Remaja Masjid Tahtakan Bunda Maria Maumere

0
605
Foto: Remaja Masjid Al Hidayah Kampung Buton sedang mentahtakan Bunda Maria di KGB Maria Fatima Paroki Katedral Maumere, Selasa (15/5);

NTTsatu.com – MAUMERE – – Tingkat kerukunan hidup beragama di Kabupaten Sikka, bukanlah sesuatu yang baru. Toleransi itu sudah hidup bertahun-tahun, dalam berbagai bentuk kegiatan. Baru-baru ini di Maumere, Remaja Masjid Al Hidayah Kampung Buton di Kelurahan Kota Uneng Kecamatan Alok, Selasa (15/5), ikut mentahtakan Arca Bunda Maria pada prosesi Bulan Maria di Lingkungan Santo Antonius Paroki Katedral Maumere.

Prosesi Arca Bunda Maria malam itu dilaksanakan dari Komunitas Basis Gerejawi (KBG) Bunda Pengharapan ke KGB Maria Fatima. KGB Maria Fatima itu sendiri letaknya di tengah Kampung Buton, yang mayoritas penduduknya adalah umat Muslim.
Puluhan Remaja Masjid Al Hidayah bersama Ulama Masjid Kusman Efendi tampak kusyuk mengikuti prosesi perarakan Bunda Maria. Mereka mendapat tugas menjemput Bunda Maria di rumah umat KGB Maria Fatima, tempat Bunda Maria akan ditahtakan untuk beberapa hari ke depan. Remaja Masjid mengalungkan bunga ke leher Bunda Maria, lalu bersama-sama mentahtakan Bunda Maria ke tempat yang sudah disiapkan,
Kusman Efendi melambungkan doa penerimaan. Dia memohon kiranya kehadiran Bunda Maria di KGB Maria Fatima dapat membawa perdamaian serta menjauhkan warga dan segenap umat manusia dari bahaya dan ancaman aksi teror. Dia menyinggung rentetan peristiwa bom bunuh diri yang dilakukan teroris di beberapa kota pada satu pekan terakhir ini.
Romo Yohanis Satu dari Paroki Katedral Maumere ikut hadir pada malam itu. Dia mengaku bangga dengan keterlibatan Remaja Masjid dan umat Muslim Kampung Buton. Kebersamaan seperti itu, katanya, akan mendorong umat untuk lebih merasa soliditas dalam satu kesatuan, sehingga iman dan kepercayaan bisa tumbuh dan berkembang.
Tovik Koban, seorang umat KGB Maria Fatima mengatakan sudah bertahun-tahun mereka hidup berbaur bersama umat Muslim di Kampung Buton. Sebagian besar umat Muslim di tempat itu adalah para pendatang keturunan Bajo, yang sudah hidup turun temurun beberapa generasi. Umat yang berbeda agama ini sering kali saling bahu-membahu, tolong-menolong jika ada kegiatan-kegiatan keagamaan.
“Sebenarnya ini hal yang biasa saja, karena setiap kali ada kegiatan keagamaan kami saling terlibat. Ada kegiatan Katolik pasti teman-teman Muslim terlibat, begitu juga sebaliknya. Tahun ini sengaja kami eksplore keluar, karena kami prihatin dengan kondisi negara yang satu pekan terakhir ini dihantam peristiwa terorisme. Kami mau tunjukan bahwa di pelosok kampung yang kecil ini, kami yang berbeda agama, hidup dengan toleransi yang tinggi,” ujar dia.
Mewakil umat KGB Maria Fatima, Tovik Koban menyampaikan terima kasih kepada Remaja Masjid dan Ulama Masjid yang sudah ikut terlibat dalam proses Bunda Maria. Dia berharap toleransi ini terus ditingkatkan dari hari ke hari sebagai cermin bangsa Indonesia yang berbeda-beda tetapi tetap satu. (vic)

Komentar ANDA?