Ritual Adat Damaikan Peristiwa Berdarah 17 Agustus 2014 di Wulandoni

0
693
Foto: Bupati dan wakil bupati Lembata diteirma di Wulandoni, Sabtu, 05 Agustus 2017 untuk meghadiri ritual adat perdamaian pengakhir peritiwa berdara, 17 Agustus 2014 lalu

NTTsatu.com – LEWOLEBA – Peristiwa berdarah yang terjadi tanggal 17 Agustus 2014 lalu akhirnya diselesaikan dalam ritual adat Lamaholot di desa wulandoni, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu, 05 Agustus 2017.

Warga tiga desa yag bertikai saat itu yakni Desa Pantai Harapan, Desa Belobao dan Desa Wulandoni.

Seremonial adat Lamaholot untuk mengakhir peristiwa berdarah itu dihadiri oleh Bupat Lembata, Eliazer Yenci Sunur dan wakil Bupati Thomas Ola Langoday, Wakil Ketua DPRD Lembata, Paulus Makarius Dolu, Kapolres Lembata, AKBP Simatupang, Forkopimda, Kepala OPD, Deken Lembata, Rm. Sinyo da Gomez,Pr dan Ketua MUI Lembata, H. Hidayatullah Sarabiti.
Bupati Lembata dalam sambutannya menyatakan, seremonial perdamaian ini butuh proses panjang karena dilakuan sejak tahun 2014 oleh Camat Sinakai dan kini Camat Raymundus Beda baru bisa diakhir dengan seremoni adat perdamaian.

Menurut Sunur, acara perdamaian ini bukan puncak. Tapi, yang paling penting adalah aktivitas ekonomi yang berjalan. Terutama, pasar Barter Wulandoni harus segera di buka agar aktivitas ekonomi masyarakat Wulandoni bertumbuh.

Bupati Sunur berharap, warga jangan ingat lagi peristiwa kemarin, dan dianggap tidak ada lagi dengan adanya perdamaian ini. Karena  berkelahi itu sakit.

“Mulai hari ini dengan Sare Dame, mari kita terima dengan hati yang tulus. Masyarakat jangan terima orang yang suka menghasut perdamaian yang sudah kita rajut ini,” pinta Sunur.

Bupati Sunur juga mengharapkan masyarakat Wulandoni harus bersatu hati untuk bersama membangun dalam binghkai satu Wulandoni, Satu Lembata, Satu NTT dan Satu Indonesia.

Foto: Warga Wulandoni bermain tandak usai ritual perdamaian

Lima belas desa yang ada di Kecanatan Wulandoni, kata Sunur sangat indah. Mari bersatu dan bersama mengisinya dengan berbagai aktivitas pembangunan.

“Saya harap, aktivitas ekonomi harus dimulai dengan membuka kembali Pasar Barter Wulandoni. Jika tidak segera dilakukan, saya bisa pindahkan ke tempat lain,” kata Sunur.

Usai sambutan, Bupati Sunur dan Wabup Thomas melepaskan dua ekor burung Merpati, simbol perdamaian, yang disaksikan berbagai tokoh, diantaranya Camat Wulandoni, Raymundus Beda, para Kepala Desa, Forkopimda dan Tokoh Agama.

Sebelumnya, dilakukan rutual adat perdamaian secara Lamaholot, pembacaan berita acara proses perdamaian dan pernyataan  perdamaian yang ditanda tangani oleh seluruh Kepala Desa, Camat Wulandoni, Tokoh Agama, Kapolres Lembata,  Danramil, Wakil Bupati Lembata dan terakhir oleh Bupati Lembata. (*/bp)

Komentar ANDA?