xLARANTUKA. NTTsatu.com – Sabinus Lewotapo pemilik akun facebook Akjaz Waiwadan yang menfitnah dan mengancam membakar Kantor KPU Flotim dinilai telah menjadi korban politik Pilkada Flotim. Pasalnya, postingan yang di buatnya itu atas suruhan seseorang berinisial AH dan beberapa teman lain termasuk seorang anggota DPRD Flotim berinisial PF.
Dari pengakuan yang disampaikan Sabinus, dia sama sekali tidak berniat untuk mengancam pihak KPUD Flotim. Apa yang dia lakukan merupakan permintaan dari seorang rekannya berinisial AH, bahkan postingan yang saat ini menjadi masalah itu pun merupakan kalimat yang diucapkan oleh AH.
Menurut pengakuan Sabinus remaja pusuts sekolah itu, AH merupakan pendukung salah satu pasangan calon yang bertarung di Pilkada Flotim.
Pengakuan Sabinus ini sedang ditelusuri oleh aparat Kepolisian setempat untuk mendapat otak yang sesungguhnya dari aksi pengancaman secara terbuka di media social itu.
Ibu kandung Sabinus, Elisabeth Ritan yang ditemui Rabu (22/2/2017) mengungkapkan kekecewaannya. Sambil menitihkan air mata, Elisabeth mengatakan bahwa anaknya adalah korban kepentingan politik dari tim sukses salah satu paket yang saat ini mempolemikan hasil Pilkada Flores Timur. Bahkan dia juga menuding tim sukses salah satu paket telah memanfaatkan anaknya.
“Mereka dapat uang, dapat kekuasaan, lalu karena tim sukses mereka, anak saya jadi korban,” ujar Elisabeth yang sehari-sehari bekerja sebagai pedagang sayur di pasar Waiwadan, Adonara Barat, sambil menangis.
Menurut Elisabeth, anaknya Sabinus bercerita bahwa dia sempat diantar oleh AH dan seorang rekannya lagi yang berinisial DL ke rumah PF, salah satu anggota DPRD Flotim, untuk melakukan pertemuan. Pertemuan tersebut membicarakan rencana aksi demonstrasi dengan mendatangkan massa dari Waiwadan, kecamatan Adonara Barat. Dalam pertemuan itu juga sempat disinggung mengenai rencana untuk menghancurkan kantor KPUD Flotim.
Akhir dari pertemuan tersebut, kata Elisabeth, anaknya kemudian disuruh membuat status dengan kalimat bernada ancaman kepada KPUD Flotim.
“Anak kami tidak tahu apa-apa. Kami ini orang susah, jadi jangan dibuat susah lagi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kami minta Polisi periksa mereka yang mengajak anak kami dalam pertemuan itu,” tutur Elisabeth seperti dilansir timorntt.com.
Kecurigaan Elisabeth bahwa anaknya menjadi korban kepentingan politik semakin kuat. Pasalnya, pasca anaknya ditahan di Mapolres Flotim, dirinya sempat ditelpon oleh PF. PF memberitahu bahwa dirinya sedang mengunjungi Sabinus anaknya yang saat itu diamankan. PF sempat memberikan sejumlah uang dan rokok kepada Sabinus.
Setelah pertemuannya dengan PF, Sabinus kemudian menelpon ibunya dan menceritakan pertemuan singkat bersama PF. Menurut Elisabeth, anaknya memberi tahu kalau PF datang menjenguknya tidak hanya memberiakan uang dan rokok saja. Namun dalam pertemuan itu, PF juga meminta Sabinus agar tidak membawa-bawa orang lain dalam kasus tersebut.
“Kalau Polisi tanya siapa yang buat status itu, bilang saja kamu yang buat, jangan bilang kami yang suruh,” tutur Elisabeth menirukan cerita anaknya Sabinus tentang pesan PF.
Elisabeth Ritan yang saat itu ditemani juga oleh Amatus Gayak Lewotapo, ayah Sabinus, menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada KPUD, Polres, serta masyarakat Flores Timur pada umumnya, atas apa yang telah dilakukan oleh anak mereka, Sabinus Lewotapo. (*/bp)