Siap Bersaing: SMAK Baleriwu Menata Sekolah Mulai dari Pengolahan Pribadi Guru

0
1374

NTTSATU.COM — NAGEKEO —  Pelaksanaan pendidikan di sekolah saat ini menuntut para guru untuk terus berbenah diri. Dengan begitu, para guru disiapkan supaya aktivitas sekolah tidak sekedar berkutat dengan rutinitas, tapi juga peka melihat peluang pengembangan mulai dari hal-hal yang paling dasar hingga pengembangan pembelajaran yang menjadi core bisnisnya. 

Aktivitas itu diramu dalam retret bertajuk “Guru Kuat, Siswa Sukses, Masyarakat Bahagia” yang diadakan pada tanggal 11-13 November 2022, bertempat di rumah retret Sabda Allah, Boanio, Nagekeo, Flores, NTT 

Hadir sebagai pemateri dalam acara tersebut tim dari Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Serva Minora Malang; Provinsial SSCC, Romo Dr. Pankrasius Olak Kraeng, SSCC; Dosen Antropologi Universitas Brawijaya, Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel, serta Guru Bimbingan dan Konseling SMAK Frateran Malang, Fr. M. Agustinus, BHK.

Dalam homili misa pembukaan retret, Romo Dr. Pankras, SSCC mengambil inspirasi dari St. Martinus dari Tours yang memberikan mantol hujannya kepada orang miskin papa di pinggir jalan yang sedang kedinginan. Tugas panggilan seorang guru, kata Romo Pankras, adalah memberikan mantol untuk anak didiknya. 

“Mantol yang kita berikan kepada para peserta didik harus dipastikan dalam keadaan baik atau sedang tidak rusak dan robek. Retret ini adalah kesempatan bagi para guru untuk melihat dan memastikan mantol pelayanannya itu baik kondisinya. Kalau ada bagian yang robek, retret ini adalah kesempatan untuk membenahinya. Mantol adalah lambang kualitas pelayanan kita sebagai guru,” tandas Romo yang mendalami psiko spiritual ini menantang.   

Materi retret mengajak para guru untuk (1) mengenal situasi diri dalam keseharian hidup di sekolah;  (2) melakukan refleksi tentang hubungan dengan siswa dan sesama guru dalam posisi sebagai makhluk hidup yang khas dan unik dengan kemampuan rasionya;  (3) melakukan refleksi tentang pengolahan kapasitas inteligensi dan pengembangannya dalam konteks spiritual inteligence; (4) melakukan refleksi dan bagi pengalaman tentang bagaimana membangun situasi sekolah yang kondusif; serta (5) melakukan refleksi dalam rupa simulasi “menghias kendi” untuk mengungkap bagaimana masing-masing guru telah berperan memberi warna pada sekolah mereka. Akhirnya, retret ditutup dengan misa sekaligus sebagai awal atau langkah baru dalam menjalani panggilan pendidikan di sekolah. 

“Acara ini dikemas dalam bentuk retret yang agak berbeda untuk memberi pengalaman unik dalam pembinaan guru. Maksudnya supaya para guru mendapat sentuhan lain sekaligus sebagai motivasi baru dalam menjalankan tugasnya. Retret ini harus berbuah tindak lanjut konkret. Maka, para guru perlu merumuskan tindakan konkret yang bisa dilakukan secara mudah dan terukur. Ketekunan dalam hal-hal yang mudah dan sederhana merupakan jalan menuju realisasi hal-hal besar dan menakjubkan dalam praktek pendidikan,” tegas Dr. Hipo. 

Sementara itu, Fr. Agus, BHK dalam materinya menegaskan bahwa pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sangat tergantung pada bagaimana sekolah membangun situasi bagi komunitas sekolah itu. 

“Caranya sangat sederhana dengan memberi waktu kepada para guru dan siswa untuk membangun eksamen batin di setiap akhir kegiatan pembelajaran. Ketekunan dalam hal kecil merupakan langkah besar bagi setiap guru dan siswa untuk menjalankan tugas dengan baik dan benar,” tandasnya. 

Sebagai tanggapan sekaligus kesan atas kegiatan ini, Kepala SMAK Baleriwu, Paulus Tenga mengungkapkan bahwa pola retret berbasis data ini sungguh merupakan hal baru bagi sekolahnya. Ia mengaku, dirinya mendapat banyak pencerahan tentang bagaimana memimpin sekolah ini dengan dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana.

“Kami akan mulai mengambangkan sekolah ini dari dalam diri kami sendiri. Retret ini sungguh menyadarkan kami bahwa rupanya selama ini kami terlalu berpikir untuk mengejar sesuatu yang besar dan mentereng demi kemajuan sekolah kami. Kami lupa membangun kekuatan dari bawah, dari hal-hal yang biasa dan sederhana. Kami akan mulai dengan rencana tindak lanjut yang sederhana dan bisa kami kerjakan bersama sebagai komunitas guru, karyawan, dan murid,” ungkapnya.      (*)

Komentar ANDA?