NTTSATU.COM — LEMBATA — Setelah proses rekrutmen selama 2 bulan, calon dosen Institut Teknologi dan Pendidikan Vokasi (INTEL), sebanyak 15 orang, dilibatkan dalam Pusat Studi NTT, demikian Dr Hipolitus Kewuel, M.Hum dalam pertemuan melalui zoom yang sekaligus momen launching, pada Jumat 15 Juli 2022.
Pusat Studi NTT yang didirikan dengan SK Yayasan Koker Niko Beeker No 048/YKNB/SK-PPS/VI/2022 tanggal 12 Juni 2022, sekaligus menjadi cikal-bakal lembaga penelitian yang ketika Intel berdiri akan menjadi bagian penting, demikian Hipo yang sekaligus menjadi Ketua Pusat Kajian dimaksud.
Untuk itu, selama setahun ke depan, Pusat Studi NTT yang berbasis di Jakarta, diharapkan menjadi motor penggerak yang selain menyajikan hasil penelitian bermanfaat juga menjadi batu loncatan untuk dapat mempercepat kehadiran Perguruan Tinggi, tandas doktor filsafat lulusan Universitas Gajah Mada ini.
Hipo yakin dan optimis, dengan team kerja yang kuat, Pusat Studi pada langkah awal akan fokus pada tiga bidang penting yaitu Divisi Ekonomi dan Pembangunan yang dinakodai oleh Dr. Wilhelmus Ola Rongan M,Sc dan Wilhemus Warat Watun, SE. Selanjutnya Divisi Budaya dan Pariwisata dipimpin oleh Dr. Agustinus Gregorius Raja Dasion dan Markus Labi, S.Sos. Sementara itu, divisi pendidikan berada di bawah kawalan Dr. Damianus Dai Koban M.Pd dan Agustinus Gereda Tukan, M.Hum.
Di jajaran pengurus inti, Pusat Kajian NTT didukung oleh sekretaris Nikolaus Hukulima, SE dan Marlin Baok, M.Pd. Sementara itu Kandidus Latan, SE dan Kristina Tere Pukay menjabat sebagai bendarahara.
Kebutuhan Mendesak
Berbicara tentang urgensi kehadiran pusat kajiaan, Dr. Wilhemus Ola Rongan, M.Sc, menandaskan bahwa semakin hari, baik masyarakat maupun pemerintah, kian menyadari perlunya pembangunan yang berbasiskan penelitian: “Banyak sekali program pembangunan tidak saja di NTT tetapi di berbagai daerah tidak dilaksanakan di atas pijakan penelitian yang kuat melainkan sekadar meniru pola yang dilakukan di daerah lain sehingga tidak tepat sasar. Kelahiran pusat studi justru semakin diharapkan pemerintah sehingga apa yang dilaksanakan tepat sasar dan bermanfaat bagi masyarakat”, demikian lulusan University of the Philippines at Los Banos.
Ola yang mendalami Rural Sociology dan Community Developtment pada universitas negeri Filipina itu menegaskan dari studinya, ia sangat yakin bahwa hanya dengan kajian yang jelas sebagai basis pembangunan, bisa diyakini akan melahirkan sumber daya manusia unggul tidak saja di Lembata tetapi juga di NTT bahkan Indonesia.
Karena begitu penting, maka kepada para calon dosen INTEL, Wilem mengharapkan agar selalu memiliki ‘fighting spirit’ sebagai pioner: “Di mana-mana, para pendiri itu adalah orang-orang yang punya semangat juang yang tinggi. Mereka tentu saja menghadapi aneka kesulitan termasuk suara-suara sumbang yang meragukan mereka. Tetapi semakin banyak tantangan, semakin kuat”, demikian ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Paulus Doni Ruing, SE yang bersama Siprianus Wator, S.Pd membidangi Humas. Polce, demikian sapaan akrabnya memprovokasi calon dosen untuk berpikir besar dengan menyadari tantangan yang tengah dihadapi masyarakat akibat minimnya pengetahuan sehingga mereka menjadi korban dari pembangunan: “Tanpa disadari, NTT telah menjadi incaran para kapitalis. Ada data yang cukup kuat meyakinkan bahwa Labuan Bajo misalnya telah dikuasai oleh para kapitalis”, demikian ungkapnya.
Lebih lanjut Polce yang sekaligus pengawas Yayasan Koker Niko Beeker yakin bahwa hal tersebut terjadi di banyak daerah di NTT termasuk Lembata. Karena itu ia merasa sangat terharu sekaligus bangga bahwa para calon dosen itu memiliki antusiasme untuk terlibat dalam karya besar ini.
Sangat Antusias
Pertemuan yang dilaksanakan selama 2 jam itu diawali dengan perkenalan dari Yayasan Koker. Robert Bala Ketua Yayasan memperkenalkan para pengurus yang secara non stop telah bekerja sejak September 2021. Hingga kini, demikian Bala, penulis buku di Gramedia dan Grasindo mengatakan semua pengurus telah ‘all out’ mempersiapkan hal terkait pendirian Perguruan Tinggi.
Pemaparan Yayasan kemudian diikuti dengan perkenalan para calon dosen yang selain menyebutkan latar belakang pendidikan, juga aktivitas lain. Faridah Ningsih, M.Pd, lulusan S2 Biologi yang kini berada di Lembata mengungkapkan antusiasme bergabung baik dalam INTEL maupun Pusat Kajian NTT.
Hal senada diungkapkan Carolina Imakulata Hale, M.M dan Margareta Ingi Lajar, M.Pd. Dua srikandi lulusan ekonomi ini merasa siap untuk bergabung. “Kami siap untuk memberikan pengabadian kami untuk lewotana”, demikian lulusan S2 di perguruan tinggi ternama di Makassar.
Paskalis Wato Maing, M.Pd dan Silvester Masan Agin, M.Pd juga Isak Demon Hali, M.Pd yang hadir juga mengungkapkan gairah yang sama untuk segera bergabung: “Saya selama ini menjadi dosen di Makassar dan terlibat dalam berbagai kegiatan. Namun ketika mendengar kabar pendirian INTEL yang batas waktunya hanya sehari sebelumnya, ia segera membereskan segala dokumen terkait dan mengusulkannya”, demikian ungkapnya. Sekaligus Silver mengungkapkan meski harus menunggu dua bulan tetapi informasi pemanggilan calon dosen itu merupakan berita yang sangat menggembirakan.
Setelah pertemuan perdana, selanjutnya direncanakan akan dilaksanakan pertemuan secara berkala. (Team Humas Koker)