Misteri Kematian Mantan Frater OCD Asal Bajawa, Dari Mimpi Buruk

0
2283
Foto: Carolino A. Sowo alias Charly, mantan Frater OCD Kupang yang ditemukan tewas di pantai Oesapa Kupang, Selasa, 24 Juli 2018 pagi

 

NTTsatu.com – KUPANG – Warga Kota Kupang kembali dihebohkan dengan penemuan mayat di pantai Oesapa pada Selasa (24/7/18) sekitar pukul 06.00 pagi. Mayat laki-laki yang kemudian diketahui bernama Carolino A. Sowo alias Charly itu adalah mantan Frater OCD Kupang yang sedang mengakhir masa studinya di Faktultas Filsafat Agama Unika Widya Mandira Kupang.

Mayat Charly itu pertama kali ditemukan dalam kondisi tewas terapung oleh seorang nelayan bernama Mas Timor. Mas Timor lantas memberitahu kepada dua temannya, yakni Yeremias Oematan dan Sakarias Tanesi yang kemudian ketiganya mengevakuasi korban ke pinggir pantai dan selanjutnya melapor ke Polsek Kelapa Lima.

Berdasarkan laporan tersebut, aparat Polsek Kelapa Lima bersama Tim Basarnas Kupang mendatangi lokasi kejadian dan melakukan olah TKP.

Jasad mahasiswa Filsafat Unwira Kupang itu kemudian di bawa ke Rumah Sakit Titus Uly Kupang untuk diidentifikasi oleh tim Inafis Polres Kupang Kota. Hasilnya, dari rekaman sidik jari korban ditemukan nama dan data korban atas nama Carolino A. Sowo, berusia 25 tahun, berasal dari Susu, Bogenga, Bajawa, Kabupaten Ngada.

“Dari data yang ada itulah kami menghubungi orang-orang yang kenal dengan korban dan ternyata ada keluarganya yang berasal dari Bajawa di Kota Kupang ini,” ujar Kapolsek Kelapa Lima, AKP Didik Kurnianto saat dihubungi, Rabu (25/7/18) sore.

Menurut Didik, dari hasil otopsi diketahui korban diduga mati tenggelam. Tapi, “Kita akan kembangkan lebih dalam perihal kematian korban,” tegas Didik.

Jasad korban baru diotopsi pada hari Selasa (24/7/18) yang dimulai dari pukul 02.30 hingga 18.00 Wita. Tampak hadir Yakobus Sowo (ayah korban) bersama keluarga korban lainnya, serta para sahabat korban.

“Beta sonde percaya kaka Charly pergi secepat ini. Dua minggu lalu dia masih pimpin koor saat misa hari Minggu di Biara Karmel OCD Penfui,” kata Roslin, sobat almarhum.

Tepat pukul 22.00 Wita di rumah sakit itu, jasad korban dimasukan ke dalam peti mati usai dimandikan dan kemudian di bawa ke rumah Frans Sowo, paman korban, di Jalan Nefonaek 3, Perumnas, Kota Kupang.

Foto: Peti jenasah Almarhum saat akan diberangkatkan dari Bandara El Tari Kupang menuju Bandara Frans Seda Maumere, Sikka, Rabu (25/7/18) siang. (Foto: Sergap.id)

Suasana duka makin terasa tatkala mobil ambulance milik Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully tiba di rumah Frans Sowo yang telah ditunggui keluarga dan ratusan pelayat. Peti jenasah kemudian diangkat oleh keluarga dan diletakan di teras rumah.

Menurut Frans Sowo, sesuai budaya Bajawa, peti jenasah tidak boleh dimasukan ke dalam rumah. Sebab korban dinilai meninggal tidak wajar.

“Saya mau meluruskan informasi yang beredar dan viral supaya tidak simpang siur. Kami tidak tahu dia terapung di laut itu sudah berapa lama? Namun dari keterangan teman-temannya bahwa ia meninggalkan kosnya di Penfui itu pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 2018 sampai ditemukan meninggal dan terapung di laut. Ketika sampai di rumah sakit saya melihat kondisi badannya sudah membengkak dan mukanya sudah nyaris rusak,” jelas Frans sambil berdiri di samping peti jenasah.

Yakobus Sowo, menjelaskan, anaknya (korban) adalah mantan Frater Karmel OCD dan saat ini masih kuliah di Fakultas Filsafat Unwira Kupang Semester 9 dan sedang menyelesaikan tugas akhir.

“Saya tidak yakin kalau dia minum mabuk lalu jatuh ke laut. Karena anak saya ini susah untuk diajak oleh teman kalau bukan karena hal yang penting. Nah,,, kalau informasi dari kawan-kawannya bahwa dia pergi dari Kos itu hari Sabtu malam dan diduga langsung meninggal itu saya rasa aneh. Sebab dia masih telepon mamanya (Jen Tandafatu) pada hari Minggu (22/7/18) jam 1 siang untuk minta uang karena dia mau urus skripsinya. Lalu mamanya kirim dia uang Rp 500 ribu dari Ende,” papar Yakobus didampingi Frans sambil mengakui kalau almarhum memiliki pribadi yang ceria, suka humor, dan kalem.

