KALABAHI. NTTsatu.com – Expo Alor ke- 9 yang digelar di stadion Mini Kota Kalabahi kabupaten Alor mulai Kamis, 6 Agustus hingga Senin, 10 Agustus 2015 menampilkan aneka kegiatan dan hasil produk masyarakat setempat. Tampil juga sedikitnya 1.000 wanita yang menunjukkan kepiawaiannya menenun tenunan khas daerah ini.
Seribu penenun itu mengambil lokasi di tengah stadion mini yang menjadi lokasi Expo Alor ke- 9. Kaum ibu menunjukkan kebolehan mereka mulai dari mengolah kapas hingga menjadi benang, kemudian mewarnai hingga menenun dan menghasilkan kain sarung aneka motif.
Bupati Alor, Amon Djobo saat pembukaan Expo Alor ke – 9 mengatakan, kaum ibu Alor memang ulet. Mereka menekuni pekerjaan ini dengan serius dan mendapatkan pemasukan untuk menopang kehidupan keluarga mereka masing-masing.
Karena itu lanjut Bupati, pekerjaan kaum ibu ini perlu mendapatkan tempat karena sejak turun-temurun pekerjaan ini mereka geluti. Banyak orang yang tidak tahu proses bagaimana menghasilkan kain tenun ikat dengan kotif khas Alor.
“Mari dan saksikan proses yang dilakukan kaum ibu ini. Mereka tekun menjalani pekerjaan ini, karena inilah salah satu pekerjaan utama kaum perempuan di Alor,” kata Bupati Amun Djobo.
Menghasilkan selembar kain menurut pengakuan kaum ibu yang diwawancarai NTTsatu.com di lokasi Expo Alor, mereka mengakui untuk proses menenun hingga menghasilkan selembar kain tenun ikat motif Alor minimal menghabiskan waktu sekitar dua hingga tiga hari.
“Kalau benang kita beli di toko maka pekerjaan nya menjadi lebih mudah. Tetapi kala benang diporoses mulai dari kapas, maka memakan waktu yang cukup lama. Dan saat ini kami lebih banyak membeli benang di tokoh untuk menenun,” kata Ratna Maklumina.
Ratna yang mengaku warga kelurahan Binongko Kecamatan Teluk Mutiara ini mengatakan, biaya yang dikeluarkan mulai membeli benang sekitar Rp 250 ribu untuk menghasilkan selembar kain sarung.
“Kami keluarkan biaya sekitar Rp 250 ribu. Setelah kain itu selesai, kami menjualnya senilai Rp 650.000. Ini berarti kami mendapatkan keutungan sekitar Rp 400 ribu,” kata Ratna.
Ny. Sauda penenun lainnya mengakui, proses yang paling lama adalah membuat motif dan mewarnai. “Kita butuh waktu yang cukup lama mulai dari membentuk motif tenunan, kemudian mewarnai dan menjemurnya dilanjutnya dengan menenun,” kata Sauda. (bp).
=====
Foto: Kaum ibu Alor sedang menunjukkan kepiawaian mereka dalam kegiatan menenun