NTTsatu.com – LARANTUKA– Prosesi Laut Tuan Meninu tahun ini, Jumat (30/3/2018), sepertinya tidak terlaksana secara hikmat. Hujan deras tiba-tiba saja menerjang Kota Larantuka, sekitar pukul 12.00 Wita, persis beberapa menit setelah Tuan Meninu mulai diarak dari Pantai Rowido di Kelurahan Sarotari menuju Pantai Kuce di Kelurahan Pohon Sirih.
Padahal sejak sekitar pukul 10.00 Wita, peziarah mulai mengambil posisi di sepanjang tepi pantai. Banyak peziarah yang berada di pesisir Pantai Rowido dan Pantai Kuce. Dua titik yang paling diminati peziarah untuk bisa melihat lebih jelas prosesi laut yakni di dermaga Pelabuhan Larantuka dan dermaga Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Amagarapati.
Pantauan media ini di dermaga Pelabuhan Larantuka, banyak peziarah yang sudah berdatangan ingin menyaksikan prosesi laut. Ada yang sudah sempat naik ke atas kapal-kapal motor yang bersandar di dermaga. Semuanya mengenakan baju berwarna hitam, menandakan hari perkabungan. Tidak lama berselang, hujan deras turun tiba-tiba. Peziarah pun langsung berlarian mencari tempat perlindungan di terminal kedatangan.
Meski hujan deras, perarakan prosesi laut tetap berlangsung. Patung Tuan Meninu berada pada sebuah sampan yang diberi tenda penutup, dikawal petugas khusus. Di depannya sebuah sampan kecil sebagai penunjuk jalan. Sementara di sampingnya puluhan sampan mengawal dengan ketat. Semua sampan dipacu dengan dayung secara tradisonil.
Ratusan perahu motor dan kapal-kapal berukuran kecil dan besar ikut terlibat dalam prosesi laut. Ribuan peziarah penuh sesak di atas perahu motor dan kapal-kapal nelayan. Peziarah yang mengikuti prosesi laut tampak dalam keadaan basah. Sementara itu tidak banyak peziarah yang menyaksikan dari dermaga Pelabuhan Larantuka akibat hujan deras.
Sesuai tradisi yang berlangsung selama hampir 500 tahun, prosesi laut dilaksanakan pada Jumat siang. Patung Tuan Meninu diarak dari Kapela Tuan Meninu di Kota Rewido Kelurahan Sarotari untuk kemudian ditahtakan pada Armida Tuan Meninu di Kelurahan Pohon Sirih. Perarakan ini begitu sakral karena harus melewati arus laut Selat Gonzalu.
Setelah tiba di Pantai Kuce Pohon Sirih, Tuan Meninu langsung diarak menuju Armida Tuan Meninu. Armida Tuan Meninu merupakan satu dari delapan armida yang akan dikunjungi saat Prosesi Jumat Agung pada malam harinya.
Patung Tuan Meninu disimpan di dalam tori kecil berbentuk tabernakel di Kapela Tuan Meninu. Patung ini dikeluarkan sekali setahun untuk kepentingan prosesi laut. Sebelum prosesi laut, umat menggelar doa, permesa, dan cium Tuan di Kapela Tuan Meninu.
Sementara itu, malam ini akan dilaksanakan Prosesi Jumat Agung mengarak Patung Tuan Ma dan patung Ana sepanjang delapan armada yang terdapat di dalam Kota Larantuka. Tradisi yang sudah berlangsung lebih dari 5 abad ini, dianggap sebagai puncak dari seluruh proses Semana Santa.
Tuan Ma dan Tuan Ana akan menyinggahi 8 armida, yakni Armida Missericordia, Armida Tuan Meninu, Armida St. Philipus, Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St. Antonius, Armida Kuce, dan Armida Desa Lohayong.
Urutan armida menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke Allah-Nya (missericordia), kehidupan manusia-Nya dari masa bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaan-Nya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.
Prosesi Jumat Agung adalah sebuah perarakan yang begitu semarak dan sakral. Sejak perarakan keluar dari gereja, para ana muji melagukan popule meus yang mengisahkan tentang keluhan Allah akan rahmat dan kebaikan-Nya yang disia-siakan oleh umat-Nya.
Prosesi keagamaan tersebut hanya berlangsung di Larantuka, sementara di wilayah keuskupan lainnya, umat Katolik hanya melakukan prosesi jalan salib untuk mengenang kisah sengsara Yesus sampai wafat di kayu salib. Prosesi jalan salib, umumnya berlangsung pada pagi hari di Jumat Agung, sedang pada sore harinya dilakukan upacara penciuman salib Yesus. (vic)