Safari Rosario dari SMM Untuk Kota Ruteng yang Hening

0
1487
Foto: Peserta Safari Rosario dilepaskan dari Novisiat CMM Ruteng, Paroki Santo Mikhael Kumba.

UMAT Katolik di seluruh dunia pada  bulan Mei dan Oktober setiap tahun mengkidungkan doa rosario pujian bagi Bunda Maria. Di Kota dingin Ruteng ibu kota Manggarai suasana hening bisa kita rasakan di dua bulan tersebut dimana hampir di setiap gang kota molas (cantik) tersebut  kita mendengarkan ratusan  ribu umat katolik melakukan pujian untuk Bunda Maria disertai lagu-lagu Maria terdengar setiap malam sampai di penghujung bulan Maria.

Bukan hanya kegiatan dari para umat yang melakukan doa rosario dari rumah ke rumah atau perarakan patung Bunda Maria dari lingkungan wilayah dalam  satu paroki menuju wilayah lain. Kegiatan Rosario di kota Ruteng juga  ada Safari Rosario yang diadakan oleh komunitas biara SMM (St Monfortan) dengan melibatkan umat katolik di keuskupan Ruteng. Kegiatan menjalani Rosario hidup menambah keheningan di bulan Maria di kota ini.

Foto: Ratusan umat peserta Safari Rosario di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur memulai safari ini dari Novisiat SMM Ruteng dari Lebe Kelurahan Carep Paroki St Mikhael Kumba

Pater Anar, SMM dalam press releasenya yang diteirma media ini menyampaikan,  Safari Rosario merupakan tradisi Novisiat yang diletakan atas dasar untuk menghayati dan melanjutkan salah satu warisan Bapa Pendiri, terutama tentang kekuatan, keluhuran, dan keindahan doa rosario.

“Warisan Bapa Pendiri tidak hanya berhenti untuk dipelajari dan direnungkan tetapi perlu diikuti sebagai upaya untuk berbagi dan memperkenalkan kekayaan rohani St. Montfort,”  katanya.

Mulanya kegiatan ini merupakan kegiatan internal komunitas Novisiat Montfortan. Namun sejak terbentuknya Novisiat SMM, para anggota komunitas mulai memikirkan kegiatan kreatif pada bulan Rosario yang sejalan dengan kekayaan spiritualitas  St. Montfort.

”Motivasi dasarnya ialah membantu para Montfortan sendiri dalam menghayati dan mencintai doa Rosario,“ jelas Pater Anar.

Mulanya di novisiat SMM di Bandung, safari rosario dilakukan dengan mengunjungi 5 gereja atau gua Maria. Dalam perjalanan  di lima tempat ini didaraskan doa rosario disertai renungan Maria dalam bentuk yang kreatif. Saat itu, safari rosario dijalankan dalam bentuk yang sederhana yaitu melakukan doa rosario keliling membentuk untaian rosario hidup.  Tradisi ini kemudian terus dihidupkan ketika novisiat SMM pindah ke Ruteng.

Dalam pelaksanaanya dari tahun ke tahun, bentuk doa ini mengalami perkembangan terutama model dan kreativitasnya termasuk mulai melibatkan banyak umat dan kelompok rohani. Pergerakan bentuk safari ini juga didorong oleh kerinduan untuk membagikan kekayaan spiritualitas St. Montfort kepada semakin banyak umat.

Dalam perjalanan di Ruteng, tempat pelaksanaan safari Maria pun berganti-ganti baik di dalam kota Ruteng sendiri maupun di luar kota. Tahun-tahun awal safari rosario ini dilakukan dalam bentuk ziarah mengunjungi beberapa gua Maria, maka biasanya semacam prosesi dilakukan dengan menggunakan kendaraan.

Bentuk ini bertahan cukup lama baru hingga pada tahun 2014, bentuk ini bergerak menuju bentuk yang dijalakan saat ini yakni prosesi patung Bunda Maria dengan berjalan kaki.

“Pikiran sederhana pada saat itu ialah dengan menggunakan kendaraan, banyak umat yang berminat dengan bentuk doa ini mengalami kesulitan,“ kata Pater Anar.

Pater Anar mengatakan bagi mereka yang memiliki kendaraan, itu tidak menjadi persoalan. Tetapi yang menjadi soal bagi umat yang memiliki kendaraan. Mereka harus mengurungkan niat untuk mengikuti kegiatan ini. Akan tetapi dengan mulainya prosesi dengan berjalan kaki, banyak umat yang terlibat di dalamnya. Dan sejak itulah, safario  mulai diikuti  banyak umat di kota ini terutama mereka yang memiliki kecintaan dan devosi terhadap Maria dan doa rosario.

Akhirnya, selama kurang lebih empat tahun belakangan bentuk ini tetap dipertahankan dan terus mengalami kemajuan baik bentuk doa maupun jumlah umat yang terlibat.

Kekhasan Safari Rosario adalah bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain membentuk rosario hidup. Karenanya safari rosario ini  erat kaitannya dengan kata “ziarah”, tepatnya ziarah bersama Maria dengan mendaraskan rosario suci, bersama Maria merenungkan dan mewartakan peristiwa peristiwa hidup Yesus.

