NTTsatu.com – Kerukunan umat beragama di Indonesia, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang negeri ini, bahkan telah menjadi DNA yang turut serta menenun kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia sejak dulu kala.
Pulau Alor menjadi salah satu wajah nyata kerukunan umat beragama di Indonesia. Pulau yang luasnya tak lebih dari luas Kota Palangkaraya ini dihuni oleh mayoritas pemeluk agama Protestan dan Katolik. Meski begitu, terdapat kampus STKIP Muhammadiyah di Kalabahi, ibukota Kabupaten Alor yang menjadi salah satu dari sedikit perguruan tinggi di Kabupaten Alor. Kampus ini tentu saja menjadi tempat belajar bagi mahasiswa lintas agama, dan sebagian besar adalah mahasiswa non-muslim.
Tahun 1982, sempat terjadi kebakaran di perkampungan Muslim ini termasuk rumah tempat disimpannya Al-Quran tua tersebut. Untungnya Al-Quran itu selamat dan tidak rusak padahal disimpan dalam kotak kayu yang mudah terbakar.
Menurut sejarah, Al-Quran kuno ini dibawa ke Pulau Alor pada 1523 M oleh Iang Gogo dari Kesultanan Ternate (pada masa Sultan Baabullah) yang terletak 1000-an km di utara, yang merantau bersama keempat saudaranya dengan misi penyebaran Agama Islam hingga ke Alor.
Pada saat dibawa ke Alor, Al-Quran tersebut dikatakan sudah berumur tua. Kini Quran tersebut disimpan di Desa LeraBaing, Alor, di sebuah rumah milik keturunan ke-14 dari Iang Gogo, yakni Nurdin Gogo, yang terletak di sebelah masjid yang dibangun pertama kali di pulau Alor, yakni Masjid Baabussholah yang tak jauh dari pesisir pantai. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1633 Masehi dan telah beberapa kali mengalami renovasi, sehingga tak terlihat lagi sebagai masjid tua yang bersejarah.
Foto: Inilah Quran tertua di Asia Tenggara yang tersimpan di desa Lerbaing, Kabupaten Alor, NTT