NTTsatu.com – MALANG – Saat suara azan selesai berkumandang pada Jumat, 16 Juni 2017 kemarin, seorang Biarawati Katolik tampak sibuk mengelilingi ruangan sambil menawarkan apa yang dibawakannya kepada orang-orang yang dijumpainya.
“Silahkan Pak, Bu mau yang manis apa yang asin. Ambil aja,” kata Suster itu kepada setiap orang yang dijumpainya di dalam ruangan tersebut, yang tampak berbaju koko, berkopiah dan bersarung.
Dia adalah Suster Merry Teresa, H. Carm, seorang dosen di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana.
Suasana penuh dengan kerukunan tersebut kemarin tersaji di salah satu ruangan gedung B STFT Widaya Sasana yang berada di Jalan Terusan Rajabasa No 2, Kota Malang.
Sekitar 50 orang muslim dan nonmuslim melakukan kegiatan buka bersama di kampus tersebut.
Peserta buka puasa adalah dosen, karyawan, mahasiswa, warga RW 09 Kelurahan Pisang Candi, serta tokoh masyarakat.
Ketua pelaksana acara tersebut, Romo Peter Sarbini SVD, menyatakan, kegiatan semacam ini sudah rutin digelar di kampusnya tapi dalam bentuk kegiatan lain, bukan buka puasa bersama seperti ini.
”Kami sudah biasa menjalin kerja sama dengan masyarakat sekitar sebagai bentuk silaturahmi kami,” ujarnya.
Dia menambahkan, melalui acara seperti ini bisa meningkatkan nilai kebersamaan antaragama serta terus menjaga hubungan relasi.
Romo Peter menambahkan, pihaknya memang baru kali pertama ini mengadakan acara buka puasa bersama seperti itu.
Namun jangan salah, sebelumnya mereka sudah pernah beberapa kali melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan.
”Di sini pernah diadakan kenduri dan selamatan. Yang memimpin doa juga mereka (warga muslim),” katanya.
Ketua Program Pascasarjana, Dr Tjatur Raharso, Pr menambahkan, pihaknya berharap jika kegiatan ini bisa ditradisikan.
“Sebab, kami juga telah menjadi bagian dari warga sekitar. Buka bersama ini untuk ikatan persaudaraan antarumat,” lanjutnya.
Selain buka bersama, pada acara tersebut juga terdapat tausiah yang dibawakan oleh salah satu tokoh masyarakat, yakni Johan.
Dia menyampaikan, pertemuan seperti ini termasuk sebagai pengingat jika orang di dunia itu hidup bersama-sama.
”Dan tidak mungkin tanpa orang lain,” katanya.
Jangan sampai, lanjut dia, hanya karena beda keyakinan lantas membuat kita saling bermusuhan. ”Semuanya harus menyatu,” ujarnya. (Katoliknews)