Stunting Menjadi Masalah Bersama dan Dikerjakan dengan Kolaborasi

0
411

NTTSATU.COM — ALOR — Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), pada Jumat (10/6) dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Alor pada hari ke dua, Gubernur NTT mengunjungi Polisi Sektor (Polsek) Alor Barat Daya.

Dalam Kunjungan yang berdurasi sekitar 30 menit, Gubernur NTT meninjau kegiatan Inovasi yang digagas oleh Kapolsek Alor Barat Daya, Iptu. Jeane Skala yaitu Orang Tua Asuh Anak Stunting dan Pojok Baca.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur VBL mengungkapkan bahwa dalam mewujudkan generasi emas di 2045, tentunya Stunting harus menjadi masalah kita bersama dan harus dikerjakan dengan cara Kolaborasi.

“Di Sektor Kesehatan, masalah serius yang kita hadapi yaitu Kematian Ibu dan Anak, akan tetapi untuk mewujudkan generasi emas di 2045, stunting juga menjadi masalah serius dan memberikan dampak buruk bagi kita di Nusa Tenggara Timur,” ungkap Gubernur Viktor.

“Hari ini kita berada di angka 22% secara nasional, sehingga kita harapkan, penanganan stunting di Nusa Tenggara Timur, harus dikerjakan secara Kolaborasi,” pungkas Gubernur VBL.

Raker Gubernur bersama Bupati, Forkopimda Kabupaten Alor dan Pimpinan Perangkat Daerah se Alor

Beranjak dari Kantor Polsek ABAD Gubernur NTT bersama rombongan berangkat ke Kantor Camat Alor Barat Daya sebagai agenda kerja kunker yang kedua. Pada kesempatan ini Gub VBL melakukan rapat kerja bersama seluruh aparat daerah setempat guna membahas hal-hal yang masih menjadi polemik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rapat yang dihadiri para kepala desa, Camat, warga masyarakat, Gub VBL mengajak agar masyarakat mau bekeja keras dan merubah mindsetnya. “Tanpa merubah pola pikir kita tidak akan berkembang. Milikilah pola pikir yang maju, yang memikirkan gagasan-gagasan yang maju. Kita tidak bisa menanti dalam diam saja melainkan mencoba sesuatu yang lain yang membawa kemajuan bagi daerahnya.” Di akhir rapat masyarakat di beri kesempatan untuk bicara apa saja yang menjadi kegundahan hati mereka, salah satunya adalah masalah jalan yang masih banyak belum di perbaiki kiranya tahun depan sudah bisa selesai dilaksanakan dan penerangan. “Ibarat pepatah, terang di pagi hari gelap dari siang sampai malam, dikarenakan kami begitu sangat mendambakan listrik untuk lampu jalan” demikian juga ungkapan hati dari seorang warga desa bernama Dominggus Apha.

Bahwa kampungnya butuh lampu jalan, kemudian dijawab oleh putra Semau itu ke depannya sekitar 5 tahun lagi diharapkan sudah terpenuhi semuanya, dimana saat ini pemerintah Nusa Tenggara Timur sedang mengupayakan bukan hanya listrik saja tapi juga infrastruktur-infrastruktur lainnya yang juga penting, sebagai upaya pemerintah daerah untuk kesejahteraan masyarakat ke depannya.

Menanggapi suara hati masyarakatnya, Bupati Alor juga mengatakan ”Alor sudah sampai pada taraf 83% masih 13% yakni 32 desa dari 175 desa kelurahan yang masih belum mendapat aliran listrik diharapkan tahun 2023 sudah selesai semua”, menyambung pertanyaan seorang bapak bernama Usu yang meminta bantuan akan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) warga meminta perhatian pemerintah provinsi, dan Bupati Alor mengatakan bahwa TJPS ini adalah sebuah program yang baru saja dilaksanakan petani Alor, bahwa biar baru memulai, dengan hasil yang masih relatif kecil tapi Alor sudah melaksanakannya.

Peninjauan Industri Minyak Kayu Putih

Selanjutnya, Gubernur NTT bersama rombongan melanjutkan perjalanan menuju Hutan Nostalgia, dengan tujuan melakukan peninjauan Industri Minyak Kayu Putih yang telah di bangun dari November 2018, oleh kelompok tani di atas tanah sebesar 200 hektar dari luas seluruhnya 600 hektar ditanam pohon kayu putih ini. “Selama kurang lebih 4 bulan sekali daun siap di panen untuk di proses menjadi minyak. Pasaran yang sudah ada di kota Surabaya sebesar 60 bahkan 80 liter dalam bentuk sudah menjadi minyak kayu putih setelah itu perusahaan disana yang akan melanjutkan penjualan dengan label mereka yang baru akan halnya disini sudah punya label sendiri.” demikian penjelasan singkat dari bapak Arli Marthen Keti dari UPTD KPH Provinsi NTT.

Ditempat yang sama, juga memproduksi beberapa macam hasil kerja rakyat berupa madu hutan. Madu yang di kembangbiakan di lahan yang sama dengan proses pengambilannya tidak diperas tapi di aliri tanpa perasaan sehingga mengurangi zat gas yang ada. Juga kopi, asam, dan masih banyak lagi jenis macam produksi hal ini mendapat tanggapan positif Gubernur VBL.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ondy Siagian yang mewakili Gubernur dalam sambutannya mengatakan, minyak kayu putih sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Alor sehingga harapannya kelompok masyarakat produksi minyak kayu putih dapat ditularkan kepada masyarakat lain agar produksi minyak kayu putih ini dapat lebih ditingkatkan. (sipers adpim)

Komentar ANDA?