Mempopulerkan Budaya *Guti Nale” dari Pesisir Tanjung Naga Lembata

0
1179

DESA PASIR PUTIH yang lebih dikenal dengan nama Mingar di kecamatan Nagawutun Pulau Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur sejak turun temurun sudah dihidupkan budaya “Soi Nale” yang kemudian dikemas Pemerintah Kabupaten Lembata dengan bahasa Lamaholot “Guti Nale”.

Guti Nale merupakan tradisi menangkap ikan Nale (Cacing Laut) yang hanya keluar di tepi pantai pada waktu-waktu tertentu berdasarkan penanggalan yang diakui masyarakat Mingar. Nale itu biasanya muncul pada akhir bulan Pebruari dan Maret setiap tahun.

Kisah Nale ini memiliki kemiripan dengan misah Nyale yang ada di Pulau Sumba khususnya Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Nale itu muncul menandai akan dimulainya budaya Pasola.

Tradisi Soi Nale atau Guti Nale ini terus dijaga sebagai warisan leluhur dan sudah menjadi aktifitas tahunan bagi masyarakat Mingar dan desa-desa sekitar pada khususnya, dan masyarakat Lembata serta wisatawan domestik dan internasional pada umumnya.

Nale muncul di tiga titik sepanjang pantai Mingar, dan pantai sekitar Benebong yang selalu ramai didatangi pengunjung setiap tahunnya, karena lokasinya yang dekat desa.
Tradisi ini sudah berakar dalam kepercayaan masyarakat Mingar, bahwa kehadiran Nale ini berhubungan dengan hasil panen dan kesejahteraan, masyarakat.

Masyarakat setempat percaya bahwa Nale bisa menyuburkan tanah sehingga bisa mendapatkan hasil panen yang memuaskan.
Jika banyak Nale yang muncul dari laut, berarti hasil pertanian mereka akan melimpah. Nale yang telah ditangkap di pantai, selain untuk dikonsumsi, sebagian biasanya akan ditaburkan di kebun dan ladang.

Paulus Pati Kabelen tua adat desa Pasir Putih setelah seremoni memberi makan leluhur pemlik Nale menjelaskan tradisi menangkap Nale yang hanya berlangsung dua kali dalam setahun ini selalu dikaitkan dengan sebuah cerita legenda yang sangat merakyat.

Dikisahkan bahwa Nale berasal dari Duli (Kehidupan alam lain di laut sana), dan diperkenalkan oleh Srona dan Srani (Dua makhluk berwujud manusia) kepada masyarakat Mingar yaitu bapak Belake dan Bapak Geroda (Suku Ketepapa) dan bapak Belawa (Suku Ata Kabeleng). Berita baik ini kemudian diteruskan kepada seluruh masyarakat Mingar yang berjumlah delapan suku didalam kampung.

Foto: Bentangan pasir putih di pantai Selatan desa Pasir Putih kecamatan Nagawutun kabupaten Lembata

“Srona dan Srani tinggal lama bersama masyarakat Mingar sambil memberitahukan bagaimana cara menangkap Nale, kewajiban dan pantangan ketika menangkap Nale, serta mewariskan cara berkomunikasi, memanggil dan berpamitan dengan Nale,” ungkapnya.

Paulus Menambahkan, beberapa waktu sebelum penangkapan Nale, dilakukan upacara adat di ‘Korke Nale’ (Rumah Nale), “Dalam upacara ini akan terlihat Nale melata pada tiang kanan Korke, dan ketika hari mulai gelap dan laut mulai surut, seluruh masyarakat akan menuju pantai dan menunggu waktu penangkapan nale di pinggir pantai dengan membawa segala perlengkapan, sedangkan tuan Nale (dari suku Ketepapa) akan melakukan survey kehadiran Nale di Benebong dan memanggil seluruh masyarakat untuk turun ke laut. Segera setelah pemanggilan dari tuan Nale, masyarakat akan berhamburan ke laut untuk menangkap Nale,” ungkap Paulus.

Wakil Bupati Lembata Dr.Thomas Ola Langoday dalam sambutannya pada pembukaan Guti Nale Festival Lembata 2019 menjelaskan, sesuai kalender pariwisata di Kabupaten Lembata, hari Senin – Selasa (25-26/2/2019) dilangsungkan Festival Nale di Pantai Mingar, Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutun.
Ivent itu merupakan acara perdana kepariwisataan yang digelar di daerah tersebut tahun ini.

“Kita harus merasa bangga karena Tradisi Guti Nale hanya ada di Mingar desa Pasir Putih kecamatan Nagawutung, Nale ini tidak ada di tempat lain yang ada di kabupaten Lembata, kita patut member apresiasi kepada Lewotanah , pemangku adat dan penjaga nuba yang ada di Mingar karena peran mereka maka hari ini kita hadir dan terlibat dalam semangat Duli Gere Lewo Rae Malu, ini adalah Doa, karena Lewotanah sedang susah, dan akan kita saksikan doa itu terkabul atau tidak akan terajawab malam hari nantinya di sepanjang pantai mingar dalam tradisi Guti Nale,” tegasnya.

Tradisi Guti Nale adalah sebuah keunikan yang diangkat dan di festivalkan. Festival Guti Nale menjadi Pembuka dari serangkain Fetival sepanjang tahun 2019 di Kabupaten Lembata, yang nanti kita tutup dengan festival tiga gunung.

Foto: Nale yang diolah menjadi sambal yang rasanya sangat nikmat

Thomas Ola juga menambahkan, Festival Guti Nale penuh dengan seremonial adat dan merupakan kekayaan budaya yang ada di kabupaten Lembata, karena itu perlu ada kerjsama yang baik antara semua pihak agar gema festival Guti Nale pada periode yang akan datang lebih meriah lagi.

“Guti Nale adalah sebuah Peristiwa Budaya,sekiranya pada waktu yang akan datang wisatawan dan pengunjung yang datang tidak mengikuti Tradisi Guti Nale tetapi juga diajak menikmati panorama alam pantai pasir putih yang ada di desa ini,” tegasnya.

Untuk di ketahu, dalam rangkaian kegiatan Guti Nale ini, terlihat adanya rasa solidaritas dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat yang terus dipertahankan karena ikut mendukung kelangsungan budaya tradisional. Keajaiban tentang kehadiran Nale bagi warga Mingar Lembata merupakan suatu legenda yang tersebar hampir keseluruh lapisan masyarakat Lembata dan sekitarnya. Legenda ini sangat menarik dengan cerita yang sarat makna dan terus terjaga melalui penuturan orang-orang tua yang kemudian tersusun dalam tulisan tentang Guti Nale di Lembata.  (vivatimur.com/bp)

Komentar ANDA?