Mengenang Para Penjasa, Pastor Nicholas Strawn, Stella Maris dan Kapten Sina

0
4947
Foto: Petrus Sina Unaradjan, Putra Lewuka yang lebih dikenal dengan nama Kapten Sina (ist)

Tulisan ini merupakan tulisan Bung Thomas Ataladjar di Jakarta yang mengisahkan kembali kenangannya tentang Pastor Nicholas Strawn, Kapal Motor (KM) Stella Maris dan anak Lembata yang dikenal dengan sapaan Kapten Sina. Tulisan ini disalin secara lengkap untuk membangikitkan kembali kenangan warga Lembata dan Flores Timur tentang pengabdian pastor Nicholas, Kapten Sina dan jasa besar KM Stella Maris.

 

Saat menjadi siswa seminari San Dominggo Hokeng  tahun 1960-an, kami merasa sebagai “anak emas”nya misi Larantuka. Betapa tidak! Saat itu transportasi laut dari Lewoleba ke Waiwerang dan Larantuka tak seramai sekarang.

Untuk ke Larantuka orang bisa menunggu motor laut berhari-hari di Lewoleba.  Saat itu, satu-satunya motor laut kecil milik pemerintah hanyalah motor DDN (Departemen Dalam Negeri) dengan jadual yang tak tetap. Selebihnya banyak orang memilih untuk naik perahu layar milik orang Lamahala. Saat itu belum ada pesawat, bandara, kapal cepat dan bis air  seperti sekarang ini.

Namun untuk siswa seminari, motor laut milik misi selalu siap tepat waktu mengangkutnya ke Waidoko, untuk selanjutnya diangkut dengan oto Nodu ke Seminari Hokeng yang juga sudah siap di pelabuhan Waidoko.   Kapal Motor  milik misi katolik seperti KM. St. Arnoldus, KM. Siti Nirmala dan KM.St.Theresia dan kemudian Kapal AMA sudah sangat akrab dengan seminaris, calon-calon pastor ini. Khusus untuk menghubungkan jalur Flores-Jawa, misi Ende memberi sebuah kapal baru Stella Maris.

Sementara  untuk transportasi darat di Lomblen (Lembata)  saat itu, hanya ada oto milik misi merk “Unimoc”, serta oto roda tiga milik Pater Ben Berbander,SVD.  Untuk ke Lewoleba orang masih harus jalan kaki atau naik kuda, karena belum ada jalan mobil kecuali Lewoleba dan sekitarnya. Dengan kondisi transportasi serta  masyarakat yang masih hidup sederhana seperti ini, seorang pemuda bule asal negeri kaya  Amerika Serikat, memutuskan mau ke tanah misi, Lomblen (kini Lembata).

Foto: Pater Nicholas Strawn, SVD yang dikenal dengan sapaan Pater Niko Konok (ist)

16 Peti Nyemplung ke Laut, “Mobil” Tertambat di Pohon  

Pada 20 Oktober 1963  kapal “SS.President Madison” meninggalkan pelabuhan San Fransisco, Amerika menuju Indonesia. Kapal ini memuat juga  16 buah peti bertuliskan alamat : “Misi SVD Ende Flores, Kepulauan Sunda Kecil-Indonesia”. Isinya, buku,  pakaian, obat2an dll. Tertulis nama pemiliknya: Pater Nicholas Strawn, SVD, 1985, Waukegan RD/PO. Box 6067, Techny,IL. USA. Ke-16 peti itu merupakan bekal awal bagi imam muda berusia 28 tahun itu, untuk kehidupan dan perjalanan yang baru ke tanah misi, Lomblen.

Setelah berlayar selama 2 bulan 11 hari,  pada 4 Desember 1963, kapal berlabuh di Tanjung Priok dan misionaris baru itu dijemput P. Yosef Diaz Viera, SVD, langsung dibawa nginap  ke Soverdi, Jl. Matraman Raya, Jakarta sebelum ke Surabaya.

Pada 12 Desember 1963, Pater Niko Strawn  bertolak dengan KM. Stella Maris dari Surabaya menuju Ende, bersama P. Marinus Krol SVD, dan P. Frans Lachmer SVD, 3 suster CIJ dan 3 suster SSpS, serta 30-an penumpang.

Belum jauh dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya di dekat Pulau Madura,  terjadi kebakaran di palka kapal. Semua penumpang panik. Beberapa awak kapal melarikan diri  dengan sekoci termasuk kapten kapal asal Ambon, Lemarewa . Kapal berada dalam kendali stirman satu bernama Sina, seorang pemuda pemberani.

Sina perintahkan agar jangan ada yang terjun ke laut dan kepada ABK (Anak Buah Kapal) Sina perintahkan juga agar kosongkan kapal sehingga muatan yang ada dibuang ke laut.  Termasuk 16 buah peti milik P. Nicholas Strawn, SVD, bekal perjalanan misi perdana untuk 5 tahun terpaksa dibuang ke laut serta sebuah mobil baru serta barang yang terbakar lainnya, demi menyelamatkan penumpang dan kapal.

Akhirnya api berhasil dipadamkan.Tak ada korban jiwa. Kapal ditarik kembali ke dermaga Tanjung Perak Surabaya untuk diperbaiki sebelum berlayar kembali. Bagi misionaris baru P. Nicko Strawn, SVD  yang kehilangan 16 buah peti, terpaksa datang ke tanah misi dengan tangan kosong. Sementara bagi Sina, tindakan beraninya menyelamatkan kapal justru membawa berkah baginya. Selain beroleh penghargaan, Sina juga naik pangkat jadi Kapten Kapal Stella Maris.

