KUPANG. NTTsatu.com – Upaya pencegahan kasus perdagangan dan eksploitasi anak terus menjadi perhatian Rumah Perempuan Kupang (RPK). Lembaga ini terus melakukan sosialisasi ke berbagai komunitas masyarakat di Kota Kupang.
Ester Mantaon, Koordinator Program Perlindungan dan Perdagangan Anak Rumah Perempuan Kupang dalam diskusi di Rumah Perempuan Kupang, kemarin mengatakan, sosialisasi itu dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait kasus ini.
Diskusi yang melibatkan Jaringan Perlindungan Anak (JPA) ini dilakukan dengan melibatkan sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda dari enam desa dan Kelurahan. Enam desa dan kelurahan dalam wilayah Kota Kupang dan kabupaten Kupang itu adalah Nefonaek, Bello, Lasiana, Penfui, Desa Penfui Timur dan Oeletsala. Namun dua desa dari Kabupaten Kupang tak hadir dalam kegiatan dimaksud.
Mantaon mengatakan, setiap warga yang mengetahui atau menemukan adanya kasus kekerasan, maka warga berkewajiban untuk melapor. Laporan itu diperlukan agar bisa ditindak lanjuti, dan penindaklanjutan kasus itu juga merupakan salah satu cara untuk memberikan nefek jerah kepada pelaku juga kepada masyarakat lainnya.
Di Kota Kupang saat ini kata Mantaon, anak-anak pengusaha, pejabat yang kurang perhatian orangtua juga menjadi korban eksploitasi seksual. Karena itu, perlu komunikasi dan perhatian kepada anak-anak agar tak menjadi korban eksploitasi seksual.
“Kadang, anak-anak selain menjadi korban kekerasan, juga bisa menjadi pelaku kekerasan. Anak-anak korban KDRT dan ingkar janji nikah juga berpotensi menjadi korban tindak kekerasan,” katanya.
Dikatakannya, semua orang juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan terhadap anak. Karena itu, komunikasi dan kewaspadaan harus terus dilakukan agar tak terjadi demikian.
Diakhir kegiatan, Mantaon berharap, diskusi seperti itu terus dilakukan, dan JPA bersama tokoh masyarakat, Gugus Tugas, dan Satgas bisa mengambil bagian dalam memantau kasus-kasus kekerasan dan eksploitasi yang terjadi di masyarakat.
Titov Djami, warga RT 11/RW 04, Kelurahan Nefonaek mengatakan, permasalahan perdagangan dan kekerasan terhadap anak sering dipicu masalah tekanan ekonomi, rendahnya pendidikan, faktor sosial budaya.
Dikatakannya, di Kota Kupang saat ini, banyak anak-anak yang dieksploitasi dan sudah bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
“Itu dapat kita lihat di Pasar Kasih, Naikoten 1 dan Pasar Oeba juga di beberapa sudut kota lainnya,” katanya. (rif/bp)
====
Foto : kegiatan diskusi