PMI Asal NTT Mati di  Malaysia Mayoritas Ilegal

0
364

NTTsatu.com – KUPANG – Pekerja Migran Indonesia  (PMI) non prosedural atau ilegal asal  Provinsi NTT yang mengalami kematian di Malaysia mayoritas berangkat sendiri  atau mengikuti  orang lain.  Mereka tergolong dalam PMI ilegal.

“Mayoritas PMI asal NTT yang meninggal dunia di Malaysia  yang    nekat berangkat sendiri atau diajak oleh teman dan/atau jaringan non prosedural ke Malaysia,” kata   Direktur  Pelayanan  Advokasi untuk Keadilan dan Permaian  (PADMA) Indonesia, Gabriel  Goa yang dihubungi Minggu  (17/3/2019) malam.

Gabriel mengatakan  itu menyusul  kematian PMI  asal Desa Uwa, Kecamatan  Palue, Kabupaten  Sikka, Bertolomenus Ngaji, Minggu  (17/3/2019)  di   Sibu,  Serawak  Malaysia.

“Ini   jenazah yang ke-29 selama  periode Januari  sampai  Maret  2019,” kata Geby sapaan akrab Gabriel.

Fakta selama ini,  demikian Geby, PMI non prosedural asal NTT di Malaysia maupun negara lain mengalami kesulitan besar mengakses hak pelayanan kesehatan, pelayanan jaminan sosial ketenagakerjaan, jaminan hukum, jaminan mendapatkan upah yang layak sesuai standar ILO,jaminan pendidikan bagi anak-anaknya dan hak-hak lainnya yang diatur dalam Konvensi ILO.

Ia  menawarkan solusi, agar calon PMI  asal NTT mengikuti jalur resmi yang sudah diatur dalam UU Perlindungan Pekerja MigranIndonesia dan Pergub NTT. Sebelum  berangkat  mereka wajib mengikuti pelatihan lewat Balai  Latihan  Kerja  Luar Negeri (BLKN)  dan mengurus resmi dokumen,jaminan kerja melalui Layanan Terpadu Satu Atap  (LTSA) dan berangkat  melalui embarkasi NTT.

Geby  mendesak Pemprop NTT dan  kabupaten/kota se-NTT mengoptimalkan pemanfaatan  LTSA yang sudah dibangun. LTSA Tambolaka untuk layani  calon PMI asal Sumba.  LTSA di Kupang untuk layani  calon PMI asal Timor, Sabu Raijua, Rote Ndao dan Semau, sedangkan LTSA di Maumere  melayani calon  PMI asal  Flores, Palue, Solor, Adonara, Lembata dan Alor.

“Kita minta Pemprov dan Pemkab/Pemkot  di  NTT segera  mengajak kerjasama dengan  swasta profesional  membangun BLK standar internasional berdekatan dengan LTSA,”  ujar Geby seperti dirilis poskupang,com.

Ia  juga mendorong Pemprov dan Pemkab  mengoptimalkan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Human Trafficking mulai di provinsi, kabupaten/kota sampai ke desa-desa  di NTT.

Selain juga menjalin kerjasama dengan lembaga agama dan LSM yang bergerak dalam pelayanan PMI, mendata PMI non prosedural asal NTT di luar negeri, menyiapkan  calon PMI yang mau bekerja di luar negeri dengan ketrampilan, bahasa asing sesuai negara yang dituju. Pengenalan kultur dan hukum di negara yang dituju serta menyiapkan  mereka menjadi duta pariwisata NTT. (*/bp)

Komentar ANDA?