Roy Ciptakan Paru-Paru Untuk Manggarai

0
388
Foto : Roy Vitalis berpose di Hutan Kota Miliknya

RUTENG. NTTsatu.com – Upaya untuk menciptakan paru-paru Kota bukan pekerjaan mudah. Namun,  Roy Vitalis berani melakukan yang sungguh sangat luar biasa. Dia rela merogo kantongnya hingga puluhan juta rupiah untuk masa depan anak cucu di daerahnya.

Dia mengolah lahan 2 Ha miliknya  sebagai Hutan Kota Ruteng ibu kota Kabupaten Manggarai, sebagai  salah satu wujud   rasa cintanya terhadap lingkungan dan kelesetarian hutan sebagai salah paru-paru sumber napas kehidupan bagi masyarakat di daerah ini.

Roy Vitalis pria kelahiran kampung Lawir Kelurahan Lawir kecamatan Langke Rembong kabupaten Manggarai 1963 ini berprofesi  sebagai petani tulen hanya mengandalkan penghasilan padi dari  sawah miliknya  demi memenuhi kebutuhan dari kelurganya   .

Ditengah kesibukan sebagai petani ,demi lingkungan  asri  yang tidak jauh dari areal  ratusan Ha sawah  kilo lima dan Watu Alo, dia dengan berani dan tanpa berpikir banyak menjadikan lahan 2 Ha miliknya di Lingko Nanga Nasa   wilayah   kantung kelurahan Lawir kecamatan Langke Rembong  sebagai hutan kota penuh  manfaat  bagi kalayak di Manggarai.

“Penanaman tahap pertama  saya lakukan 6 tahun lalu dengan  menanam 8000-an anakan pohon mahoni yang kalau dipikir-pikir  tidak  memiliki  nilai ekonomis,” katanya.

Dia tidak tergiur dengan  apa yang dilakukan  petani lain yang memiliki lahan disekitar hutan kota miliknya. Mereka  menggunakan  lahan dengan penanaman pohon cengkeh.

“Memang  jika dilihat  kondisi tanah di Lingko Nanga Nasa  lahannya sangat cocok untuk dijadikan perkebunan  cengkeh tetapi demi kecintaan akan lingkungan  sejuk dan rindang, saya tetap fokus tanam pohon.” kata Roy penuh semangat kepada NTTsatu.com.

Pada tahun 2015,   di tanah warisan orang  tua, Roy melakukan penanaman tahap kedua di tengah  rindangya  pohon mahoni  yang ditanam 6 tahun lalu. Pada tahap ini dia menanam kurang lebih 3000-an anakan pohon salam.

Memang pohon jenis seperti ini selain daunya bisa dimanfaatkan untuk bumbu masakan,  batang pohonya  juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan  mebel.

“Memang ini kerja gila tetapi saya juga berpikir untuk 20-an tahun yang akan datang,” kata Roy.

Selama 6 tahun  pengelolaan hutan kota, dia   sudah menghabiskan biaya kurang lebih sekitar Rp 80 juta. Dana itu digunakannya untuk membeli anakan  hingga  biaya perawatan  anakan pohon agar bisa bertumbuh   dengan subur.

“Setiap tahun saya harus mengeluarkan uang Rp 7,5 juta untuk perawatan hutan kota tersebut. Saya menyewah buruh selama 3 kali setahun untuk membersihkan dan merawat pohon yang ada di dalam lahan 2 Ha ini ,: ujar ayah 3 orang anak ini.

Kreativitas dan inovasi Roy menciptakan hutan kota  sebagai salah satu paru-paru di Manggarai belum mendapat apresiasi dari pemerintah walaupun disisi lain wisatawan Manca negara yang melakukan wisata sepeda sekitar jalan raya  kompleks persawahan Watu Alo dan Kilo Lima serta wisata  tracking disekitar persawahan tersebut sempat juga  berekreasi di Hutan Kota milik Roy bahkan warga lokal dari kota Ruteng menyempatkan diri menikmati indahnya hutan kota sambil melihat pemandangan sawah di kilo lima dan Watu Alo.

“Saya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah baik itu berupa anakan pohon maupun jenis bantuan  dengan melihat hutan  kota  sebagai salah satu  masa depan petani sawah disekitar yang bisa mendatangkan sumber air untuk persawahan dimasa yang akan datang  dan lingkungan asri tempat untuk merasakan sejuknya udara ditengah hutan,” pungkasnya. (Hironimus Dale)

Komentar ANDA?