Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat NTT Melalui Usaha Wisata Nonton Paus

0
520
Foto: Temu Media terkait Lokakarya Nonton Paus di Hotel Kristal Kupang, Kamis, 15 Juni 2017

NTTsatu.com – KUPANG – Menonton paus dan lumba-lumba (Setasea) di alam liar adalah industri yang berkembang pesat dengan keuntungan lebih dari 1,5 miliar dollar US setiap tahunnya.

Perairan provinsi NTT memiliki habitat perairan laut dalam serta menjadi wilayah perlintasan 18 jenis paus termasuk dua  spesies paus yang langka dan karismatik yaitu paus biru (Balaeonoptera musculus) dan paus sperma (physeter maerxocephalus). Hal ini masih ditambah dengan kuntur kedalaman laut perairan provinsi NTT yang curam sehingga.menjadikan kawasan perairannya sangat potensial untuk menjadi akses pengamatan paus.

Kesemua hal ini akan memberi kontribusi bagi upaya pencapaian tekad pemerintah untuk menjadikan NTT sebagai destinasi utama pariwisata di Indonesia pada tahun 2018.

Hal inilah yang kemudian dibahas dalam lokakarya Rencana Induk Pengembangan wisata minat khusus menonton paus dan lumba-lumba di provinsi NTT yang dilaksanakan di Kupang pada tanggal 15 juni 2017 yang dilakukan oleh dinas pariwisata provinsi NTT bekerja sama dengan The Nature Conservancy di hotel Swiss Bell in Kristal Kupang.

Hal lainnnya yang perlu diperhatikan adalah paus merupakan spesies karismatik yang dilindungi sesuai regulasi internasionl, maka setiap pengembangan kegiatan menonton paus di perairan.Indonesia harus dilakukn dalam kerangka manajemen yg ketat. Tanpa pedoman yang memadai, yang ditaati oleh seluruh stakeholders masyarakat dan wisatawan maka kegiatan ini dapat mengancam kelestarian populasi paus yang melintasi perairan NTT.

Hal yainng ingin dicapai pada lokakarya ini adalah mensosialisasikan draf rencana bisnis menonton paus dan lumba-lumba kepada stakeholder terkait di provinsi NTT serta menjaring masukan untuk penyempurnaan draf rencana bisnis menonton paus dan lumba-lumba di NTT.

Lokakarya ini menghadirkan pembicara dari Kementerian Koodinator Kemaritiman, Kementeria Pariwisata RI, pemerintah  provinsi NTT dan ahli Catacean Benjamin Kahn. (bp)

Komentar ANDA?