Program Demam Akan Jadi Model Pembangunan di Indonesia

0
620

KUPANG. NTTsatu.com – Program andalan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni Desa Mandiri Anggur Merah (Demam) ternyata mendapat apresiasi positif dari pemerintah pusat. Bahkan pemerintah pusat akan menelorkan program baru dengan mengadopsi program ini secara utuh.

“Saya sudah diminta Bappenas (Badan Perencanaan Pembagunan Nasional) untuk mempresentasekan secara detail program Deman ini dihadapan sejumlah menteri di Jakarta. Hari ini saya akan berangkat ke Jakarta untuk tujuan tersebut,” kata Kepala Bappeda Provinsi NTT, Wayan Dharmawan yang dihubungi, Selasa, 5 April 2015.

Dia mengakui, sejumlah Kementerian telah beberapa kali meminta penjelasan terkait program Deman ini dan dia selalu memberikan penjelasan seadanya dan kemudian mengirimkan dokumen lengkap terkait program ini.

Sebelumnya dalam kegiatan Training Jurnalis tentang perubahan iklim yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan, UNDP bekerjasama dengan pemerintah provinsi NTT di Hotel On The Rock Kupang, Senn, 4 April 2015, Wayan mengatakan, program pembangunan berbasis desa dan kelurahan sudah dimulai di provinsi NTT sejak program Demam ini dimulai beberapa tahuan silam. Program ini diharapkan akan terus membantu masyarakat NTT yang tersebar di 3.237 desa dan kelurahan.

Dikatakannya, setelah program ini digulirkan, sebuah keberhasilan yang menjadi percakapan di tingkat nasional adalah, pada tahun 2014 lalu, untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi di NTT berada pada posisi teratas dari pertumbuhan Ekonomi secara nasional.

Program Deman kata Wayan, ternyata sangat bermanfaat untuk menumbuhkan semangat usaha masyarakat di desa dan kelurahan yang mendapatkan dana hiba sebesar Rp 250 juta. Mereka menggunakan dana ini untuk mengembangkan usaha-usaha produktif yang pada akhirnya sangat membantu mereka untuk memperoleh pendapatan leibih besar dari sebelumnya.

Dia juga menjelaskan, pemerintah kembali menelorkan program SPARC (Strategic Planning and Action to Strengthen Climate Resilience of Rural Community in NTT). Program ini adalah program penguatan institusi daerah dan aksi adaptasi masyarakat di dalam meningkatkan petahanan di bidang pangan, air dan mata pencaharian untuk mengurangi kerentanan masyarakat karena dampak perubahan iklim.

Wayan mengatakan, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya selalu menyerukan agar masyarakat membangun dan berusaha sesuai karakteristik spesifik daerahnya masing-masing. Dan hal itu sangat tepat, karena daerah NTT yang dikenal sebagai daerah kering memang cocok dengan pengembangan sektor pertanian. Meski demikian, setiap daerah memiliki karakteristik berbeda sehingga tidak semua tanaman dipaksakan untuk ditanam di seluruh daerah di NTT.

“Hampir seluruh wilayah NTT ini cocok dengan tanaman tahunan bukan tanaman musiman, karena itu perlu lebih memfokuskan pertanian dengan mengupayakan tanaman tahunan. Tanaman musiman tetap ada dan hasilnya tergantung dari curah hujan sementara NTT ternyata curah hujannya sangat sedikit. Untuk NTT, tanaman tahunan akan berbuah lebih lebat di musim kering,” kata Wayan.

Dia juga mengatakan, laut menjadi potensi yang belum diupayakan secara maksimal, pasalnya membangun di sektor ini membutuhkan dana yang tidak kecil. Selama ini, berbagai pihak seperti Dinas Keluatan dan Perikanan (DKP) hanya berkutat dengan pelatihan-pelatihan tanpa harus mengupayakan tindak lanjut apa setelah pelatihan itu.

“Potensi laut kita sangat besar, namun kalah di peralatan tangkap. Dan sektor ini membutuhkan investasi yang sangat mahal. Kini sedang dipikirkan untuk membangun sektor ini dengan sistem padat modal,” katanya. (bop)

Komentar ANDA?