Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu Paska VII setelah Kenaikan, 12 Mei 2024*. Bacaan. Kisra 1: 15-17, 20-26 dan 1Yoh 4: 11-16 dan Injil Yoh 17: 11b – 19
*Hari Minggu Komsos ke 58*.
Hari Komunikasi Sosial se Dunia sudah ditetapkan Sri Paus Paulus VI pada tahun 1967. Perayaan ini hendak mendorong seluruh umat kristiani untuk merefleksikan peluang dan tantangan zaman yang diberikan oleh sarana komunikasi sosial modern kepada Gereja demi mengomunikasikan nilai nilai pesan Injil. Tema hari KomSos tahun 2024 adalah: *Kecerdasan Artifisial, buatan dan Kebijaksanaan hati untuk komunikasi manusiawi seutuhnya*.
Menurut Paus Fransiskus tema ini mau mengajak kita merenungkan bagaimana Kebijaksanaan Hati dilihat dalam konteks penggunaan kecerdasan secara artifisial atau negatif. Segala sesuatu dibuatkan dengan mesin maka manusiapun semakin sulit menggunakan hatinya. Pesan ini bukan suatu bentuk penghakiman melainkan suatu kewaspadaan karena perkembangan teknologi dilihat secara positif telah membuat manusia semakin maju bukan saja sebagai orang hebat, efektif tapi sungguh menjadi orang beriman. Penekanan Paus ini ada kaitan setelah setahun sebelumnya mengambil tema “Mendengar dengan Telinga Hati” yang peka terhadap perkembangan zaman.
Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini teknologi berkembang begitu pesat. Salah satunya internet yang diikuti semakin canggihnya alat komunikasi. Sebelumnya untuk membaca buku saja pun kita harus membeli atau pergi ke perpustakaan tapi kini dengan tablet, mudah saja kita temukan bacaan, literatur dari mana pun dan kapan pun. Untuk berkomunikasi dengan seseorang bahkan beberapa orang lain sekaligus, kita melakukannya dengan satu sentuhan saja pada sarana gadget kita. Tetapi tanpa disadari segala kemudahan itu dapat membuat kita “memenjarakan” diri kita dari kehidupan sosial.
Kita sering isolasikan diri lalu asyik di dunia kita sendiri karena kelekatan pada media gadget atau smartphone. Jangankan mendengar, untuk “datang dan melihat” orang cumalah sebentar saja pun amat sulit. Bisa lihat ruang publik, transportasi umum, bahkan di rumah kita sendiri, biarpun sedang berkumpul, orang begitu sibuk dengan gadgetnya masing-masing tanpa peduli dengan orang lain di samping dan apa yang terjadi di sekitar. Saat ini kita seperti berada dalam krisis kepekaan, krisis kepedulian. Kita kehilangan kemampuan mendengarkan orang sekitar yang mungkin membutuhkan bantuan dan kehadiran kita. Karena minimnya komunikasi membuat kita terpisah secara batin biarpun kita hadir secara fisik.
Kata Yesus hari ini: “ya Bapa peliharalah mereka supaya semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam AKU dan AKU di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya duniapun percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus AKU” (Yoh 17:21). Perikop yang memberikan kita gambaran persekutuan dan persatuan antara Yesus dengan Bapa-Nya. Sri Paus Fransiskus berpesan bahwa: “Tuhanlah yang berinisiatif. DIA mau berbicara kepada kita dan kita menjawab dengan mendengarkan-Nya. Pada akhirnya, pendengaran ini pun berasal dari rahmat- Nya sama seperti anak yang baru lahir tanggapi tatapan dan suara ibu dan ayahnya”.
Firman yang menjadi manusia adalah bentuk komunikasi Allah bagi manusia. Sebuah proses yang dibangun untuk mempererat rasa persatuan secara komunal. Melihat corak kehidupan berbangsa dan bernegara sesungguhnya penggunaan segala media komunikasi tampaknya tak bijak. Penyebaran hoaks yang merusak persatuan dan kesatuan hidup masyarakat. Sering ada pula oknum yang sengaja mau menyuarakan kepentingan tapi cuma untuk menggiring opini publik sambil menyebarkan hoaks atau isu SARA yang bakal menimbulkan perpecahan. Jelas mereka mengganggu stabilitas nasional demi kepentingan dan keuntungan pribadi. Padahal komunikasi seharusnya menjadi sarana pemersatu.
Dalam pemahaman ini kita semua bisa berperan “Menuju Komunikasi yang sungguh manusiawi”. Kita menjadikan setiap bentuk komunikasi seperti yang diharapkan Paus Fransiskus melalui tema Hari Komunikasi Sosial tahun ini. Dengan sikap mendengarkan, kita memberikan ruang bagi Tuhan mewahyukan diri-Nya, dan berbicara dalam hati kita sendiri. “Mendengarkan, dalam komunikasi adalah bentuk keterbukaan hati yang memungkinkan kedekatan dimana tanpa hal itu maka perjumpaan rohani tidak akan terjadi.” (bdk. Evangelii Gaudium art. 171). Apakah kita jujur berbicara dari hati untuk kepentingan hidup banyak orang?
*Salam Seroja, Sehat Rohani dan jasmani* di Hari Minggu buat semuanya. Jikalau ADA, Bersyukurlah. Jika TIDAK ADA, BerDOALAH. Jikalau BELUM ada, BerUSAHALAH. Jikalau masih KURANG Ber- SABARLAH. Jika LEBIH maka BerBAGI LAH. Jika CUKUP, berSUKACITALAH. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga anda dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin🙏🙏🙏🌹🌹✝️🪷🪷🤝🤝🎁🛍️💰🍇🍇🇮🇩🇮🇩
Pastor Paroki Katedral Kupang