Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu Masa Natal, 05 Januari 2025*. Bacaan. Yesaya 60: 1-6 dan Ef 3: 2-3a, 5-6 dan Injil Mt 2: 1-12.
*HARI RAYA EPIFANI*
Ada kasus beberapa tahun yang lalu ketika Gereja lama Katedral belum dibongkar. Persis di tatakan Arca bunda Maria ada Kotak Kolekte yang kami buka setiap bulan karena banyak sumbangan pembangunan dalam amplop juga masuk di situ. Malam itu ada sepasang keluarga yang sudah setengah tua datang berdoa. Kami sudah ada firasat curiga terus menerus karena ada suara berisik bocil mereka berusia sekitar dua tahun setiap malam sekitar pk 00.00.
Memang banyak orang biasa doa di situ pada waktu yang hampir sama. Ternyata selain tujuan berdoa keluarga tadi juga ada akal bulus hendak nyolong Doi kolekte. Si Ibu berlaku sebagai mata mata yang memberi komando dari pintu sedangkan sang bapa beraksi memancing lembaran duit dengan menggunakan Lem di ujung kawat. Tujuan berdoa tapi akhirnya urusan makin panjang karena duluan tertangkap. Memang Tuhan tak lindungi orang jahat tapi berpihak pada yang benar.
Ketika Tuhan Yesus lahir di Betlehem tanah Yehuda Informasi dan teknologi komunikasi belum ada dan tidak secanggih pada saat kini. Para majus dari timur sepertinya merasa kompak berangkat dari negeri asalnya masing masing. Mereka melintasi padang gurun yang jauh melelahkan dengan tuntunan Cahaya Bintang. Akhirnya juga mereka tiba di kandang Betlehem tempat Yesus dilahirkan.
Perayaan Epifani atau Penampakan Tuhan hari ini hendak menyadarkan kita bahwa sejatinya tak sulit mencari Tuhan. Di mana ada kemauan, tekad baik di situ ada jalan. Biarpun ada tantangan besar tapi orang tulus yang mempercayakan diri pada Tuhan tak akan sia-sia. Para majus telah membuktikan hal itu karena kepekaan iman. Dengan kendali Bintang timur maka para majus tiba ke tempat tujuan dimana kanak kanak Yesus itu berada.
Kedatangan para majus membuat Herodes gelisah cemas. Bakal posisinya diambil alih Sang Raja baru itu. Alasan itu maka ia cari tempat kelahiran Yesus dan mau membunuh-Nya. Bukan mau menghormati Yesus sebagai Juruselamat seperti ketiga sarjana dari timur. Ketika menjumpai Raja baru itu mereka membuka harta bendanya dan memberikan kepada Sang Juruselamat, “Emas”: simbol Yesus sebagai Raja. “Kemenyan”: simbol Keilahian Yesus dan “Myrh/ mur” adalah: persembahan Diri Yesus sendiri.
Kini kita hidup di zaman yang serba canggih. Zaman yang menawarkan hal hal instan di segala bidang hidup padahal ziarah hidup kita ibarat para majus. Kita alami berbagai tantangan hidup yang amat menakutkan. Berbagai akses telah mempermudah kita cari dan menemukan Tuhan tapi ironinya hati dan pikiran kita tumpul karena tak mampu baca tanda tanda kehadiran Tuhan. Juga kita tak mampu melihat cahaya Bintang Iman di tengah kecanggihan dan kemudahan, malah kita lebih mengandalkan kehebatan diri dan mengabaikan peran Tuhan. Akibatnya kita cuma menjadi pribadi orang yang cengeng karena cuma tahu mengeluh dan mengadu.
Selain itu kita mudah takut dan menyembah pada harta benda. Segala kepemilikan kita yang bersifat material dan bernilai ekonomis akan jadi fokus hidup. Sejatinya kita sudah lupa penegsan injil: “di mana hartamu, di situ pun hatimu berada” (Mt 6,21). Ketika kita berhamba pada harta benda maka kita justru tak punya hati untuk Tuhan apalagi peduli orang lain. Kita akan sulit mewujudkan makna persahabatan yang benar. Jikalau kita hendak menyembah Yesus maka fokus pandangan kita harus dialihkan dari dunia materi.
Harta dan kuasa tak boleh mencengkram hati. Memang kita butuhkan selagi hidup tapi lebih jauh dari pada itu kita membutuh kemampuan iman agar mudah melihat masa depan. Kita lihat Tuhan sebagai Cahaya Bintang dalam segala peristiwa hidup. Di tahun baru ini, *kita perlu kembali ke jalan lain*. Perlu mengenal kehendak Tuhan dalam hati dan budi. Jikalau Tak kenal Yesus dan lebih berhamba pada kejahatan maka kelakuan itu ibarat niat bulus raja Herodes yang mau menyembah Yesus.
Demikianpun sebaliknya setelah kita alami kehadiran kasih Allah biarpun kita tetap hidup sederhana tapi jika cara hidup kita luar biasa dalam pelayanan maka kita sungguh berkenan di mata Tuhan. Kita coba tunjukan dalam tindakan nyata yang seharusnya sesuai bidang tugas. Otomatis kita menjadi pribadi yang rendah hati. Kita akan rela mempersembahkan diri, bakat dan kesanggupan serta segala hasil karya bagi Tuhan dengan penuh rasa syukur serupa orang majus. Sejauh ini seperti apakah pemahaman iman yang utuh secara pribadi?
*Salam Seroja, Sehat Rohani dan jasmani* di Hari Minggu buat semuanya. Jikalau ADA, Bersyukurlah. Jika TIDAK ADA, BerDOALAH. Jikalau BELUM ada, BerUSAHALAH. Jikalau masih KURANG Ber- SABARLAH. Jika LEBIH maka BerBAGI LAH. Jika CUKUP, berSUKACITALAH. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga anda dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin🙏🙏🙏🌹🌹✝️🪷🪷🤝🤝🎁🛍️💰🍇🍇🇮🇩🇮🇩
Pastor Paroki Katedral Kupang