Tanggal 28 Desember 1963, kapal Stella Maris dengan nahkoda baru Kapten Sina, mulai bertolak kembali dari Surabaya ke Ende dan tanggal 31 Desember 1963 kapal Stella Maris bersandar di Pelabuhan Ende.

Dari Ende ditemani bruder Marianus SVD  asal Belanda P. Niko Strawn, SVD kemudian bertolak menuju Larantuka dengan  KM. St Theresia.

Pebruari 1964 ditemani P. Lawrence Hambach, SVD, bertolak dengan Motor Siti Nirmala ke Lewoleba, Lomblen. Dalam bulan Pebruari 1964 itu juga untuk pertama kali P. Nicolas Strawn, SVD  mengawali perjalanannya ke Lerek, Kecamatan Atadei, Lembata.

Saat hendak berangkat, Nicko bertanya kepada P. Lorens Hambach, SVD, “Where is the car? Pater Lawrence Hambach menunjuk 3 ekor kuda yang tertambat di pohon.

”But  I have never rode a horse”, (saya belum pernah tunggang kuda), kata P.Nico. Namun hanya dengan sedikit “kursus kilat” dari P. Lawrence Hambach, kedua misionaris asal Amerika Serikat ini akhirnya berkuda menuju Lerek.\

Ternyata P. Nicholas Strawn, SVD langsung jatuh hati dengan umatnya di Lerek kemudian di paroki Boto, dan betah tinggal menikmati masa pensiunnya di Tanah Lembata. Lantas siapa sebenarnya Sina, pemuda pemberani yang menyelamatkan kapal Stella Maris tersebut?

Foto: KM Stella Maris yang tetap menjadi kenangan untuk warga Lembata dan Flores Timur (ist)

 

Anak Kampung Lewuka Jadi Kapten Kapal Laut

Nama Kapten Sina  memang cukup familiar untuk kalangan orang Flores di Ende, khususnya di lingkungan konggregasi Serikat Sabda Allah (SVD) dan NTT pada umumnya yang pernah menggunakan sarana kapal laut dari Surabaya ke Flores ataupun sebaliknya. Kapten Sina adalah salah seorang nakhoda dari KM Stella Maris tersebut.

Nama lengkapnya, Petrus Sina Unaradjan kelahiran Lewuka-Lembata NTT, 10 Juni 1935. Ayahnya, Paulus Assan Unaradjan dan Ibunya, Yuliana Jawa Keraf berasal dari Lebala – Mulan Kera, sebuah keluarga sederhana.  Paulus Assan Unaradjan tinggal di Lewuka setelah perang Paji & Demong. Sebelumnya anak dari Yohanes Sina Unaradjan ini tinggal dan berasal dari Atawolo-Atadei, keturunan dari Moyang Wata Unaradjan.  Sina adalah anak ke dua dari empat bersaudara.

Pada waktu ayahnya meninggal Sina berusia  kurang lebih 10 tahun. Semangat  merubah nasib untuk hidup lebih baik itulah yang mendorong Sina kecil untuk merantau ke Larantuka tahun 1946. Dalam usianya yang relatif muda beliau berani meninggalkan kampung halamannya pergi ke kota Renya hanya dengan berbekal pakaian di badan dan selembar sarung pemberian  ibunya untuk dipakai kalau tidur di malam hari.

Di Larantuka Sina diterima bekerja di Misi Larantuka. Mulanya ia membantu di Pastoran pada masa Uskup Mgr.Gabriel Manek, SVD dan Mgr. Antonius Thiyssen, SVD. Kemudian dipindahkan ke bengkel Misi Larantuka. Di bengkel milik misi ini,  Sina dibimbing oleh seorang Bruder berkebangsaan Belanda yang melihat bakat Sina kecil lebih cocok bekerja di kapal. Maka Sina dipindahkan ke motor  St. Arnoldus yang melayani Misi Larantuka untuk pelayanan di seputar Waidoko, Hokeng dan pulau-pulau kecil di Flores Timur. Kemudian,  Sina dipindahkan ke Motor Siti Nirmala lantas pindah  lagi ke Motor St. Theresia dan selanjutnya Sina di sekolahkan oleh Misi  ke Sekolah Pelayaran di Surabaya.

Setelah menyelesaikan Sekolah Pelayaran,  Misi membeli sebuah kapal baru yaitu KM Stella Maris dan Sina ditempatkan di kapal ini sebagai Mualim II dan selanjutnya menjadi Mualim I. Pada tahun 1963  saat menjadi mualim I inilah terjadi peristiwa kebakaran di KM.Stella Maris tersebut.

Kapten Sina menikah dengan Margaretha Kewa Unaradjan dan dikaruniai 11 (sebelas) orang anak .  Beliau meninggal dunia di Lewoleba-Lembata NTT pada  tanggal 14 September 1998 dalam usia 63 tahun.  Ia telah kembali ke Sang Khalik, tapi nama Kapten Sina tetap dikenang.

Terima kasih Pater Nicholas Strawn, SVD, Terima kasih KM.Stella Maris ( Bintang Laut) dan Terima kasih Kapten Sina.**

Komentar ANDA?