Sosbud

NTT Jadi Tempat Pembelajaran Tentang Perbedaan

By Bonne Pukan

October 16, 2015

KUPANG. NTTsatu.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya  menyatakan, daerah ini memang gersang namun akan menjadi tempat layak untuk mempelajari perbedaan di daerah ini. Pasalnya orang NTT sangat menghormati dan menghargai perbedaan sehingga hidup dengan aman dan damai.

Hal ini ditegaskan Gubernur dalam sambutannya yang dibacakan Asisten III Setda NTT, Klemens Meba ketika membuka kegiatan Temu Sastrawan Mitra Praja Utama X di Hotel Pelangi, Kupang, Jumat, 16 Oktober 2015.

Gubernur mengatakan, “atas nama pemerintah dan masyarakat NTT, saya mengucapkan terima kash atas terpilihnya NTT sebagai tuan rumah Temu Sastrawan Mitra Praja Utama ke X tahun ini. Hal ini tentu menunjukkan bahwa daerah ini memang layak sekaligus tempat belajar tentang indahnya perbedaan. Meski alam kami gersang, namun hati kami tenteram. Suasana ini pasti akan dialami para sastrawan”.

Dikatakannya, sastrawan mampu menyuarakan situasi NTT ini melalui berbagai karya sastra yang dihasilkannya. Karena para satrawan seperti juga budayawan tidak dibatasi oleh sekat-sekat adat, suku maupun agama. Para sastrawan menembus batas dan ruang-ruang perbedaan. Itulah sebabnya tema kegiatan ini “Sastra Meretas Perbedaan” harus benar-benar menginspirasi semua peserta.

Menurut gubernur, pilihan tema yang dilakukan panitia “Sastra Meretas Perbedaan” kemudian memilih sebuah pesantren di tengah mayoritas Kriswten di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai latar karya cnpta sastra, latar kontemplatif latar inspiratif merupakan sebuah hal yang sangat luar biasa.

“Bagi saya, latar inspiratif seperti itu merupakan sebuah realitas social yang patut dipublikasikan. Pasalnya, ditengah hiruk pikuk pertikaian di berbagai belahan di daerah maupun dunia atas nama agama, disuatu tempat terpencil di tengah mayoritas masyarakat beragama Kristen berdiri kokoh sebah pesantren terbesar. Tidak ada gesekan apapun mengatasnamakan agama di daerah terpencil bernama Oeekam,” tandas Gubernur.

Panitia penyelenggara kegiatan ini melaporkan, kegiatan ini bertujuan antara lain melestarikan kehidupan bersastra yang berlatar dari kekayaan daerah dan menjalin kerjasama berkesenian diantara para sastrawan peserta Mitra Praja Utama.

Panitia juga melaporkan kegiatan ini juga ditandai dengan peluncuran sebuah buku kumplan puisi berjudul “Indahnya Perbedaan di Tenggara Nusantara”. Kemudian diharapkan akan dihasilkan sebuah buku dari kegiatan ini berjudul “ Tongak Tega Toleransi”.

Peserta yang hadir sebanyak 90 orang terdiri dari sastrawan, pencinta budaya dan pendamping yang datang dari sepuluh provinsi yakni Lampung, DKI, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, NTB dan NTT selaku tuan rumah. (bp)

======

Foto: Para peserta ketika menghadiri pembukaan kegiatan, Jumat, 16 Oktober 2015

Komentar ANDA?