Rencana ini diungkap Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, ketika membuka seminar tentang penanganan kanker di Gedung Golkar NTT, Jumat (12/10/2023).
Melki mengingatkan warga agar tidak main-main dengan penyakit kanker. Meski tidak menular, kata Melki, kanker sangat mematikan.
“Penyakit kanker sangat dekat dengan semua orang, maka diharapkan kita bisa memahami, dan juga penanganannya karena menyebabkan kematian cukup besar,” kata Melki.
Melki menuturkan, saat Menteri Kesehatan dijabat Terawan, NTT sebenarnya sudah dibantu dengan alat canggih itu. Dengan alat itu, penderita kanker tidak perlu ditangani dengan kemo terapi biasa lagi.
“Dulu kita mau dikasih alat linex, namun terlambat respon jadi kita kehilangan dana Rp 60 miliar. Uang Rp 60 miliar itu kita buang lagi balik ke Jakarta. Dulu Pak Terawan ke sini saya ingat betul. Waktu kita bangun RSP Ben Mboi ada Pak Joseph Nai Soi juga, rencananya mau ditaruh alat itu di RSU WZ. Johannes ada ruang baru di samping Apotek Pelengkap lama. Alat linex itu mau ditaruh di situ sebenarnya. Jadi nanti ini ke depan semua soal waktu, pengobatan kanker yang canggih itu pasti akan sampai, baik untuk RSP Ben Mboi maupun RSUD WZ. Johannes. Nanti kita siapin dengan baik. Karena kami punya program bersama Pak Menkes itu ada bantuan alat KJSU untuk kanker, jantung, strok bagi RSUP dan RSUD provinsi dan RSUD tingkat dua sesuai ketersediaan tenaga dokter dan juga pola penyakit tersebut.,” papar Melki.
Melki juga mengingatkan apabila ada keluarga yang sakit kanker jangan lupa ke rumah sakit bertemu dengan dokter ahli untuk penanganannnya agar segera diketahui dan diobati.
Melki meminta warga agar tidak menganggap remeh penyakit kanker. “Karena dia dekat dengan kita, maka diharapkan kita bisa memahami dengan baik soal penyakit kanker itu apabila ada di sekitar kita yang mengalami kanker termasuk diri kita. Bisa jadi saya, bisa jadi bapak ibu, atau siapa saja yang mengalami,” tegasnya.
Melki mengatakan, dari pengalaman para penderita kanker merasa dunia seperti mau runtuh saja, tidak ada harapan.
“Tetapi masih ada banyak harapan di luar sana yang kita bisa pakai untuk menghadapi penyakit kanker ini. Kalau di stadium – stadium awal masih di beberapa daerah di NTT masih bisa menggunakan obat tradisional. Okelah, tapi kalau sudah di stadium lanjut jangan lagi coba main-main dengan obat tradisional, karena itu berisiko tinggi. Langsung masuk dengan pengobatan kanker yang sebenarnya,” tandasnya.
Seminar itu dihadiri ratusan peserta umumnya kaum perempuan dari berbagai kalangan. Yang tampil sebagai narasumber antara lain dr. Dedy Yulidar, Sp. B (K) dan dr. Laurens David Paulus, Sp.OG (K)Onk. Juga penyintas kanker, Ibu Asty Laka Lena yang berbagi pengalaman bersama peserta.(terasntt/nttsatu)