Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu Masa Biasa XXVIII, 13 Oktober 2024*. Bacaan. Kebijaksanaan 2: 18-24 dan Ibrani 4: 12-13 Injil Mk 10:18-30
Pernah ada seorang kaya ingin meminang seorang gadis. Laki-laki itu tak seiman dengan calon perempuan, tetapi rasanya aneh karena orangtua perempuan sangat mendukung niat baik laki-laki itu sebab sudah terpengaruh materi. “Cinta gara gara mata duitan”. Perempuan itu tetap menolak tegas sebab baginya yang terpenting adalah “kasih sayang, bukan materi”. Materi bisa hilang tapi cinta tetap lestari. Sebab itu apapun alasannya dia tetap menolak dengan keras karena bukan jodoh.
Dialog pengusaha muda kaya dengan Yesus adalah suatu situasi nyata kita di masa kini. “Caranya bagaimana supaya bisa mencapai hidup yang kekal?” Sepuluh Hukum Allah yang dia tahu, sudah ia jalani semuanya. Yesus mengatakan lagi: masih ada satu kekurangan padamu: *Pergilah dan jualah segala milikmu*. Mendengar suruhan Yesus itu ia kecewa dan pergi dengan sedih hati karena banyak hartanya. Apakah memang harta itu menjadi penghalang dan bukannya sarana bantu? Pertanyaan yang kontroversial namun Yesus mau ingatkan bahwa lelekatan akan sesuatu dapat saja membuat orang bisa meninggalkan Tuhan. Yesus tuntut penyerahan diri secara total. Sebab orang bisa hidup dari iman dan berserah diri kepada Tuhan.
Keluarga memang penting. Harta kekayaan yang telah dikumpul dan kedudukan juga penting. Karena siapa pun kita ini masih berjuang di atas dunia. Orang mau memiliki banyakpun tidak masalah, boleh boleh saja, tetapi perlu adanya ruang di hati untuk Tuhan. Kitab Kebijaksanaan dengan jelas tegaskan: Jikalau berdoa kita akan diberi pengertian. Ketika kita minta maka Roh Kebijaksanaan mendatangi kita. Sesungguhnya Firman Allah itu hidup dan penuh daya. Lebih tajam daripada pedang bermata dua, kata Surat Ibrani tadi. Kekayaan tak akan menyelamatkan kita jika tak digunakan untuk membahagiakan sesama.
Ajakan Yesus mengandung konsekuensi berat. Memang demikian tuntutan-Nya tapi bukan tak bisa diwujudkan dalam setiap usaha. Sebab untuk mencapai maksud tertentu setiap orang selalu berjuang keras untuk mampu membebaskan dirinya dari berbagai bentuk kelekatan yang menghalangi orang mengikut Yesus. Memiliki keluarga, harta, uang dan kedudukan itu penting, tak disangkal oleh siapapun yang bisa digapainya dengan segala cara. Bekerja pagi sampai malam bahkan bisa melupa diri boleh saja tapi harus ingat: Kita tak abadi hidup maka harus tetap ingat Tuhan Sang Penyelenggara kehidupan untuk memberikan ruang yang pantas bagi-Nya.
Dalam kehidupan menggereja kadang perbuatan saja tak bisa menjadi jaminan. Yesus tuntut militansi iman yang jelas. Boleh jadi banyak orang menjadi saleh karena rajin gereja. Apalagi kalau sering berdoa, mengaku dosa dan menyambut tubuh Tuhan, dsb. Meskipun demikian tapi apabila hidup tanpa sikap, prinsip iman apakah artinya? Mereka mudah saja pilih mundur karena kedudukan atau rejeki menuntut. Yesus mengajak kita agar berbagi dengan sesama. Perlu saling memperhatikan dalam suka dan duka. Jika tanpa rasa peduli maka lebih mudah seekor unta masuk lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke hidup yang kekal.
Apa yang masih melekat pada diri sehingga membuat anda tak bahagia?
*Salam Seroja, Sehat Rohani dan jasmani* di Hari Minggu buat semuanya. Jikalau ADA, Bersyukurlah. Jika TIDAK ADA, BerDOALAH. Jikalau BELUM ada, BerUSAHALAH. Jikalau masih KURANG Ber- SABARLAH. Jika LEBIH maka BerBAGI LAH. Jika CUKUP, berSUKACITALAH. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga anda dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin🙏🙏🙏🌹🌹✝️🪷🪷🤝🤝🎁🛍️💰🍇🍇🇮🇩🇮🇩
Pastor Paroki Katedral Kupang