Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu Biasa XXV*, 19 September 2021. Bac. Keb. 2: 12, 17 – 20 & Yakobus 3: 16 – 4: 3 dan Bacaan Injil Mk 9: 30 – 37.
Saat ini bila bepergian dan tersesat pasti kebingungan. Kalau ada android maka mudah orang gunakan GPS, nagivasi yang cepat dan mudah. Orang bisa sharlock (share location) bagi lokasi lewat Wa sehingga jelas petunjuk arahnya. Tapi kalau tidak ada apalikasi ini maka mau tak mau harus tanya orang di sekitar, supaya bisa sampai ke tujuan. *Kata pepatah lama: malu bertanya sesat di jalan*. Hal yang sama terjadi dalam komunitas Yesus dan para rasul.
Yesus dalam injil secara terus terang jelaskan kepada para murid. *Anak Manusia akan diserahkan dan dibunuh tapi IA akan bangkit pada hari ketiga*. Memang Yesus tahu kasak kusuk mereka selama perjalanan. Rupanya DIA agak terganggu dengan perbincangan mereka itu. Olehnya ketika sampai di Kapernaum DIA tanya mereka, apa yang diperbincangkan di jalan? *Pikiran mereka langsung mengarah kepada Kuasa dan Kedudukan*. Siapa lagi yang mau jadi besar? Sto. Yakobus katakan tadi: dimana ada iri hati, di situ ada kekacauan dan perbuatan jahat.
Yesus tak ada kepentingan sedikitpun dengan regim yang berkuasa di tanah Israel. Sebab itu IA contohkan anak kecil yang ada di situ. Kata-Nya: *jikalau orang terima anak kecil ini, dia terima Diri Saya*. Anak kecil itu adalah gambaran kepolosan hati dan cara berpikir. Sebab itu Yesus tak hadirkan orang besar, pejabat apalagi. Karena pikiran mereka sudah terkontaminasi. Di otak mereka hanya *ada kuasa, posisi dan kekayaan* yang sudah bercabang dan merambah ke mana-mana. Bagaimana harus meraih ketiga hal bergengsi ini.
Kitab Kebijaksaan tegaskan: *Orang benar selalu menjadi gangguan* bagi mereka yang lalim. Yesus mengeritik pedas situasi yang terus dialami dunia. Kadang *banyak orang yang mengerti berlomba menjadi pejabat, tapi mengabaikan aspek pelayanan dan pengabdian*. Awalnya masih berada pada pijakan yang benar. Masih bisa dengar dan buat baik. Lama kelamaan sudah buta hati dan mata lantaran kepentingan lebih dominan. *Bagi mereka cita-cita dan harapan sudah terwujud*. Yesus tak menghendaki orang berlaku egois sambil membangun pertalian yang nepotis dan kolutif. demikian. Jikalau kelakuan kita sampai demikian maka kepasitas dan kredibilitas kita diragukan.
Menjadi pengikut Yesus saat ini apalagi jadi pemimpin, orang harus betul konsekuen. *Kata harus sejalan dengan perbuatan*. Atinya berlaku menjadi pelayan untuk orang banyak. Apalagi jikalau kesejahteraan hidup sudah dijamin baik negara. Begitupun Pemimpin gereja sudah dijamin umat, jemaat sendiri. Berarti orang harus berlaku *menjadi seperti pelayan rumah tangga yang siap setiap waktu*. Yesus mengajak kita hari ini agar saling peduli satu sama lain selaku manusia. Mari kita mewujudkan tugas pengabdian kita secara benar selaku murid-murid Kristus di tengah dunia ini.
Salam sehat di Hari Minggu untuk semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita hidup. Amin 🙏🙏🌹✝️🌹🍇🫐🔥🔥🇮🇩
=========
Pastor Paroki Katedral Kupang