Semarak HUT IKA Lembata: “Aku Dalam Pusaran Budaya Lamaholot”

0
1154
Foto: Tarian Hedung menyemaraki peringatan HUT Ikatan Keluarga Adonara (IKA) Lembata yang digelar di Lewoleba beberapa waktu lalu

Aneka kegiatan mewarnai Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 Ikatan Keluarga Adonara (IKA) di Kabupaten Lembata yang melibatkan 16 peguyuban. Aneka Lomba digelar. Puncaknya, digelar seminar dengan tema, “Aku Dalam Pusaran Budaya Lamaholot”. Menarik, karena hajatan akbar itu ditutup secara resmi oleh Bupati Lembata, Eliser Yentji Sunur. Semarak memang.

 

DALAM rangka pelaksanaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21  Ikatan Keluarga Adonara (IKA) Lembata yang jatuh pada tanggal 11 Mei 2018. Panitia HUT IKA menyelenggarakan beberapa rangkaian kegiatan diantaranya yakni, Karnaval Budaya tanggal 27 April 2018, yang diikuti 16 Paguyuban yang berada di Kota Lewoleba; Pertandingan Bola Volley antar Paguyuban dari tanggal 28 April 2018 sampai dengan 12 Mei 2018 yang diikuti 16 Club Bola Volley. Dari hasil pertandingan Bola Volly antar Paguyuban tersebut, Paguyuban Ende mendapatkan juara pertama,juara ll  Paguyuban Sikka, juara lll dari Paguyuban IKA dan Juara lV adalah Paguyuban Lereng Labalekan Lembata.

Rangkaian kegiatan terakhir semarak HUT IKA adalah Seminar Budaya yang dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2018. Seminar Budaya ini  dengan mengakat tema, “AKU Dalam Pusaran Budaya Lamaholot”. Menurut Ketua Panitia Anselmus Asan Ola, dalam sapaan pembukaan seminar menyatakan bahwa tema yang diangkat adalah hasil sebuah diskusi anak muda IKA, yang mencoba mengangkat realitas budaya Lamaholot yang berada di pusaran peradaban modern. Menurutnya diskusi budaya sebenarnya adalah bicara tentang rumah kita, tentang bingkai hidup kita.

Membangun budaya, kata Anselmus Asan Ola, Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Lembata,  berarti kita mencintai rumah kita, kita menaburkan bingkai hidup kita untuk menjadi suatu pusaran kehidupan yang bermartabat dan beradab sebagai anak lamaholot dalam membangun Lembata yang kita cintai bersama.Lebih lanjut dikatakan bahwa kegiatan seminar budaya ini adalah sebuah episode awal, karena ke depan akan hadir topik-topik seminarmenarik lainnya.

Seminar Budaya tersebut menghadirkan narasumber dari Akademisi Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang yakni Prof. Dr. Felicianus Sanga dengan materi, “Revitalisasi Adat dan Peradaban Budaya Lamaholot” dan Dr. Dominikus Wara Sabon, dengan materi “Literasi Matematika Dalam Budaya Lamaholot” pemaparan kedua materi tersebut dipandu oleh  Freddy Tokan selaku moderator. Seminar tersebut juga menghadirkan Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dengan penyampaian pokok-pokok pikiran, “Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya di Kabupaten Lembata”.

Dalam pemaparan diskusi tersebut, Dr. Dominikus Wara Sabon berpendapat bahwa sesungguhnya matematika telah ada dalam realitas kehidupan budaya Lamaholot. Menurut Alumunus Magister Matematika dari Universitas Adelade Australia ini bahwa realitas tersebut dapat kita lihat pada aktivitas orang Lamaholot. Mulai dari aktivitas seorang ibu rumah tangga ketika  mengatur soal menu makan sebuah keluarga, pemberian mas kawin atau belis orang Lamaholot, aktivitas pertanian, aktivitas tenun ikat, kerajinan tangan dan begitu banyak aktivitas lainnya yang menggunakan hitungan matematika. Hitungan dalam keseharian aktivitas orang Lamaholot tersebutlah sehingga  melahirkan blilangan bilangan matematika dalam budaya Lamaholot.

