Banyak pemilik kendaraan motor dan mobil mengeluhkan kualitas BBM. Karena diduga BBM baik solar, Pertalite dan Pertamax yang dijual di Lembata bercampur kotoran debu, tanah dan lumut.
Banyak mobil di Lembata bermasalah pada saringan fuel pump atau pompa bahan bakar. Kerusakan saringan fuel pomp yang rawan mampat ini disinyalir karena kualitas BBM Lembata berkualitas rendah atau buruk.
Efeknya aliran bahan bakar dari tangki ke ruang mesin bisa tersendat dan imbasnya mesin jadi tak normal.
“Selain filter bahan bakar, fuel pump juga punya filter yang bentuknya seperti saringan untuk menyaring kotoran di bahan bakar atau dari dalam tangki,” Jelas salah satu pekerja bengkel yang sedang merawat mobil Hilux milik Dinas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Lembata.
Kepala Dinas Dukcapil Lembata, Siprianus Suya mengakui mobil Dinas yang sering dipakai untuk melayani masyarakat rusak akan tetapi ia tidak mengetahui penyebabnya.
“Menurut orang bengkel filternya rusak. Mungkin pengaruh BBM yang kualitasnya tidak baik”, ungkapnya.
Hal yang sama juga diakui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, Anselmus Asan Ola kepada wartawan di Lewoleba, 10 Maret 2023.
Ia mengaku dirinya sudah beberapa bulan menggunakan mobil pribadi karena monil dinasnya rusak. Kerusakan sama, filter dan nozel bermasalah.
“Saya tidak tau penyebab kerusakan, tapi memang nozel dan filternya bermasalah. Bahkan orang bengkel memberitahu bahwa dalam tangki banyak gumpalan kotoran debu, tanah dan lumut. Tebal gumpalannya. Mobilnya masih rusak. Sedang diperbaiki”, tutur Ansel Bahy.
Ketua DPRD Lembata, Petrus Gero, juga mengakui terkait kerusakan mobil di Lembata yang diduga karena kualitas BBM yang buruk di daerah tersebut.
Menurut Gero, penyebab buruknya kualitas BBM di Lembata diduga akibat proses suplay Bahan Bakar Minyak yang membutuhkan waktu berjam jam, penyimpanan BBM dalam drom dan diangkut dengan kapal kayu menuju ke Lewoleba dan tangki penampung BBM di APMS Lewoleba diduga menjadi penyebab menurunnya kualitas BBM yang beredar di Kabupaten Lembata, Provinsi NTT.
Buruknya kualitas BBM di Lembata yang diduga karena proses suplay BBM berjam berjam di perjalanan menjadi salah satu bahasan saat dirinya, bersama Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa dan Anggota DPR RI Melchias Mekeng dengan Menteri ESDM, BPH Migas dan PT. Pertamina Parta Niaga.
“Saya bersama Pa Penjabat Bupati Lembata dalam pertemuan bersama Menteri ESDM, BPH Migas, Partai Niaga dan Pa Melchias Mekeng agar metode suplay BBM yang butuh waktu lama diperjalanan ni harus dipangkas agar kualitas BBM tetap terjaga. Harus ada perubahan metode suplay. Kalau tidak, bisa dipastikan BBM yang beredar di Lembata berkualitas buruk atau rendah karena metode suplay yang memakan waktu lama itu”, ungkap Piter.
Kepala UPP Kelas III Lewoleba, Capt. Desmon Saterdi Menno, pun memiliki pengalaman serupa terkait buruknya kualitas BBM di Lembata.
Desmon Menno setuju bahwa proses suplay BBM yang lama di perjalanan menjadi penyebab menurunnya kualitas BBM di Lembata.
“Siapa yang menjamin drom yang dipakai untuk menampung BBM dari mobil tangki dan angkut ke Lembata adalah bersih? Apakah drom itu bekas atau baru? Proses pengangkutan yang masih menggunakan pola manual dapat mengakibatkan material debu tanah dan lumut tercampur dengan BBM. Bahkan air juga bisa tercampur dengan BBM. Buktinya, mesin mobil di Lembata sekalipun baru rusak terus”, ungkap Desmond.
Untuk itu ia meminta kepada semua pihak agar mencari solusi untuk mengatasi persoalan ini.
Sementara itu terkait tangki penampung di APMS Lamahora menurut salah seorang karyawan yang meminta namanya tidak ditulis mengaku tidak pernah dicuci atau dibersihkan puluhan tahun.
Sumber itu menyebutkan, mesin dan nozel pengisian BBM di APMS 56 862 01 tersebut juga tidak laik digunakan karena sudah berumur tua dan kerap bermasalah. (*/nttsatu)