NTTsatu.com – MAUMERE – Suasana Pasar Alok Senin (4/9) mendadak tidak seperti biasanya. Los dagangan rombengan ditutup. Demikian juga kios-kios yang ada di samping rombengan, ikut ditutup. Para pedagang melakukan mogok massal sebagai bentuk solidaritas atas masalah yang dihadapi rekan-rekan pedagang di pasar itu.
Los rombengan ditempati sebanyak 189 pedagang. Kondisi pagi itu tampak lengang. Hanya terlihat rangka-rangka yang biasa difungsikan sebagai pajangan pakaian rombengan. Sementara puluhan pedagang rombengan tampak terlibat diskusi di bagian utara los.
Sedikit ke bagian selatan, puluhan pemilik kios juga duduk membentuk sebuah kelompok. Mereka tampak asyik bercengkerama satu sama lain. Rata-rata pemilik kios ini adalah kaum pendatang.
Khadijjah, seorang pedagang rombengan menuturkan dia bersama semua pedagang rombengan Senin (4/9) sengaja tidak melakukan aktifitas. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas atas rencana protes yang akan dilakukan sejumlah pedagang atas retribusi karcis masuk yang dianggap menyulitkan para pedagang atau pengguna pasar.
“Tadi pagi waktu ke sini rencananya mau dagang, tapi beberapa pedagang rombengan ajak mogok, katanya ada masalah sedikit. Saya tidak tahu mereka protes masalah apa, tapi dengar-dengarnya soal retribusi karcis masuk. Yah sudah saya ikut saja,” cerita Khadijjah.
Perempuan asal Pulau Pemana Kecamatan Alok ini mengaku belum tahu sampai kapan aksi mogok ini dilakukan. Dia berharap aksi mogok ini segera dihentikan sehingga aktiftias perdagangan tetap dilanjutkan. Apalagi kata dia, Selasa (5/9) adalah hari pasar, di mana biasanya kunjungan pembeli rombengan pada hari itu cukup tinggi.
Sementara itu Siti, Aminah dan sejumlah pedagang rombengan lainnya enggan memberikan komentar atas aksi protes dan aksi mogok yang dilakukan hari itu. Mereka mengaku mengikuti saja dinamika yang sedang terjadi di pasar. Meski demikian, mereka berharap kondisi ini segera kondusif.
Beberapa pedagang rombengan ada yang mengikuti aksi protes di Kantor Pasar Alok yang letaknya di dalam kompleks pasar. Sosu, seorang pedagang rombengan mengeluhkan pelayanan di pasar itu. Setiap bulan mereka menyetor Rp 43 ribu untuk biaya los plus kebersihan. Namun selama ini para pedagang rombengan yang membersihkan sendiri areal penjuala rombengan.
Kepala Pengelola Pasar Alok Laurensius Conterius menjelaskan meskipun kebersihan menjadi tanggung jawab pengelola, semestinya para peAngguna pasar juga wajib menjaga kebersihan di masing-masing areal penjualan.
Selama ini katanya, setiap hari pengelola pAasar melakukan pembersihan di seluruh kompleks pasar. Walau dengan jumlah personil kebersihan yang kurang, namun setiap harinya sampah yang berserakan di pasar bisa mencapai 3 container. (vic)