
Thomas Ataladjar putra Lembata yang berdomisi di kota metropolitan Jakarta mencoba membangkitkan kembali kenangan akan payung tradisional di kampung yang disebut Newong. Putra Waiwejak ini juga menghubungkan dengan kisah Pigafetta yang sempat berlayar di perairan Lembata hingga ke Alor. Berikut ini tulisan Thomas di media sosial facebook dirilis utuh.
EMPAT ratus sembilan puluh enam ( 496 ) tahun silam. Antonio Pigafetta, awak kapal Victoria yang dinakhodai Juan Sebastian del Cano, kapal terakhir armada Magelhaens yang mengelilingi dunia , mencatat berlayar di perairan Lembata dan Alor. Tanggal 7 Januari 1522 kapal Victoria melintas dekat pulau Batutara.Tanggal 8 Januari 1522, Fransisco Balbo jurumudi Victoria mencatat, mereka melintasi Alicura atau Kalikur di perairan Kedang.
Keesokan harinya, Victoria melintas pulau Lepan dan Batan, sebelum berbelok ke arah selatan dan berlabuh di Alor untuk memperbaiki kapalnya sekaligus mencari tambahan air dan perbekalan untuk pelayaran kembali ke Spanyol. Selama dua minggu mereka berlabuh di Alor. Awak kapal ke pulau sekitarnya untuk mencari makanan perbekalan tambahan.
Banyak catatan Pigafetta tentang Alor. Satu-satunya observasi Pigafetta yang keliru adalah bahwa penduduk Alor memiliki telinga yang lebar yang dapat dilipat untuk dijadikan bantal sewaktu tidur.
Pigafetta jelas telah salah melihat payung tradisional terbuat dari daun pandan yang dikenakan penduduk Alor saat itu untuk lindungi tubuh dari hujan.
Pigafetta yang berangkat dari Sevila 10 Agustus 1519, akhirnya tiba bersama 17 awak tersisa armada Magelhaens di San Lucar de Barrameda Spanyol.
Kemarin saya tertarik akan postingan Camat Nubatukan , Stanislaus Kabesa Langoday yang lagi kenakan payung tradisional Lembata, yang oleh orang Atadei disebut Newong. Katanya saat itu Pak Camat lagi ada di Udak.

Ingatan saya langsung melambung ke masa kecil saat masih di Waiwejak,Atadei. Newong atau payung tradisional warisan leluhur ini terbuat dari daun pandan yang dikeringkan. Dibutuhkan sekitar 8 helai daun pandan lebar dengan ukuran panjang 2,5 hingga 3 meter.
Untuk eratkan sambungan tiap helai daun pandan, diikat dengan tali dari ijuk atau sejenis rotan yang di Atadei disebut,”luar” yang diiris halus sebagai” benang jahit’nya. Cara menganyamnya yaitu dengan menyilang daun pandan satu dengan yang lain.Kemudian dibentuk lonjong untuk menutupi kepala dan berfungsi sebagai payung.
Hasil kreasi budaya warisan leluhur ini perlu terus dilestarikan ketimbang membiarkannya punah , dan tergeser dengan kehadiran payung-payung modern bikinan pabrik atau bahkan impor. Apalagi dalam upaya mendukung program pariwisata yang tengah digaungkan di Lembata, Newong serta karya kreasi leluhur lainnya dapat dikemas menarik untuk dijadikan sovenir atau ole-ole bagi turis yang gandrung akan hasil kreasi budaya asli Lembata.
Terima kasih Pak Camat Nubatukan atas fotonya yang mengingatkan saya akan salah satu hasil kreasi leluhur yang namanya NEWONG. Ini hanya catatan ringan pengantar aktifitas hari ini. Selamat dan Semangat Pagi Semua Saudara dan Sahabatku Tercinta.