Sabu Raijua Sudah Bekerja Ketika Orang Lain Masih Berpikir

0
373
Foto: Bupati Sau Raijua, Marthen Dira Tome (ketiga dari kanan) Foto bersama Rektor Undana dan narasumber lainnya di Undana, Selasa, 04 Oktober 2016

KUPANG. NTTsatu.com – Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome menyatakan, menyikapi Mitigasi Perubahan Iklim pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Karena itu dia menegaskan, Pemda Sabu Raijua sudah melakukan berbagai upaya ketika orang lain masih berpikir untuk melakukannya.

Penegasan itu disampaikannya ketika tampil menjadi pembicara utama dalam seminal nasional tentang “Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Di Daerah Semiringkai  Kepulauan Serta Pengarusutamaannya dalam Kebijakan Pembangunan Nasional dan daerah”. Kegiatan ini dilakukan oleh Undana Kupang di Hotel Naka, Selasa, 4 Oktober 2016.

Marthen Dira Tome memaparkan,  apa saja yang telah dilakukan oleh Pemda Sabu Raijua bagaimana supaya masyarakat di Pulau semi arit itu bisa survive. Pembangunan embung dalam jumlah yang cukup banyak di Sabu Raijua adalah langkah mengantisipasi kekeringan sekaligus menyiapkan air bagi pertanian.

“Apa yang kami lakukan di Sabu Raijua karna memang sudah demikian kondisi kami di sana. Jika itu dikatakan sebagai upaya mitigasi terhadap perubahan iklim, itulah yang kami lakukan. Kami saat ini sedang bekerja dimana orang lain masih memikirkan tentang perubahan iklim itu sendiri,”  kata Dira Tome.

Contoh lain yang disampaikannya adalah terkait  pembangunan tambak garam di Sabu Raijua. Banyak orang yang menganggap bahwa kamarau panjang dengan panas yang menyengat adalah sebuah hukuman tetapi bagi Dira Tome, panas yang diberikan Tuhan saat musim kemarau adalah berkat tersendiri.
“Ingat bahwa Sabu Raijua bukan pulau kutukan karena kondisi alamnya yang kering. Negeri ini hanya akan memberikan kesejahteraan bagi mereka yang mau bekerja keras dan sebaliknya akan memberikan kutukan dan penderitaan yang berkepanjangan bagi mereka yang malas bekerja.  Tuhan menciptakan setiap pulau dengan potensinya masing-masing, tugas pemerintah bagimana menemukan sidik jari Tuhan Allah lewat potensi yang tersembunyi kemudian diolah untuk kepentingan rakyat,” kata Dira Tome.
Dia mengatakan ada tiga potensi yang perlu dikelola di Pulau Raijua yakni garam, rumput laut dan penangkapan ikan. Untuk garam dan rumput laut kata Marthen, pemerintah telah mengurusnya dari hulu ke hilir dengan cara membangun pabrik pengolahan sehingga akan memberi nilai tambah bagi masing-masing produk. Dengan demikian petani rumput laut akan terlepas dari cengkraman para lintah darat yang selama ini bermain harga rumput laut.

Demikian juga dengan garam. Jangan pernah ragu untuk memproduksi garam sebab kebutuhan garam nasional mencapai 3 juta ton per tahun dan itu hanya ditutup dengan impor dari Cina, Australia dan India.
“Pertanyaanya kenapa tidak dari Sabu Raijua kenapa tidak dari NTT. Kenapa uang-uang tersebut harus dibawa keluar negeri kenapa tidak dibawa saja ke Sabu atau NTT,” kata Dira Tome.

Untuk penangkapan ikan, kata Dira Tome, pemerintah akan menggunakan teknologi sehingga nelayan bukan lagi pergi mencari ikan tapi pergi mengambil ikan.

“Dengan teknologi kita buat laut menjadi sempit dan tidak berdaya lagi menyembunyikan isi perutnya. Untuk itu saya minta masyarakat jangan pesimis, Tuhan punya rencana yang indah untuk Sabu Raijua dan NTT pada umumnya,” pungkasnya.

Sementara Rektor Undana, Fred Benu saat membuka kegiatan seminar tersebut mengatakan, saat ini telah terjadi perubahan iklam yang mengkuatirkan akibat dari pemanasan global yang sedang terjadi. Perubahan iklim ini akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia.
“NTT terkenal sejak dulu sebagai Provinsi batu bertanah, bukan tanah berbatu, panas dan kering. Tapi kita sebagai orang NTT sudah terbiasa dan mengadaptasi diri. Namun perubahan iklim sekarang dengan durasi hujan yang lebih minim dan pendek membuat tiga tahun terakhir NTT kekurangan panen di bidang pertanian, perikanan dan peternakan. Karena itu kita sebagai masyarakat harus bisa mengadaptasi diri sesuai dengan perubahan iklim,” kata Fred Benu. (*/bp)

Komentar ANDA?