampung Helung  menyebutnya  dengan “penti weki pesong beo paong sapo takung likang” ( pesta adat sebagai bentuk syukuran atas hasil panen dan kehidupan yang diberikan oleh Tuhan)  dilaksanakan pada Jumat, 13 Oktober 2017 malam.

Stanis Kani, sebagai juru bicara dari “tua teno”  tokoh adat Pet Jehabut mangatakan pesta adat “penti” di kampung Helung yang dibuat setelah 5 tahun terakhir ini merupakan sebuah ungkapan syukur kepada Tuhan.

“Pesta adat ini merupakan ungkapan syukur warga  kampung Helung atas kebaikan dan hasil panen  “Mori Jari Agu Dedek” ( Tuhan Yang Maha Kuasa) sebagai sumber penghidupan telah memberikan rahmat itu kepada kami, oleh karena itu sebagai manusia kami patut bersyukur,” ungkap Stanis Kani.

Kani menambahkan, penti kali ini melibatkan semua orang Kampung Helung baik yang ada di dalam kampung maupun yang tersebar di berbagai daerah.

“Walau pun yang jauh tidak hadir, hati mereka tetap ada di beo Helung dan wujudnya dinyatakan dengan adanya sumbangan  sejumlah dana dari mereka” katanya.

Pada hari, Sabtu 14 Oktober 2017, diadakan kegiatan permainan tradisional  caci sebagai puncak dari pesta adat tersebut “Meka landang” (tamu-tanding) berasal dari kampung Rakas, desa Bea Mese kecamtan  Cibal, Kabupaten Manggarai.

“Masyarakat kami  berstatus sebagai “anak wina”  karena banyak warga Helung yang mengambil istri orang Rakas. Selain itu, caci kali ini merupakan balasan sebab tahun lalu masyarakat kampung Helung jadi tamu  saat permainan caci dalam pesta adat “Penti Peso Beo”  di  kampung Rakas,” jelas Stanis Kani.

Ia menambahkan, kegiatan caci yang diadakan di natas (halaman) kampung Helung merupakan ungkapan persaudaraan di antara kami,” anak rona”  dan” anak wina”.

“Sebagai ungkapan pesaudaraan, kami mengadakan ritual dan kegiatan ini dengan penuh rasa kegembiraan dan suka cita,” tegasnya.

Peserta pemain caci dari  kampung  Rakas dalam  permainan Caci yang disebut “Caci  woe nelu” (permainan Caci antara Anak Rona atau keluarga dari kampung istri   warga kampung Helung dan Anak Wina sebagai tuan rumah )  yang hadir peserta dari kampung Rakas  berjumlah sekitar 300 orang yang datang dengan 5 kendaraan bus/oto “colt” dan sejumlah kendaraan bermotor.

“Rombongan dipimpin langsung oleh tua gendang Rakas Donatus Marut ” ujar Stanis.

Wakil Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, yang juga budayawan yang mengetahui banyak tentang kebudayaan Manggarai  kepada NTTsatu.com  mengatakan, penti merupakan Upacara Tahun Baru orang Manggarai, karena itu suasananya penuh rasa kegembiraan dan syukur.

“Saya berterima kasih kepada “tua-tua beo Helung ” (tokoh adat kampung Helung) karena saya diundang sebagai Wakil Bupati. Bukan saja karena itu, tetapi status saya sebagai ase-kae (keluarga) yang membuat saya mesti hadir dan ikut bersyukur bersama keluaga besar beo Helung,” ungkap Agas Andreas. (Hironimus Dale)

Komentar ANDA?