KUPANG. NTTsatu.com – Para penguasa cenderung mengabaikan kebenaran demi memperhatankan posisi, jabatan dan kekuasaan. Penguasa juga selalu menganggap diri sebagai orang yang paling benar.
“Penguasa memang cenderung mengabaikan kebenaran dan mereka tidak segan-segan mengatakan mereka yang paling baik, paling benar dan bisa saja mengorbankan masyarakat atau orang kecil,” kata Romo Sipri Senda, Pr dalam homilinya pada misa Hari Minggu Palma di Kapela Seminari Tinggi St Mikhael Penfui, Kupang, Minggu, 20 Maret 2016.
Romo Sipri dosen Kitab Suci pada Fakultas Filsafat Agama (FFA) Unika Widya Mandira Kupang ini mengatakan, seluruh kisah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus memunculkan empat tokoh dengan peran mereka masing-masing. Empat tokoh itu adalah Yesus, Pilatus, Herodes dan Ahli-ahli taurat dan pemuka agama.
Yesus adalah tokoh kebenaran, Dia selalu mengajarkan tentang kebenaran, berbicara tentang kebenaran dan menunjukan hal-hal yang selalu benar kepada murid-murid-Nya.
Tokoh Pilatus dan Tokoh Herodes adalah tokoh penguasa saat itu yang selalu ingin memutar-balikkan kebenaran dan mengangap kebenaran yang diajarakan Yesus Kristus itu bukanlah sebuah kebenaran serta selalu mengangap diri mereka sebagai oran yang paling benar.
Kedua tokoh ini selalu berusaha mempertahankan posisi dan jabatan serta kedudukan mereka dan tidak ingin kekuasaan itu jatuh ke tangan orang lain.
Tokoh keempat yakni pemuka Agama juga mengakui diri mereka sebagai orang yang peling benar karena mereka adalah pemuka agama dan ahli-ahli taurat yang paling paham tentang hukum taurat itu sendiri. Karena itu mereka juga Pilatus dan Herodes menginginkan agar Tokoh Kebenaran yakni Yesus Kristus itu harus dilenyapkan sehingga tidak mengganggu mereka.
Terkait dengan dasar biblis ini, Romo Sipri kemudian memparalelkan kondisi riil kehidupan manusia di jaman ini. Penguasa memang cenderung mempertahankan kekuasaannya hingga bisa mengorbankan orang lain.
“Demi Kekuasaan, para penguasa akan mempertahannya bahkan bisa saja memreka tidak segan-segan mengorbankan orang lain demi kekuasaan itu. Kebenaran seringkali diputar-balikkan demi kekuasaan mereka,” tegas Pembina para Frater Seminari Tinggi St. Mikhael ini.
Di akhir kotbahnya, Romo Sipri mengajak umat Katolik untuk melakukan refleksi, apakah masuk dalam kelompok yang mana. Hasil refleksi itu hendanya bisa membantu setiap pribadi untuk berusaha membenahi diri terutama dalam memasuki Pekan Suci ini. (rin/bp)
====
Foto: Perarakan Umat Katolik dengan Daun Palma dalam mengenangkan peristiwa Yeses dieluh-eluhkan saat masuk ke Yerusalem (ist)