NTTsatu.com – MAUMERE– Ada hal yang menarik dari persoalan retribusi parkir kendaraan bermotor di Pasar Alok Maumere. Terjadi perbedaan penerimaan pendapatan yang cukup menyolok antara saat dijaga oleh petugas UPT PasarAlok dan Satpol PP dan Damkar. Pengelola Pasar Alok diminta untuk serius mencari titik soal yang mengakibatkan kebocoran pada retribusi parkir.
Seperti diketahui bahwa ketika dijaga Satpol PP dan Damkar selama satu minggu lebih, penerimaan pendapatan rata-rata Rp 4 juta per hari. Bahkan pada hari Selasa yang adalah hari pasar meningkat menjadi Rp 5,3 juta. Sebelumnya, selama ini penarikan retribusi parkir dilakukan oleh petugas UPT Pasar Alok. Pendapatan rata-rata setiap hari berkisar antara Rp 1,2 juta sampai Rp 1,5 juta.
Perbedaan yang mencolok ini melahirkan pelbagai pendapat spekulatif di tengah masyarakat terutama para pengguna pasar. Masyarakat pengguna pasar terperangah melihat realitas perbedaan pendapatan yang cukup tinggi antara personil UPT Pasar Alok dan Satpol PP.
Pendapat spekulatif menyebutkan sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan penerimaan pendapatan retribusi parkir Pasar Alok. Dugaan yang paling kuat yakni adanya kebocoran di tingkat internal UPT Pasar Alok. Ada kesan yang mencurigakan bahwa personil UPT Pasar Alok yang ditugaskan menarik retribusi parkir tidak jujur dalam melaporkan penerimaan pendapatan.
Faktor lain yang juga memungkinkan terjadinya perbedaan pendapatan retribusi parkir yakni makin tingginya tingkat kemauan masyarakat termasuk pengguna pasar dalam membayar retribusi parkir.
Ditengarai, ketika dijaga personil UPT Pasar Alok, pengguna pasar dan konsumen enggan membayar retribusi parkir. Kondisi ini berbeda saat dijaga Satpol PP, karena petugas begitu ketat menarik retribusi dari setiap pemilik kendaraan bermotor.
Sikap tegas Satpol PP ini temasuk memberlakukan penarikan retribusi parkir kepada pemilik kendaraan yang lebih dari satu kali masuk ke Pasar Alok.
Justeru sikap tegas tersebut yang memicu aksi protes pengguna pasar yang menolak pembayaran retribusi parkir setiap kali kendaraan mereka masuk ke Pasar Alok.
Pendapat lain menyebutkan secara kebetulan saat dijaga Satpol PP tingkat kunjungan masyarakat ke Pasar Alok semakin tinggi. Ketika kunjungan makin tinggi, kemauan membayar juga semakin tinggi, maka praktis penerimaan pendapatan pun tinggi.
Namun pendapat ini dibantah pengguna pasar, yang menyebutkan justeru ketika dijaga Satpol PP tingkat kunjungan ke Pasar Alok semakin berkurang. Pengguna pasar beralasan kehadiran Satpol PP malah menurunkan tingkat kunjungan.
Dengan berbagai pendapat spekulatif yang simpang siur tentang perbedaan penerimaan pendapatan retribusi parkir, UPT Pasar Alok diminta untuk mencari letak soal tingkat kebocoran yang terjadi selama ini. Upaya mengetahui tingkat kebocoran ini diharapkan bisa menjadi referensi yang positif untuk memberlakukan model penarikan retribusi parkir yang efektif. (vicky da gomez)