Namun sebelum ditemukan meninggal, kata Yakobus, korban juga sempat bercerita kepada ibunya bahwa dalam satu bulan terakhir ini dia sering bermimpi buruk. Biasanya dua kali dalam seminggu. Mimpinya selalu tentang mengalami kecelakaan di tabrak mobil, mimpi dibunuh orang, serta bermimpi lompat dari ketinggian.

“Dia merasa gelisah karena mimpi itu. Dan, saya bersama mamanya pesan untuk jangan jalan-jalan atau ke luar jauh. Makanya saya heran kalau dia ditemukan meninggal terapung di laut dan sepeda motornya ditemukan di parkiran Lasiana,” ucap Yakobus seraya meminta aparat agar mengusut tuntas penyebab kematian anaknya.

“Hari ini, Rabu 25/7/18, (kemarin,red) saya berulang tahun yang ke 62. Saya minta dia pulang karena bertepatan dengan liburan. Tetapi rupanya dia pulang dengan saya dalam keadaan sudah begini. (Waktu masih hidup) Dia sempat bicara ke saya bahwa kalau habis Skripsi (kuliah) ini, dia mau masuk kembali Frater, tapi di luar Kupang,” beber Yakobus.

Teman-teman Almarhum Charly masih tidak percaya dengan kematian korban yang begitu cepat. Mereka terus bertanya-tanya betulkah almarhum meninggal karena tenggelam bunuh diri? Sebab mereka sangat mengenali almarhum.

Aris Nai dan Afgan, teman Almarhum, menceritakan bahwa pada Kamis (19/7/18) malam, mereka masih bersama-sama dengan almarhum nongkrong di kos almarhum sampai pagi. Setelah itu mereka tidak kontak–kontak lagi sampai hari Sabtu (21/7/18) pagi.

“Malam Minggu itu saya masih kontak jam 10.57, tanya kalau Kae Charly tidak ada buat apa-apa di kosnya kami mau ajak pergi online di kosnya Afgan karena ada wifi gratis. Lalu karena tidak ada jawaban, saya ke kosnya dan pintu kos terbuka. Saya sempat cek ke dalam kamar, tapi tidak ada orang. Makanya saya tutup kembali itu pintu lalu saya pulang sekitar jam 11.30, dan jam 11.39 malam minggu itu saya SMS lagi sampaikan kalau saya ada ke kos, tetapi karena tidak ada dan pintu terbuka, maka saya kunci dan kuncinya saya simpan di dalam sepatu merah hitam. Tapi tidak ada jawaban juga. Dan hari Minggu (22/7/18) malam jam 10.48 saya SMS lagi tanya apakah ada di kos? Namun tidak balas sampai kami dengar dia ditemukan meninggal di Pantai Oesapa dan terapung,” tutur Aris diamini Afgan.

Menurut Aris dan Afgan, Charly adalah sosok Kakak yang baik. Hal yang sama juga disampaikan oleh Angelo dan Egie, kawan kos Almarhum.

Menurut keduanya, almarhum adalah sosok yang tidak pernah bermasalah dengan orang lain. Dia juga tidak suka mabuk-mabukan atau berbuat hal yang tidak baik lainnya.

“Kami merasa aneh saja karena tiba-tiba dia ditemukan meninggal di Pantai Oesapa. Anak ini tidak biasa keluar dari kos tanpa pemberitahuan atau pergi dengan teman-teman ke luar. Biasanya selama ini teman-teman itu datang ke kosnya. Baik yang kami kenal atau pun dibawa oleh teman lain lagi. Sebab dikosnya ini kami biasa minum kopi. Mamanya Charly selalu kirim dia kopi banyak dan selalu setiap bulan. Makanya aneh saja kalau dia pergi ke Oesapa itu. Kalau mau berenang, masa sendirian? Pakai jaket lagi. Kalau mau mancing, selama kami sama-sama dengan dia, dia tidak pernah pergi mancing. Kami minta Polisi usut,” kata Egi dan Angelo, berharap.

Bili Malo, penjaga kos-kosan yang ditinggali almarhum selama ini, mengatakan, dirinya melihat almarhum keluar dari kos sekitar jam 8 malam.

“Saya dari hari Sabtu malam sampai hari Senin malam itu masih cari dia. Tidak biasanya dia kasi tinggal kos lama begini. Biasanya dia keluar selalu kembali untuk mandi atau ganti pakaian. Saya merasa aneh, makanya saya cari dia bertanya kesana kemari. Biasanya kalau dia ada, kamarnya selalu ramai dan pintu itu selalu terbuka karena kawannya datang terus. Hari Senin pagi saya sempat cek ke kamarnya namun tidak ada dan karena pintu terkunci saya pun buka dengan kunci serep dan saya matikan listrik yang menyala dan cabut stop kontak dispenser. Lalu saya kunci pintu lagi dan hari Selasa pagi sekitar jam 9 pagi saya sempat telepon nomornya, tapi tidak aktif sampai ada kabar bahwa dia ditemukan meninggal di Oesapa,” terang Bili sambil meneteskan air mata.

Rabu (25/7/18) siang, jasad almarhum diberangkatkan via Bandara El Tari Kupang menuju Maumere dengan pesawat NAM Air untuk selanjutnya di bawa ke Bajawa menggunakan mobil dan dimakamkan dirumah orang tuanya di RT 05 RW 01, Bobou, Kelurahan Faobata, Kecamatan Bajawa, Ngada. (sergap.Id,/bp)

 

Komentar ANDA?