Pahlawan, Pemuda dan Bonus Demografi

0
408

                                            Oleh: Muhammad Ikbal

Hari Pahlawan dirayakan pada tanggal 10 November  setiap tahunnya di Indonesia. Terdapat ungkapan yang populer menyebutkan bahwa “Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa pahlawannya”. Ini bermakna sebagai warga yang baik sesantiasa berkaria untuk bangsanya,

Memang saat ini kita tidak lagi turut melawan penjajah seperti halnya para pahlawan kala itu. Oleh tugas untuk para penerus bangsa ini adalah memberikan arti baru mengenai kepahlawanan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia ini yang tentunya seiring dengan perkembangan zaman.

Melalui moment ini tepat di hari Kamis 10 November 2016.saya ingin berbagi ide melalui tulisan, bukan soal Donald Trump yang terpilih menjadi presiden amerika, bukan juga soal Dimas Kanjeng yang katanya bisa gandakan uang dan cepat kaya tapi ini soal nasib anak muda Indonesia.

Indonesia akan mendapat bonus di tahun 2020-2030. Ini bukan prediksi tapi realita yang akan kita lalui, Bonus tersebut adalah Bonus Demografi, dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

Data demografi Indonesia menyebutkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia dengan rentang usia 16- 30 tahun, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan berjumlah 61,8 juta orang atau 24,5 persen dari total jumlah penduduk (BPS, 2014). Jumlah pemuda akan meningkat tajam pada 2020-2035, bersamaan dengan datangnya era bonus demografi bagi Indonesia. Ini era yang sangat langka bagi sebuah negara. Saat itu, jumlah usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah, yakni mencapai 64 persen dari total penduduk 297 juta jiwa. Secara kuantitas, tentu hal ini menjadi peluang yang sangat baik bagi Indonesia.

Namun, secara kualitas, kita harus berintrospeksi lebih dalam. Indeks pembangunan manusia (IPM) kita hari ini meningkat dari 68,80 menjadi 69,55. Tapi, jika dilihat dari peringkat di Asia Tenggara, IPM kita masih di bawah Thailand dan Malaysia.

Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif. Namun, jika bangsa Indonesia tidak mampu menyiapkan akan terjadinya bonus demografi, seperti penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas SDM seperti pendidikan yang tinggi dan pelayanan kesehatan dan gizi yang memadai, maka akanb terjadi permasalahan, yaitu teradinya pengangguran yang besar dan akan menjadi beban negara.

Masalah Pengangguran contohnya menjadi perhatian serius pemerintah. Kita ketahui, tingkat pengangguran dari tahun ke tahun masih cukup tinggi. Akibat dari pengangguran itu sendiri pun sudah banyak terjadi di Indonesia dimana meningkatnya angka kemiskinan, Berkembangnya Kejahatan dan Bertambahnya Anak-Anak Jalanan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5 persen.angka ini masih cukup tinggi, oleh karena itu,  pemerintah sebagai pemegang kendali bangsa ini terus berupaya untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

Tentu, kita tidak boleh pesimistis dengan kondisi pengangguran yang ada. Mengapa?.  Karena kita memiliki pemuda-pemuda potensial. Pemuda masa kini, atau yang sering disebut sebagai

generasi Z, mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang, motivasi tinggi untuk perubahan keluwesan dalam bergaul, dan berani melakukan terobosan-terobosan serta inovasi, juga selalu menginginkan hal-hal baru dan mampu berpikir out of the box. Generasi Z Indonesia hari ini telah membuat Indonesia bangga di depan negara-negara lain.

Beberapa waktu lalu, dunia dibuat terkesima oleh tampilnya pemuda Indonesia yang mampu menembus level tertinggi balap mobil internasional F1, Rio Haryanto. Pemuda 23 tahun itu telah membuktikan bahwa Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata dengan mampu menembus arena balapan paling bergengsi di dunia.

Masih di bidang olahraga, Owi dan Butet, yang masing-masing berusia 27 dan 30 tahun, juga mampu mengembalikan tradisi meraih emas Olimpiade dari cabang bulu tangkis di Rio de Janeiro.

Di Sektor lain, Contoh saja industri kreatif, kita mempunyai bakat-bakat muda yang berhasil mengharumkan negara dan bangsa di kancah internasional. Ada Christiawan Lie, ilustrator komik yang karyanya telah menembus pasar Amerika Serikat. Ia membesut komik Return of The Labyrinth yang diterbitkan Tokyopop. Komik bergaya manga tersebut sukses menduduki posisi keempat komik terlaris di AS, bersaing dengan Naruto.

Sebagai generasi muda tidak boleh terlena dengan prestasi-prestasi itu,pemuda yang produktif adalah pemuda yang berbuat untuk kemajuan daerah dan negaranya,hadir sebagai solusi ampuh dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa. Kesimpulan yang bisa ditarik adalah bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi adalah berkah jika berhasil mengambilnya. Satu sisi yang lain adalah bencana seandainya kualitas SDM Pemuda tidak dipersiapkan secara baik.

                                      *)Muhammad Ikbal: Warga Lembata tinggal di Makasar

 

Komentar ANDA?