St Montfort dikenal sebagai “sang Peziarah Injil”. Kekhasan Montfort sebagai seorang peziarah Injil ditandai dengan berjalan kaki dari kampung ke kampung. Pewartaan dilakukan dengan berjalan kaki. Bukan karena alasan tidak adanya alat transportasi pada zaman Montfort tetapi semua dilakukannya sebagai upaya untuk mengikuti hidup Kristus, yang selalu berada dalam perjalanan.

Bahkan peziarahan yang sangat radikal ditunjukkan Montfort paling kuat ketika beliau harus berjalan kaki kurang lebih 1600 km menuju ke Roma. Suatu ziarah Penyelenggaraan Ilahi untuk melakukan audiensi dengan Paus Klemens XI. Suatu ziarah yang menentukan gerak perutusan St. Montfort.

Dalam setiap perjalanannya, St. Montfort selalu mendaraskan rosario suci.  Secara simbolik ia senang melalukan ziarah hidupnya bersama dan dengan Maria.

“Kita dapat menyebutnya suatu ziarah penyelenggaraan Ilahi, karena St. Montfort tidak mengandalkan kekuatan sendiri tetapi mengandalkan kekuatan Allah. St. Montfort tidak membawa apa-apa selain tongkat dan Rosario di tangan serta berharap sepenuhnya pada penyelenggaraan Tuhan untuk kekuatan selama di perjalanan,“ urainya.

Dia mengatakan Safari Maria kemudian diberi arti sebagai suatu ziarah untuk bertemu dengan Allah bersama dengan Bunda Maria yang ditandai dengan berjalan kaki. Sambil mengikuti jejak Kristus, kita ingin berjalan dan berada dalam perjalanan untuk mengalami keindahan Misteri Allah yang bekerja dalam perjalanan hidup kita. Merasakan bagaimana Penyelenggarahan dan kasih Allah bekerja dalam perjalanan hidup kita.

St. Montfort sendiri juga telah melakukan misi-misi besar dan biasanya di akhir misinya, St. Montfort mengajak umat untuk melakukan prosesi besar-besaran sebagai upaya ziarah bersama Maria untuk membaharui kembali janji-janji Baptis. Ritus akhir dari proses itu ditandai dengan Pembaharuan Janji Baptis.

Nah, dengan pembaharuan Janji Baptis, kita dapat menangkap maksud dasar dari pewartaan St. Montfort. Maksud itu tidak lain adalah ajakan pertobatan baik secara pribadi maupun kolektif.

Bagi St. Montfort, pertobatan terletak pada bagaimana umat menyadari dan memulihkan kembali nilai-nilai pembaptis yang diucapkannya pada saat pembaptisan. Maka, pertobatan bagi St. Montfort terletak pada pembaharuan diri dengan cara menghayati kembali janji-janji baptis.

Dengan demikian Safari rosario secara esensial menghidupkan dan menghayati dimensi “Ziarah” dalam hidup kita sebagai umat beriman terutama ziarah bersama Maria, sekaligus menghayati susbtansi dari pewartaan St. Montfort yakni undangan pada pertobatan dan pembaharuan diri terus menerus yang ditandai dengan ritus pembaharuan Janji Baptis. Maka, Ritus Pembaharuan Janji Baptis menjadi  unsur penting dan puncak dari Safari Rosario ini.

“Di dalam safari, umat diajak pertama-tama untuk mengagumi kebesaran Allah yang dikerjakan dalam seluruh Misteri Kristus dan Bunda-Nya. Bergerak dari rasa kagum akan misteri ini, setiap orang diajak untuk melakukan pertobatan supaya masuk kembali dalam kemuliaan dan keagungan sebagai anak-anak Allah.” kata Pater Anar.

Berangkat dari kekayaan nilai warisan Bapa Pendiiri ini, Safari Mosario tahun ini kemudian mengangkat tema “Rosario: Bersama Maria mewartakan Yesus”. Tema yang diangkat setiap tahun berbeda-beda sambil memperhatikan kebutuhan dan keselarasan dengan tahun yang dicanangkan keuskupan.

Tema yang diangkat tahun ini berhubungan dengan tahun PEWARTAAN yang dicanangkan keuskupan. Ada banyak sarana dan cara untuk mewartakan Yesus. Salah satu sarana yang sangat penting dan sekiranya sangat efektif ialah merenungkan misteri-misteri Kristus dalam Rosario Suci.

Bagi St. Monfort, “hanya melalui Maria, kita dapat mengenal Yesus dengan lebih baik dan lebih sempurna” (Bdk BS 120). Dan bagi Montfort, Rosario bukan pertama-tama doa Marial tetapi doa Kristosentris karena di dalam berdoa Rosario, kita menghayati misteri-misteri Kristus dan Bunda-Nya. Untuk itu, dalam berdoa Rosario, kita semakin mengenal dan mengagumi Yesus dengan lebih baik,” katanya.

Pengenalan yang dimaksudkan di sini bukan pengenalan atas pengetahuan akan Allah tetapi pengenalan dalam doa dan kontemplasi (merenung) akan Allah. Dalam cara inilah, pengenalan akan Yesus akan menghantar kepada rasa kekaguman. (hironimus dale)

Komentar ANDA?