Sarong-Kasmir Menilai Birokrasi di Matim Masih Sakit

0
511
Foto: Sarong-Kasmir saat diterima warga sebelum melakukan kampanye dialogis di Compang Wesang Golo Ara kecamatan Poco Ranaka, Senin, 30 April 2018 malam

NTTsatu.com – BORONG – Pasangan calon bupati dan wakil Bupati Manggarai Timur (Matim) Frans Sarong dan Kasmir Don yang dikenal dengan sandi politik Sarong-Kasmir bertekad jika dipercayakan masyarakat untuk memimpin kabupaten ini maka hal yang pertama harus mereka lakukan adalah menyembuhkan penyakit penataan birokrasi yang dinilai sedang sakit di daerah ini.

Ketika melakukan kampanye dialogis di di Compang Wesang Golo Ara kecamatan Poco Ranaka, Senin,  30 April 2018 malam, Cabup Frans Sarong memaparkan visi dan misi serta berbagai program kerja yang sudah mereka persiapkan untuk mereka lakukan jika terpilih menjadi Bupati dan wakil bupati Matim periode 2018-2023.

Di hadapan warga yang hadir dalam pertemuan itu, Frans Sarong mengatakan, tugas utama birokrasi adalah pelayanan kepada masyarakat. Jika penataan birokrasi itu sehat maka pelayanan juga akan sehat, tetapi jika birkorasi itu tidak sehat maka pelayanan kepada masyarakat juga pasti tidak akan pernah sehat.

Mantan Wartawan Komas ini memberikan contoh bahwa birokrasi di Matim saat ini sedang sakit antara lain, penempatan pejabat yang tidak sesuai dengan basik pengetahuan dan keterampilan mereka.

“Contohnya, seorang sarjana Teknik bisa ditempatkan menjadi  sekretaris dinas kesehatan, seorang sarjana Filsafat menjadi Kepala Dinas PU, sarjana Pertanian menjadi Kadis Perikanan. Ini contoh yang menyatakan dengan jelas kalau penataan birokrasi di Matim dalam kondisi sakit. Mana mungkin orang yang tidak kemampuan di instansi itu bisa dipercayakan memimpin dinas itu. Kita perlu tempatkan orang yang tepat pada bidangnya yang tepat, bukan karena suka atai tidak suka,” tegas Frans Sarong.

Dia mengatakan, kalau dipercayakan masyarakat Matim untuk memimpin daerah ini lima tahun ke depan maka Sarong-Kasmir akan menata birokrasi dengan baik sehingga menjadi sehat, dengan demikian pelayanan birokrasi itu juga akan sehat  dan masyarakat akan dilayani dengan baik.

 

Masalah Listrik

Terkait masalah kebutuhan listrik di Matim yang masih menjadi masalah hingga saat ini, Sarong- Kasmir akan secepatnya mengatasinya karena mereka memiliki jaringan dan pengalaman yang sangat baik.

Frans Sarong menceritakan kisah yang dilakukan pada tahun 1999 lalu. Saat itu di kampungnya Mbapo, listrik belum ada, Dia membangun komunikasi dengan pimpinan PLN di Jakarta.

“Saya katakan, desa saya belum ada listrik. Silahkan PLN survey apakah pantas desa saya dilayani. Dalam wakut yang tidak lama listrik sudah masuk desa,” katanya.

Kemudian itu ironisnya di Waelengga, pusat kota Kecamatan Kota Komba belum ada listrik. Frans memberitakan di Kompas dan tiga hari kemudian, listrik langsung masuk ke Waelengga ditarik dari Aimere Kabupaten Ngada.

“Ini pengalaman saya, saya memiliki jaringan yang sudah saya bangun selama menjadi wartawan Kompas. Karena itu saya sangat yakni, berbagai persoalan di Matim termasuk jalan, Listrik dan Air itu bisa kami selesaikan. Kalau tidak punya jaringan maka mustahil akan melakukan sesuatu untuk daeah ini,” tegas Sarong. (bp)

Komentar ANDA?