Prof. Sanga dalam pemaparannya, menyinggung soal adat dan peradaban sekarang lebih menjauhkan manusia Lamoholot dari kebeardaan adat dan peradaban yang telah diturunkan oleh leluhur nenek moyang orang Lamaholot. Kerena itu perlu menggali dan menghidupkan aktivitas-aktivitas adat yang produktif sehingga tetap memberikan kontribusi yang baik bagi peradaban orang Lamaholot.

Dalam kesempatan itu Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur dalam penyampain pokok pikiran dalam forum diskusi seminar budaya, memaparkan bahwa pembangunan pariwisata di Lembata tetap memberikan ruang pada perlindungan adat dan budaya Lamaholot. Pemerintah hadir untuk melindungi masyarakatnya termasuk adat dan budayanya.

Adanya pariwisata, kata Sunur,  hanya sebagai sarana untuk memperkenalkan adat dan budaya Lamaholot kepada publik. Ada begitu banyak tempat wisata baik wisata alam maupun wisata budaya yang belum dikemas secara profesional sebagai destinasi pariwisata di Lembata.  Seperti  penangkapan ikan paus di Lamalera, pesona semburan api Gunung Batu Tara, Pemandangan mempesoana dari Bukit Cinta, Batu karang bergambar, Pesta Kacang, atraksi Tinju tradisional, tarian beku dan beberapa temuan peninggalan arkeologis yang perlu dikaji untuk pengembangan pariwisata budaya di Lembata. Sebagai contoh, seperti wisata penangkapan ikan paus Lamalera, kalau kita mengikuti alur penangkapan ikan paus, maka wisata kita yang ada hanya wisata musiman.

Pemerintah lagi berpikir bagaimana wisata penangkapan ikan paus Lamalera tidak hanya dijadikan wisata musiman, karena itu jedah waktu menuju pengkapan ikan paus Lamalera harus dikemas sedemikian rupa dengan atraksi-atraksi budaya, sehingga para pengunjung atau wisatawan bisa berkunjung tiap hari ke Lamalera. Begitu pun objek wisata alam lain, seperti bukit cinta, semburan api Gunung Batutara di malam hari yang tiap 20 menit, kalau dkemas dengan atraksi seni dan budaya yang ada sambil menanti datangnya malam akan menjadi sebuah perpaduan yang manis untuk menjadi daerah tujuan wisata.

Terkait peninggalan arkeologis yang ada di Lembata, lanjut Bupati Sunur, Pemerintah Kabupaten Lembata lagi berupaya menggandeng pihak-pihak yang kompeten untuk mengkaji peninggalan arkeologis agar dapat membuka tabir sejarah masa lalu. Hal ini dapat menjadi sebuah literasi sejarah masa lalu masyarakat Lembata yang kelak bisa dijadikan objek wisata purbakala.

Kegiatan seminar budaya ini dilaksanakan di Aula Pendidikan dan Pelatihan Koperasi Angkara pada hari Sabtu, tanggal 19 Mei 2018. Peserta yang mengikuti seminar budaya ini terdiri dari para ketua dan anggota paguyuban yang berada di Kota Lewoleba, para kepala sekolah dan guru, tokoh masyarakat, pemerhati budaya, Kapolres Lembata, anggota legislatif, para pejabat dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkab. Lembata, dan aktivis partai politik.

Setelah dilakukan Seminar Budaya, dilanjutkan dengan acara penutupan kegiatan HUT IKA ke-21 oleh Bupati Lembata pada tanggal 19 Mei 2018 dan dimeriahkan oleh berbagai acara dan atraksi dari berbagai paguyuban antara lain Puisi, fashion show anak-anak, Pantomim, tarian dari Paguyuban Alor, Paguyuban Timor Leste dan tarian Gawi dari Paguyuban Ende. (Freddy Tokan /Dinas Kominfo Lembata)

Komentar ANDA?